Farah bercerita sepanjang pagi hingga siang hari. Rachel mendengar cerita perempuan itu dengan pikiran yang berkelana pada kejadian kemarin malam. Entah mengapa hatinya merasa aneh dan tidak tenang.Rachel mengulas senyum dan berkata, “Ma, Ronald ke kantor? Aku mau ajak dia makan siang bersama.”“Wah! Pengantin baru memang romantis sekali,” goda Farah.“Padahal Mama mau ajak kamu makan siang bersama,” tambah perempuan itu lagi.Dengan wajah penuh permintaan maaf, Rachel berkata, “Ada hal penting yang mau aku bicarakan dengan Ronald. Aku hanya bisa menemani Mama makan malam nanti.”“Kalau begitu pergilah, hati-hati di jalan.”Farah berdiri di depan gerbang dan mengantarkan kepergian Rachel hingga mobil perempuan itu menghilang. Sorot khawatir di kedua matanya perlahan-lahan kembali muncul.Mobil Rachel melintas di jalanan dengan lancar. Tidak butuh waktu yang lama baginya untuk tiba di depan gedung Tanjaya Group. Semua orang di kota ini tahu kalau tentang pernikahan keluarga Tanjaya kem
“Benar-benar sibuk,” jawab Rendy.“Sore ini aku harus terbang ke luar negeri dan minimal setengah bulan baru kembali.”Rachel terdiam ketika mendengar kalimat lelaki itu. Mereka baru menikah satu hari dan suaminya sudah akan meninggalkannya untuk dinas? Bukannya tidak boleh, tetapi berdasarkan perasaan lelaki itu padanya, seharusnya Ronald tidak akan melakukan hal ini.“Kamu mau hadiah apa dari Ontara? Biar aku belikan dan bawa pulang,” tanya Rendy sambil menyentuh bibirnya. Dia memiliki ketergantungan berat pada rokok. Sekarang dia sangat ingin merokok lagi.Rachel membasahi bibirnya dan berkata, “Kamu mau dinas selama setengah bulan, kalau Michelle tahu dia pasti akan sedih sekali.”Michelle?Sosok seorang gadis kecil muncul di benak Rendy. Dia pernah melihat sosok gadis itu dari kejauhan. Dia masih belum pernah bertemu dengan bocah itu setelah menjadi sosok Ronald.Rendy tersenyum dan berkata, “Aku akan membelikan dia hadiah, dia nggak akan sedih.”Setelah itu Rendy bangkit dan berk
Begitu gadis itu menangis, ketiga kakaknya langsung kebingungan.Eddy membantunya mengusap air mata sambil berkata, “Papa setengah bulanan lagi akan pulang. Nanti kamu setiap harinya bisa bersama dengan Papa.”Michael mengelus rambut adiknya sambil berkata, “Ada Mama dan Kakak yang menemanimu, nggak masalah kalau nggak ada Papa.”“Michelle, ayo makan permen!” seru Darren sambil memberikan permen rasa stroberi ke dalam mulut gadis itu.“Enak?” tanya Darren.“Manis!” jawab Michelle sambil tersenyum ditengah isakannya.Rachel tersenyum paksa ketika melihat pemandangan tersebut. Dunianya anak-anak memang sangat sederhana. Hanya dengan permen saja, mereka bisa melupakan kesedihannya. Sedangkan dunianya orang dewasa justru begitu membingungkan.Perempuan itu duduk di sofa dan memikirkan apakah dia harus mengirimkan pesan pada Ronald. Agar lelaki itu menghubungi Michelle ketika dia tiba. Rachel mencari nama lelaki itu di kontaknya dan tiba-tiba gerakan tangannya berhenti. Kenapa dia bisa lupa
Rachel menyandarkan tubuhnya dan tersenyum tipis sambil berkata, “Mungkin mau kasih aku uang. biarkan mereka masuk.”Beberapa hari terakhir perasaannya gelisah, hanya uang yang bisa membuat perasaannya membaik. Sharon dan Hanna masuk bersamaan ke dalam ruang tunggu. Jenny mengantarkan kopi untuk kedua orang tersebut dan setelah itu duduk di sisinya Rachel.Dengan senyum lebar Rachel berkata, “Bu Sharon, Bu Hanna, ada apa kalian datang kemari?”Hanna mendengus dan membuang wajahnya. Ekspresi perempuan itu terlihat menahan kesal.“Sebelumnya saya ucapkan selamat untuk pernikahan Bu Rachel,” kata Sharon sambil menyesap kopi panasnya. Kemudian dengan perlahan lanjut berkata, “Hari ini saya baru dengar kalau ketika pertemuan pertama Yelitos mengenai rancangan chip yang baru putri saya bersikap kasar dengan Bu Rachel. Oleh karena itu saya membawanya datang untuk meminta maaf,”“Semoga Bu Rachel bisa memaklumi dan memaafkan anak kecil seperti dia.”Dengan perlahan Rachel berkata, “Bu Hanna ta
