Sudahlah Hilmi melakukan hal itu, sekarang Darren malah mengadukannya kepada Rachel dan Ronald. Hilmi merasa sudah kehilangan muka.“Sebenarnya ... aku nggak sengaja tumpahkan debu ke tempat tidur.” Hilmi menggosok hidungnya dengan kikuk, lalu berkata, “Sudah malam, aku mau tidur, istirahat dulu. Huh ... sudah tua, sudah nggak kuat begadang.”Pria tua itu berjalan pergi sambil menghela napas. Kemudian, dia masuk ke kamarnya dan menutup pintu rapat-rapat.Rachel, “....”Rachel tiba-tiba mengerti mengapa Hilmi melakukan hal itu. Dia sungguh ... tidak tahu harus berkata apa lagi.“Pa, aku main sama Kak Eddy dan yang lainnya dulu, ya.” Darren melepaskan diri dari Rachel dan bergegas pergi ke lantai atas. Di ruang tamu, hanya tersisa Rachel dan Ronald yang saling memandang satu sama lain.Beberapa detik kemudian, Rachel berdiri dan berkata, “Pak Hilmi sudah tidur, semua pelayan sudah pulang. Aku bantu kamu rapikan kamar saja.”Ronald awalnya ingin berkata tidur di kamar lain sama saja bagin
Rachel mengira pintu tertutup karena tiupan angin. Namun, begitu dia melihat raut wajah Ronald yang gelap, dia seketika memahami sesuatu. Rachel pun berjalan ke depan pintu dan menarik pegangan pintu itu. Benar saja, pintu dikunci dari luar.“Papa, Mama, malam ini kalian berdua tidur bareng, ya.”Rachel mendengar suara tawa Darren di balik pintu. Rachel tersenyum, lalu berkata, “Darren, sayang. Cepat buka pintunya.”“Aku nggak dengar apa-apa. Sepertinya ada yang salah dengan telingaku. Kak Eddy, cepat bantu aku korek telingaku.”Darren berkata sambil melarikan diri. Sesaat kemudian, tidak terdengar apa-apa lagi di depan pintu kamar. Rachel merasa pusing. Darren benar-benar nakal. Dia baru saja hendak menelepon Michael agar anak itu membukakan pintu untuknya. Tiba-tiba, Ronald memegang tangannya.Kemudian, pria itu berkata dengan suara serak, “Kalau kita nggak penuhi keinginan Darren kali ini, ke depannya dia akan cari segala cara setiap hari untuk buat kita tidur sekamar. Daripada kita
Rachel mengatupkan bibir merahnya, lalu melihat ke arah Ronald yang sedang berbaring di sofa melalui dinding kaca kamar mandi yang buram. Karena mereka akan tidur sekamar, maka dia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan bagus ini. Rachel ingin melihat apakah ayah dari anak-anaknya itu benar-benar seorang pria sejati.Oleh karena itu, Rachel keluar dari kamar mandi. Kemudian, dia bertanya dengan tenang, “Aku nggak bawa baju ganti hari ini. Aku boleh pakai bajumu dulu, nggak?”Ronald bangun dan berjalan ke lemari pakaiannya. Begitu dia membuka pintu lemari, dia langsung mencium bau tak sedap. Untung saja, itu bukan satu-satunya lemari pakaian di dalam kamarnya.Ronald membuka lemari kecil lainnya, lalu mengambil sehelai kemeja putih. Setelah itu, dia menyerahkannya kepada Rachel dan berkata, “Kamu bisa jadikan ini sebagai gaun tidur. Pakai dulu malam ini. Besok aku akan suruh orang antarkan baju untuk kamu.”“Terima kasih.”Rachel mengambil kemeja itu dan kembali ke kamar mandi. Sementara
Rachel turun dengan pengering rambut di tangannya. Begitu turun, dia melihat mata Ronald yang gelap sedang menatapnya dengan lekat.Rachel mengerutkan bibirnya, lalu berkata dengan tenang, “Pak Ronald mau mandi? Kalau begitu aku akan keringkan rambutku di luar.”Ronald berusaha menekan perasaan gelisah yang terus meluap di dalam hatinya. Kemudian, dia berkata dengan suara dinginnya, “Rambutmu terlalu panjang. Aku bantu kamu keringkan rambutmu.”Tanpa mengatakan apa pun, Rachel langsung menyerahkan pengering rambut kepada Ronald dan duduk di kursi dengan patuh. Ronald mengusap rambut Rachel dengan jari-jarinya, lalu mengeringkannya pelan-pelan dengan pengering rambut.Ronald tidak terlalu mahir melakukan hal semacam ini. Namun, gerakannya sangat ringan. Seolah-olah dia takut menyakiti Rachel. Dia memperlakukan setiap helai rambut Rachel dengan sangat baik.Sementara itu, Rachel mengatupkan bibirnya dan diam membisu. Tiba-tiba dia merasa dirinya agak jahat. Bisa-bisanya dia menggunakan c
