Bibir Shania seketika memucat. Dia tidak pernah takut pada Rachel, dia hanya takut pada Ronald. Pria itu kejam dan tanpa ampun terhadap musuhnya. Kalau pria itu tahu dia telah membohonginya selama empat tahun, Shania percaya pria itu sungguh akan membunuhnya.“Rachel, bantu aku ....”Shania spontan meraih tangan Rachel dan memohon dengan suara pelan. Mimpinya untuk menjadi istri Ronald telah hancur. Sekarang, dia hanya ingin menyelamatkan hidupnya dan melindungi kemakmuran keluarga Hutomo.“Saat ini Ronald masih belum tahu soal anak-anak,” kata Rachel dengan acuh tak acuh.Pada detik itu juga, