Rachel menyerahkan semua urusan perusahaan kepada Jenny karena dia terlalu sibuk untuk mengurus pernikahannya. Namun, hari ini mau tidak mau Rachel harus datang ke kantor untuk menyelesaikan masalah proyek Yelitos Group. Rachel sudah tiba di perusahaan pagi-pagi sekali. Ketika dia masuk tiba-tiba saja para karyawan langsung mengerubunginya. “Selamat atas pernikahan Anda, Bu Rachel!”“Aku harap pernikahan kalian berdua langgeng sampai tua nanti!”“Semoga Bu Rachel cepat punya momongan!”“Hei, jangan asal bicara! Bu Rachel sudah punya anak. Jangan kasih selamat yang kayak gitu!”“Banyak anak kan banyak rezeki!”Para rekan kerjanya langsung tertawa terbahak-bahak. Mereka hanya tahu kalau Rachel memiliki dua orang anak saja. Namun, mereka tidak tahu kalau ternyata Ronald juga memiliki dua orang anak. Jadi, Rachel sekarang sudah memiliki empat orang anak. Apa mungkin dia masih mau memiliki anak lagi? Rachel bukanlah induk kucing yang harus memiliki banyak anak. “Baiklah, sekarang semuany
Para karyawan yang mendengar perkataan Rachel langsung tercengang.Kemudian salah satu dari mereka berkata, “Tapi laporan pertama hasil dari proyek ini akan dibuat tiga hari lagi.”“Kita sudah menyelesaikan 80% dari semua total pekerjaan yang harus kita laksanakan. Biarkan saja Adijaya Group untuk menyelesaikan sisanya,” ujar Rachel tenang. “Jenny, kamu yang bertugas untuk berkomunikasi dengan departemen teknis Adijaya Group. Meeting ini selesai. Aku akan pergi ke sana sendiri setelah hasil laporannya keluar,” pungkas Rachel mengakhiri sesi rapat kali ini.Dia akan membuat Yelitos Group menderita setelah apa yang telah mereka lakukan pada Aurora Technology. Lagi pula, Pak Bara dari Yelitos Group sendiri yang sudah bekerja sama dengan Sharon untuk menipu Rachel. Jadi, pastinya Yelitos Group sudah tahu konsekuensi apa yang akan terjadi kepada mereka. Lagi pula, perusahaan sebesar Yelitos Group pastinya sanggup menghadapi badai kecil yang akan Rachel buat untuk mereka. Rachel kembali ke
“Ehem!” Rachel memberikan isyarat dengan terbatuk.Kemudian dia menatap ke arah para karyawan seraya berkata, “Hari ini jangan ada yang lembur, ya. Aku akan mentraktir kalian bersenang-senang di bar. Jenny yang nanti akan mengurusnya.”“Bu Rachel baik sekali!”“Bu Rachel yang menikah, tapi kita yang mendapatkan berkahnya!”“Bu Rachel, sekarang Ibu pergi kencan saja dulu. Tenang saja, sebentar lagi kami pasti pulang, kok.”Rachel akhirnya masuk ke dalam lift sambil ditatap dengan penuh arti oleh para pegawainya. Dia merasakan banyak sekali mata yang menatapnya ketika dia berjalan menghampiri Ronald. Ketika Rachel menoleh, para karyawan yang tadi menatapnya sudah berada di lantai bawah. Namun, mereka berpura-pura sibuk dan beberapa di antaranya ada juga yang mengedipkan mata ke arah Rachel. Kenapa orang-orang di sini sangat senang bergosip?Ronald dengan cepat memeluk pinggang Rachel seraya berkata, “Kamu capek, ya?”"Jangan begini ...." Rachel berusaha menepis tangan Ronald."Kita masu
“Bu Rachel, bukannya itu Pak Ronald? Kenapa dia ada di sini?” tanya Jenny sambil menunjuk ke arah sebuah meja. Rachel langsung melihat ke arah meja yang ditunjuk oleh Jenny. Di sana dia melihat sosok laki-laki yang terlihat sangat mirip dengan Ronald sedang duduk menghadap ke arah Rachel. Kenapa Ronald berada di sini? Bukankah dia sedang pergi mencari Reihan? Ketika Rachel bangun dari tempat duduknya tiba-tiba saja dia melihat sosok yang terlihat familier sedang duduk di hadapan Ronald. Perempuan asing dengan rambut coklat keriting. Dia adalah perempuan yang mengunjungi Ronald waktu itu. Bukankah dia adalah si psikiater yang bernama Catherine? Apa yang mereka lakukan di sini?Keraguan di mata Rachel langsung menghilang. Dia pun dengan cepat berdiri dan berniat untuk menghampiri mereka.“Bu Rachel, ajak saja Pak Ronald ke sini untuk minum sama kita,” ujar Jenny sambil mengedipkan matanya. Walaupun mereka semua merasa tidak nyaman dengan aura yang dipancarkan oleh Ronald, mereka san