Michael berdiri di depan pintu dan memperhatikan semua dekorasi di dalam kamar. Tiba-tiba ada perasaan hangat mengalir di dalam hatinya. Semua perabotan di dalam kamar itu sama persis dengan yang di rumahnya. Warna spreinya sama, gordennya juga sama. Bahkan warna karpetnya juga sama persis. Hanya saja, ada beberapa barang tambahan yang tidak ada di rumahnya. Tidur di kamar tidur ini seharusnya tidak membuatnya merasa asing sampai tidak bisa tidur.Hal ini juga cukup untuk menunjukkan kalau keluarga Tanjaya benar-benar memikirkan Michael. Oleh karena itu, Ronald sebenarnya sangat peduli padanya dan Michelle.Michael mengangkat wajahnya dan berkata, “Terima kasih, Kak Eddy.”Eddy tersenyum, “Aku kakakmu. Mulai sekarang kamu nggak perlu bilang terima kasih lagi padaku. Ayo, kita tidurkan Michelle dulu.Keempat anak berada di dalam kamar Michelle dan membaca cerita sebelum tidur. Suasana begitu harmonis dan tenang. Sedangkan di kamar tidur utama juga sudah sunyi senyap.Rachel minum sedik
Tidak lama kemudian, terdengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Sementara itu, Rachel menggaruk kepalanya. Bukankah pria itu baru saja mandi? Mengapa dia mandi lagi?Rachel pun menoleh dan melihat kaca buram di kamar mandi. Tidak ada uap dari air panas di kaca bagian atas. Yang berarti pria itu sedang mandi air dingin.Padahal saat ini sudah tengah malam, udara terasa begitu dingin. Pria itu malah mandi dengan air dingin?Rachel tiba-tiba seperti menyadari sesuatu. Dia spontan menundukkan kepalanya. Setelah itu, dia hanya tersenyum kecut ketika melihat dirinya yang sedang mengenakan kemeja pria itu. Bukankah tadi Rachel ingin menguji pria itu? Sekarang dia sudah bisa melihat hasilnya.Pria itu lebih memilih mandi dengan air dingin malam-malam begini daripada melakukan sesuatu yang di luar batas. Hal itu menunjukkan kalau Ronald memang sedang belajar untuk menghormatinya.Rachel mengancingkan kancing kemeja yang paling atas. Kemudian, dia menarik selimut dan baring di tempat
Rachel menata suasana hatinya sebentar. Setelah merasa cukup tenang, dia baru turun ke bawah. Namun, di ruang tamu tidak ada siapa-siapa. Hanya ada suara tawa yang terdengar dari ruang makan yang tidak jauh dari sana.Rachel berjalan ke sana pelan-pelan. Setelah berdiri di depan pintu, dia pun melihat pemandangan yang sangat hangat dan harmonis.Michelle sedang duduk di pangkuan Ronald. Kedua pipinya menggembung, entah sedang mengunyah apa. Darren dan Eddy sedang menyuapi gadis kecil itu tanpa henti. Sedangkan Ronald sedang berusaha mengepang rambut gadis kecil itu.Ronald seorang pria dewasa, gerakan tangannya begitu kasar. Kepangannya benar-benar tidak terlalu bagus. Rachel belum sempat berkomentar, Michael yang sudah tidak tahan lagi langsung berkata sambil mengerutkan kening, “Michelle jadi jelek dengan gaya rambut ini.”Begitu kata-kata itu keluar dari mulut Michael, senyum di wajah Michelle langsung menghilang. Dia pun mengatupkan bibirnya dengan kesal.Ronald berdehem dan berkat
Keluarga Tanjaya memiliki lebih dari sepuluh pelayan. Beberapa di antaranya khusus mengurus Eddy dan Darren, ada yang khusus membersihkan rumah, khusus mengurus kebun dan khusus memasak. Sekarang ditambah ada Michael dan Michelle, Hilmi pun merekrut beberapa pengasuh lagi. Oleh karena itu, ada pelayan yang menyelesaikan semua pekerjaan di rumah ini. Keempat anak ada orang yang jaga. Rachel sama sekali tidak perlu khawatir. Sebenarnya, anak-anak tinggal di rumah keluarga Tanjaya jauh lebih bahagia daripada bersama Rachel saja. Setidaknya, ada orang yang akan membantu mengurus banyak hal dalam hidup mereka. Rachel menundukkan kepala, berusaha menyembunyikan emosi komplek yang terpancar dari matanya. Selesai makan siang, Ronald mengantarnya ke tempat perjamuan. Dia awalnya ingin menyetir sendiri ke sana. Akan tetapi, keempat ban mobilnya kempes gara-gara ulah Darren semalam. Hari ini Hilmi membawa mobilnya ke bengkel untuk diperbaiki.Setengah jam kemudian, mobil yang membawa mereka ber