Tatapan itu bagaikan pisau tajam yang menghujam Hanna dan membuatnya tidak berani membalas tatapan itu.“Siapa yang sebenarnya keterlaluan? Kalian meminjam kekuasaan dari Pak Bara untuk menjadikannya rekan kerja sama proyek ini. Kemudian meminta saya menyelesaikan proyek ini, tapi kalian mau mengambil keuntungan sebanyak 40 persen?! Kalau saya mau, saya bisa langsung mendepak kalian dan nggak akan memberikan keuntungan sebanyak 20 persen sama sekali!”Hanna hampir meledak karena emosinya sendiri. Akan tetapi dia tidak memiliki cara lain. Kalau proyek ini menjadi satu-satunya batu loncatan bagi Hanna untuk menjadi pewaris keluarga. Hanna harus menyelesaikannya dengan sempurna dan membuat kakeknya mengakuinya. Kalau tidak ada Rachel, dia sudah bisa menyelesaikannya dengan sukses.Hanna berkata dengan nada menggeram, “Rachel, kamu memang sengaja membuat kerangka rancangan chip yang memang nggak pernah ada. Kamu sengaja membuat para perancang lainnya nggak bisa melanjutkannya! Kamu benar-b
Rachel bahkan hampir tidak memercayainya.“Bu Rachel, siang ini Ibu harus kembali, kan? Urusan kantor biar serahkan pada saya saja. Ibu pulang saja dengan tenang.”Ucapan Jenny membuat Rachel teringat kalau kemarin malam Rima menghubunginya dan bertanya makanan kesukaan anak-anak dan dirinya. Sebuah adat kebiasaan di tempatnya kalau pengantin perempuan harus kembali ke rumah di hari ketiga menikah.Rachel membereskan barangnya dan pulang ke rumah dengan mobilnya.“Non, ini barang-barang yang disiapkan untuk pulang nanti,” kata Hilmi yang tampak memegang puluhan kotak besar bersama dengan pelayan lainnya. Dia menjelaskan kotak itu satu per satu.“Ini disiapkan untuk Bu Rima. Ini untuk Pak Hengy dan Bu Lili. Dan ini untuk Bu Mila dan juga suaminya. Ini untuk para junior yang lainnya.”Setiap kotak ditempel tanda akan diberikan pada siapa barang-barang tersebut. Rasa haru memenuhi hati Rachel. Sebagai seorang junior, Rachel tidak mengerti dengan adat seperti ini. Akan tetapi Farah justru
Begitu pertanyaan Rima tercetus, kedua bola mata Rachel tampak memerah. Dengan suara bergetar dia berkata, “Nggak berantem.”Mereka berdua bahkan tidak sempat berbincang, bagaimana mungkin bisa berantem?“Rachel, sekarang nggak ada Ronald yang menemanimu kembali. Kamu pasti merasa sedih,” kata Rima sambil menepuk punggung tangan Rachel.“Nenek sudah lihat berita. Katanya hari pernikahanmu terjadi musibah kebakaran yang disebabkan oleh orang lain dengan sengaja. Dia membutuhkan waktu untuk mencari tahu kejadian ini. Bahkan karena acara kemarin, urusan kantornya juga dikesampingkan. Begitu resepsinya selesaikan, dia harus menyisihkan waktu untuk membereskan pekerjaannya yang tertinggal,”“Dinasnya kali ini juga demi kehidupan yang lebih nyaman buat kalian berdua ke depannya. Kamu jangan merajuk dan tunggu saja dia pulang kembali,” nasihat Rima. Rachel hanya menunduk dan tidak bersuara.Dia bukan merupakan seorang perempuan yang gemar merajuk. Rachel juga tidak akan meminta pasangannya un
Rachel melambaikan tangannya ke arah keempat anak yang bergegas menghampirinya. Kemudian dengan patuh pamit pada keluarga Winata. Ketika mobilnya baru berhenti di depan rumah keluarga Tanjaya, Rachel menemukan mertuanya tengah duduk dengan pandangan kosong di taman.Dia meminta Hilmi untuk membawa keempat anaknya mandi, setelah itu dia melangkah ke arah taman.“Ma,” panggil perempuan itu. Tidak ada reaksi apa pun dari Farah sehingga membuat Rachel sedikit meninggikan suaranya.“Ah! Rachel? Kamu sudah pulang?” Farah terlihat tersadar dan langsung tersenyum lebar ke arahnya.“Anak-anak betah nggak di rumah keluarga Winata?” tanya perempuan tua itu lagi.“Mereka main dengan bahagia,” jawab Rachel. Setelah itu dengan suara pelan dia bertanya, “Ma, Mama ada kontaknya Ronald yang baru?”Tubuh Farah tampak menegang kaku. Dia seperti tidak menyangka bahwa Rachel akan menanyakan pertanyaan seperti itu. Sesaat kemudian dia baru menjawab, “Ronald dinas ke pedalaman Ontara. Di sana nggak ada sinya