“Mengalihkan perhatian kita? Kenapa Kakek Hilmi mau mengalihkan perhatian kita?” Daren menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan ekspresi bingung di wajahnya.Eddy hanya menatapnya dalam diam. Di wajahnya seakan tertulis kalimat, “Sudah bilang kamu bodoh masih saja nggak percaya. Sekarang kamu sudah percaya, kan?”Darren, “....”Mobil segera berhenti di depan rumah keluarga Tanjaya. Michael orang pertama yang membuka pintu dan turun dari mobil. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruang tamu. Alisnya seketika semakin berkerut, “Michelle mana? Kok masih belum pulang juga?”Hilmi berkata sambil tertawa pelan, “Bu Farah bawa Non Michelle ke kebun binatang. Mungkin agak lama baru pulang.”Baru saja Hilmi selesai berkata, sebuah mobil berhenti di depan rumah. Farah keluar dari mobil sambil menggendong Michelle.Darren bergegas pergi untuk menyambut mereka, “Michelle, aku kangen banget sama kamu. Lain kali aku akan ikut kamu ke mana pun kamu pergi. Aku nggak akan pergi tes IQ lagi.”
Mobil Ronald akhirnya tiba di pinggiran pantai. Saat ini sudah pukul lima sore. Karena langit mendung dan awan gelap di langit, situasi di tepi pantai tampak gelap. Jarak pandang juga sangat dekat.Ronald membuka pintu dan turun dari mobil. Sepatu kulitnya menginjak pasir pantai yang penuh batu kering. Dia berjalan selangkah demi selangkah menuju sebuah gudang.Gudang itu adalah sebuah gudang pabrik kimia yang telah ditinggalkan begitu saja lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Gudang itu didirikan dengan lembaran besi. Akibat erosi angin laut, gudang itu sudah menjadi bobrok.Ronald berjalan mendekat lalu berdiri di depan pintu bobrok. Dia mengamati lingkungan sekitar lebih dulu. Tidak ada siapa-siapa di luar. Namun, setidaknya ada tujuh atau delapan orang di dalam gudang itu.Baguslah kalau ada orang. Berarti Rachel memang dikurung di sini. Ronald mengangkat kakinya dan menendang pintu bobrok itu hingga terbuka. Di luar memang sudah gelap. Di dalam gudang itu ternyata lebih gelap lagi.
Rachel mengerutkan bibirnya, lalu berkata dengan suara yang tenang, “Karena musuhmu adalah Ronald, kamu bisa balaskan dendam padanya sekarang. Jadi, kamu bisa kembalikan putriku padaku?”“Dasar perempuan yang kejam,” cibir Reihan. “Dia sudah terluka seperti itu demi menyelamatkan kamu. Kamu sama sekali nggak merasa tersentuh?”“Kenapa aku harus tersentuh?” tukas Rachel dengan dingin. “Kalau bukan karena dia, bagaimana mungkin aku dan putriku bisa diancam sama kamu? Reihan, tujuanmu adalah balas dendam pada Ronald. Sekarang dia sudah di tanganmu. Kamu bisa bunuh dia kalau kamu mau. Sekarang aku hanya ingin bertemu dengan putriku.”“Jangan terburu-buru dulu, dong. Tonton pertunjukan ini sampai habis.” Reihan mengangkat tangan dan menekan bahu Rachel. Kepala pria itu sangat dekat dengan Rachel. Napas yang pria hembuskan dan menerpa wajah Rachel terasa sejuk.Rachel menatap layar monitor dengan tatapan dingin. Dia melihat delapan orang memukul dan menendang Ronald. Dia melihat darah merah
Lampu di kantor itu redup. Cahaya kuning itu jatuh ke mata Rachel, membuat mata perempuan itu bersinar terang. Reihan menatap mata Rachel yang dingin. Tiba-tiba pria itu tersenyum.“Rachel, kamu sangat pintar. Bagaimana kamu bisa tertipu oleh adikmu sendiri lima tahun yang lalu?”Rachel tersenyum sinis. Dia bisa tertipu lima tahun yang lalu karena dia terlalu mempercayai dua orang yang dia anggap sebagai keluarga itu. Bukan karena dia terlalu bodoh. Pada saat Rachel bengong sejenak, Reihan tiba-tiba mengangkat tangan dan meraih pergelangan tangan Rachel.Tubuh Rachel ramping dan gesit. Dia mundur ke belakang, lalu keluar dari kendali Reihan dengan mudah. Pisau buah di tangannya langsung menusuk ke leher Reihan dengan tanpa ampun.Reihan menyipitkan matanya dan terpaksa mundur ke belakang. Kemudian, dia berkata dengan dingin, “Aku nggak menyangka kamu begitu lihai.”Bisa-bisanya perempuan itu membuat Reihan kewalahan.“Kalau kamu benar-benar sentuh lakukan sesuatu pada putriku, maka pis
