Selesai menyiapkan makan malam, Ronald naik ke atas dan ganti baju sebelum turun lagi ke bawah. Meski hanya ada tiga hidangan, ditambah enam porsi steak, meja makan pun terisi penuh. Ronald merasa bangga atas pencapaian ini.Enam orang duduk di meja makan. Di depan mereka masing-masing ada sepiring steak yang terlihat cukup enak. Ronald meletakkan serbetnya dengan elegan dan berkata, “Coba dulu bagaimana dengan rasanya.”Darren orang pertama yang memotong steak dan memasukkannya ke dalam mulutnya dengan tidak sabar. Baru makan segigit, anak itu langsung mengerutkan kening, “Keras banget, terlalu keras. Nggak bisa dikunyah ....”Ronald, “....”Bukankah koki bilang panasnya sudah pas? Mengapa daging steak bisa jadi keras?Michael mencicipi ikan kukus buatan Ronald, lalu berkata, “Daging ikannya cukup segar, tapi terlalu asin.”Ronald, “....”Bukankah koki bilang memasukkan dua sendok garam sudah cukup? Ronald hanya memasukkan dua sendok, bagaimana bisa jadi asin?Eddy makan udang rebut d
Michelle juga minum setengah gelas anggur buah. Wajahnya yang putih seketika tampak memerah seperti memakai perona pipi. Terlihat seperti apel merah besar.Rachel melihat anak-anak semua minum, rasanya tidak baik kalau dia tidak minum. Karena itu, dia mengangkat gelasnya.Begitu Rachel hendak minum, Michael tiba-tiba mengulurkan tangan dan menghentikan ibunya, “Ma, aku akan gantikan Mama minum.”Ronald langsung mengerutkan kening, “Kamu ini masih anak-anak, nggak boleh minum anggur merah. Sini, aku saja.”Ronald langsung mengambil gelas itu dan tidak menerima protes. Hilmi diam-diam menyenggol bahu Ronald dan berbisik, “Bu Rachel ingin bersulang dengan Pak Ronald. Bagaimana Pak Ronald mau gantikan Bu Rachel minum?”Ronald seperti tiba-tiba baru menyadari sesuatu.“Den Michael jangan minum anggur merah. Anggur merah ini sangat kuat, anak-anak nggak akan tahan.” Hilmi mengambil gelas dari tangan Ronald dan menyerahkannya kembali pada Rachel, “Bu Rachel, minum sedikit sudah cukup. Formali
Rachel berbaring di tempat tidur kamar tamu dan memejamkan matanya. Michael menutupi ibunya dengan selimut. Setelah menatap ibunya sebentar, dia baru keluar dari kamar dengan pelan-pelan.Begitu Michael keluar dari kamar, Darren langsung menariknya ke sudut tangga dan berkata, “Michael, kami ingin katakan sesuatu padamu.”Eddy dan Michael juga ada di di sana. Mereka pun mengelilingi Michael, membuat posisi Michael berada di tengah.“Aku, Kak Eddy dan Michelle sudah mencapai kesepakatan, yaitu ....” Darren mengumumkan, “Kami akan buat Papa dan Mama menikah. Dengan begitu, kita semua punya papa dan mama. Kita juga bisa hidup bersama selamanya.”“Aku nggak setuju.” Michael langsung menolak tanpa berpikir.“Aku tahu kamu nggak setuju, makanya aku mau diskusi sama kamu.” Darren menepuk pundak Michael dengan serius, “Michael, kamu masih kecil. Kamu nggak mengerti hubungan antara pria dan perempuan. Aku akan jelaskan ke kamu.”Michael menatap Darren dengan dingin, “Kamu yakin kamu mengerti?”