Ronald berjalan mengelilingi bar dengan aura dingin yang memancar dari tubuhnya. Dia yakin Rendy tidak akan bisa keluar dari bar ini karena semua pintu masuk dan keluar bar sudah dijaga ketat oleh para pengawalnya. Namun, tiba-tiba saja dia menemukan sosok perempuan cantik yang sangat dia kenal.Ronald bergegas menghampiri perempuan itu, lalu bertanya, “Rachel, kok kamu di sini?”“Aku kan sudah bilang kalau aku mau minum ke bar sama pegawai kantorku,” jawab Rachel. Kemudian dia mengerutkan bibirnya seraya bertanya, “Kamu sudah dari tadi di sini?”Ronald tidak mengerti kenapa Rachel tiba-tiba menanyakan hal itu padanya. “Aku baru saja masuk ke dalam bar, tadi aku sempat mencari jejak Reihan di luar. Memangnya kenapa?” tanya Ronald lagi. Rachel langsung berusaha mencium aroma alkohol dari tubuh Ronald, tapi dia tidak menemukannya. Rachel melihat dengan jelas kalau tadi Ronald sempat minum setidaknya dua gelas wiski. Apa mungkin tadi Rachel salah lihat?Ketika Rachel masih merasa curig
Ronald sulit untuk menenangkan diri. Dia tidak ingin Rendy merusak keluarganya yang sudah terasa sangat bahagia ini. Kekhawatiran di dalam hatinya terus bergejolak. Bahkan dalam perjalanan pulang, wajah Ronald masih terlihat sangat dingin.Ketika mereka berdua sampai di rumah, Rachel memanggil Michelle untuk menghampiri mereka.Michelle langsung mengerti keadaan mereka setelah melihat mata ibunya. Kemudian dia menarik pakaian Ronald seraya bertanya, “Papa lagi sedih, ya?”Wajah dingin Ronald seketika langsung berubah hangat setelah mendengar pertanyaan Michelle. Kemudian dia langsung mengangkat Michelle dan menaruhnya di atas pundak seraya berkata, “Papa nggak sedih, kok. Cuma lagi mikirin kerjaan saja.”Michelle langsung tersenyum lebar seraya berkata, “Pa, angkat aku yang tinggi, dong.”Ronald langsung menuruti permintaan Michelle. Dia mengangkat dan melempar Michelle ke atas. Kemudian dengan cepat menangkap Michelle dengan kedua tangannya. Suara tawa Michelle bergema dengan riangny
Pesta pernikahan Rachel dan Ronald sudah semakin dekat. Mereka berdua disibukkan dengan persiapan pesta pernikahan selama beberapa hari belakangan. Sampai akhirnya Rachel mendapatkan panggilan telepon dari perusahaan tepat satu hari sebelum hari perayaan pernikahannya. “Bu Rachel, rapat laporan hasil proyek Yelitos Group akan dilaksanakan hari ini. Apa Ibu sendiri yang akan ke sana?” tanya Jenny.Sebenarnya, Jenny tidak ingin menelepon Rachel karena semua orang tahu kalau saat ini Rachel sedang sangat sibuk mengurus pernikahannya. Namun, masalah dalam proyek ini sudah terlalu banyak. Dia takut muncul masalah yang tidak diinginkan kalau sampai dia sendiri yang datang dalam rapat laporan hasil proyek. Tidak mudah bagi Aurora Technology untuk berada di titik ini, sehingga orang-orang itu tidak bisa menghancurkan perusahaan ini begitu saja.Rachel langsung menganggukkan kepalanya seraya berkata, “Aku siap-siap dulu. Nanti kita bertemu di pintu masuk Yelitos Group, ya.”Yelitos Group dan A
Jenny bergegas menyapa Rachel ketika Rachel turun dari mobil.“Ya ampun, Bu Rachel tambah cantik saja. Padahal kita baru tidak bertemu beberapa hari. Perempuan yang sedang jatuh cinta memang kayak bunga mekar di musim semi, ya. Kita pasti bisa berhasil dalam rapat laporan hasil proyek hari ini,” ujar Jenny dengan ekspresi wajah berlebihan.Rachel hanya bisa terdiam. Apa hubungan antara pekerjaan dan kehidupan pribadinya? “Bukannya ini Bu Rachel yang mau menikah besok?” tanya sebuah suara dari belakang Rachel.Rachel langsung berbalik dan menemukan Hanna yang baru saja turun dari mobilnya. Dia menatap Rachel dengan mata berbinar yang entah karena alasan apa. Kemudian Hanna berjalan menghampiri Rachel sambil meletakkan tangannya di dada, lalu berkata, “Besok kamu kan mau menikah. Kenapa hari ini kamu masih saja datang bekerja? Kayaknya Pak Ronald nggak benar-benar mencintaimu, deh.”“Ngomong-ngomong soal pernikahan, kayaknya aku belum memberikan undangan untuk Bu Hanna, ya,” balas Rac