Darah mengalir sebanyak itu. Apa mungkin Rachel sudah ....“Nggak akan!”Mata Ronald seketika memerah. Dia baru teringat kalau dia harus segera memanggil ambulans. Dia meraba tubuhnya, tapi tidak bisa menemukan ponselnya. Saat bertarung tadi, ponselnya entah jatuh di mana.Tepat ketika pria itu sibuk mencari ponselnya, dia mendengar suara langkah kaki yang perlahan mendekat ke arahnya. Ronald seperti menemukan secercah harapan. Dia pun berkata dengan suara tercekat, “Boleh tolong pinjamkan ponselmu sebentar, nggak?”Ronald mendongakkan kepala untuk melihat orang itu. Namun, orang itu membelakangi cahaya yang menyilaukan. Karena itu, Ronald hanya bisa melihat sosok yang bertubuh ramping sedang berjalan ke arahnya.“Kamu pinjam ponsel untuk apa?” Sosok yang memiliki suara dingin itu bertanya pada Ronald.Pikiran Ronald saat ini sedikit berdengung. Pada saat ini, dia tidak menyadari siapa sosok itu. Dia berusaha menahan serak pada suaranya dan berkata, “Mau panggil ambulans ....”“Untuk a
Rachel spontan menyipitkan matanya. Dia mengangkat pipa baja di lantai dengan kakinya, lalu dia memegang pipa itu di tangannya sebagai senjata.Rachel mengira anak buah Reihan yang datang. Namun, begitu dia melihat kedua anaknya muncul di depan gudang, dia langsung menghela napas lega.Akan tetapi, ekspresi lega di wajahnya segera tergantikan dengan ekspresi serius, “Kenapa kalian berdua ada di sini?”“Untung Mama baik-baik saja.”Michael menghambur ke arah Rachel dan memeluk pinggangnya erat-erat. Wajah Michael yang terlihat sedikit dewasa penuh dengan kekhawatiran sekaligus kegembiraan.Hati Rachel seketika melembut, “Michael, Mama baik-baik saja. Nggak akan ada apa-apa. Jangan khawatir.”Michael masih tidak melepaskan pelukannya, tapi juga tidak berkata apa-apa.Eddy berjalan mendekat, lalu berkata dengan suara pelan, “Michael bisa merasa ada sesuatu yang terjadi pada Mama dan Papa. Jadi dia cepat-cepat lacak lokasi kalian. Untung saja nggak terjadi apa-apa.”Rachel menekuk wajahnya
Setelah mobil menghilang dari pandangannya, Rachel baru meminta dua pengawal lainnya untuk membawa Ronald ke ruang IGD.“Pak Ronald hanya mengalami luka luar. Satu-satunya luka yang lebih serius ada di bagian belakang kepalanya.” Dokter yang telah menerima hasil pemeriksaan berkata, “Bagian belakang kepala Pak Ronald sepertinya terkena hantaman benda tumpul dan keras. Ada sedikit pendarahan pada otaknya. Namun, secara teori, pendarahan itu nggak akan terlalu berdampak pada tubuhnya. Pendarahan akan diserap oleh tubuh dalam waktu sekitar setengah bulan.”Setelah mendengar kata-kata dokter, Rachel baru bisa bernapas lega. “Kalau begitu, dia perlu dirawat di rumah sakit selama setengah bulan?”“Oh, nggak perlu, Bu. Opname selama tiga hari dulu, kami akan terus observasi.”Ronald telah didorong ke bangsal. Suasana hati Rachel menjadi sangat kacau ketika melihat pria itu terbaring di ranjang rumah sakit dengan wajah pucat. Belum lama ini, Ronald ditembak oleh Shania demi menyelamatkan Eddy.
Suasana di dalam kamar rawat sangat sunyi. Hanya suara tetesan cairan infus yang sangat kecil saja. Ronald menghirup rambut panjang Rachel yang wangi. Matanya menatap wajah sisi samping perempuan itu dengan lekat.Cahaya malam yang menyinari wajah perempuan itu membuatnya semakin indah. Bola mata hitam Rachel jatuh dalam pandangan Ronald dan membuatnya sedikit kehilangan kendali.Ronald menyampingkan wajahnya dan hendak mengecup wajah samping perempuan itu. Akan tetapi, di antara keduanya ada jarak sekitar sepuluh sentimeter. Dia menggerakkan sedikit tubuhnya, tetapi luka di bagian kepalanya yang cukup parah membuat Ronald tidak bisa menggerakkan tubuhnya.Dia menggerakkan tangannya dengan kesal. Tangan kirinya yang luka tetapi tidak tertancap jarum infus masih bisa digerakkan. Dengan pelan Ronald mengangkat tangan kirinya dan mengelus rambut panjang perempuan itu.Rachel tersadar dan langsung memutar wajahnya. Matanya bertemu dengan mata hitam milik lelaki itu. Meski Ronald tengah ber