Eddy meraih tangan Michael dan berkata, “Ayo, aku bawa kamu ke kamarku. Ada banyak barang bagus di kamarku. Aku yakin kamu pasti akan suka.”Mata Darren berputar cepat. Dia menatap Michelle sebentar, lalu berkata, “Michelle, kamu ikut Kak Eddy ke kamar dulu. Aku ada urusan yang harus diselesaikan.”Darren diam-diam tertawa. Setelah itu, dia berbalik dan pergi ke halaman.***Di bawah bimbingan koki, Ronald akhirnya berhasil memasak sup pereda pengar. Dia membawa semangkuk sup ke kamar tamu. Ronald mengetuk pintu kamar itu beberapa kali, tapi tidak ada gerakan di dalam kamar. Karena itu, dia memutar knop dan membuka pintu kamar.Kemudian, Ronald seketika menahan napasnya. Rachel melepas mantelnya dan berbaring di tempat tidur. Perempuan itu mengenakan kemeja sifon dengan lengan tergulung ke atas, memperlihatkan tangannya yang putih dan polos.Rachel minum anggur merah tadi. Bau anggur perlahan-lahan tercium darinya. Kedua pipinya memerah, seperti mentari senja yang indah. Guratan merah
“Den Darren, apa yang kamu lakukan?” Hilmi melihat pemandangan di depannya sambil tercengang, matanya pun terbelalak lebar.“Sssttt!” Darren cepat-cepat menarik Hilmi dan berjongkok di bawah bayang-bayang rumput.“Kakek Hilmi, tolong jangan beri tahu Papa, oke?”Hilmi melihat obeng di tangan Darren, lalu melihat ban mobil yang kempis, “Den Darren, kamu tahu apa yang sudah kamu lakukan?”“Tentu saja aku tahu.” Darren mengangguk dengan cepat, “Tujuanku sama seperti Kakek yang bujuk mamaku untuk minum.”Hilmi, “....”Hilmi sudah melakukannya secara diam-diam. Bagaimana Darren bisa mengetahuinya?“Kakek, karena tujuan kita sama, bagaimana kalau kita bekerja sama?” Darren mengedipkan matanya, lalu mengeluarkan obeng lain dari sakunya dan menyerahkannya pada Hilmi, “Tusuk ban mobil Papa juga. Dengan begitu, Mama nggak ada mobil untuk pulang.”Hilmi membayangkan dirinya dihukum berdiri oleh Ronald. Dia sudah sangat tua, karena itu dia benar-benar tidak boleh kehilangan muka. Oleh karena itu,
Ronald tersenyum dengan kikuk. Seandainya bukan karena kesalahan Darren justru membuatnya merasa sangat puas, dia pasti sudah menyuruh anak itu berdiri dalam postur tegak setidaknya selama dua jam.“Dia anakku, bagaimana aku tega hukum dia?” Ronald berkata dengan tidak tulus, “Selama empat tahun ini, aku terlalu sibuk dengan pekerjaan dan lalai mendisiplinkan mereka. Kalau aku ada salah, kamu katakan saja padaku.”Rachel agak terkejut. Pria itu merendahkan dirinya hingga begitu rendah. Hal itu membuat Rachel sama sekali tidak tahu harus berkata apa. Ronald bersedia membiarkan Eddy dan Darren tinggal di rumah Rachel. Ronald bersedia mendengar pendapatnya tentang mendidik anak-anak. Pria itu selalu menghormatinya.Sebaliknya, Rachel cemburu dan khawatir ketika melihat Michelle terlalu dekat dengan Ronald. Saat pria itu mengusulkan agar anak-anak tinggal di rumah keluarga Tanjaya, Rachel langsung menolak tanpa berpikir.Rachel bahkan berpikir suatu hari nanti, dia akan diam-diam membawa a
Darren menghitung kelebihan ayahnya dengan jarinya. Ronald meletakkan kepalan tangannya di bibir dan berdehem, “Cukup, kamu bisa diam sekarang. Ada beberapa hal yang nggak perlu kamu katakan dengan jelas.Rachel, “....”Ada apa ini? Apakah Ronald merasa semua yang dikatakan Darren itu benar? Mengapa Rachel tidak merasa kalau pria itu menyukainya? Mungkin Ronald sedikit menyukainya, tapi mungkin lebih ke aspek itu. Bagaimanapun, pria itu tidak pernah menyembunyikan ketertarikannya pada tubuh Rachel.Rachel berdehem, lalu berkata, “Darren, ban mobil Mama bocor. Apakah masalah ini ada hubungannya sama kamu?”Darren spontan menggelengkan kepalanya dengan cepat, “Bukan aku! Nggak ada hubungannya sama aku.”Tubuh Ronald seketika memancarkan aura dingin. Begitu Rachel meliriknya, Ronald segera menarik kembali aura dinginnya itu dan mengambil beberapa langkah ke samping.“Darren, Mama mau dengar kata-kata yang sebenarnya,” ujar Rachel dengan serius. “Sekalipun kamu yang melakukannya, Mama juga
Sudahlah Hilmi melakukan hal itu, sekarang Darren malah mengadukannya kepada Rachel dan Ronald. Hilmi merasa sudah kehilangan muka.“Sebenarnya ... aku nggak sengaja tumpahkan debu ke tempat tidur.” Hilmi menggosok hidungnya dengan kikuk, lalu berkata, “Sudah malam, aku mau tidur, istirahat dulu. Huh ... sudah tua, sudah nggak kuat begadang.”Pria tua itu berjalan pergi sambil menghela napas. Kemudian, dia masuk ke kamarnya dan menutup pintu rapat-rapat.Rachel, “....”Rachel tiba-tiba mengerti mengapa Hilmi melakukan hal itu. Dia sungguh ... tidak tahu harus berkata apa lagi.“Pa, aku main sama Kak Eddy dan yang lainnya dulu, ya.” Darren melepaskan diri dari Rachel dan bergegas pergi ke lantai atas. Di ruang tamu, hanya tersisa Rachel dan Ronald yang saling memandang satu sama lain.Beberapa detik kemudian, Rachel berdiri dan berkata, “Pak Hilmi sudah tidur, semua pelayan sudah pulang. Aku bantu kamu rapikan kamar saja.”Ronald awalnya ingin berkata tidur di kamar lain sama saja bagin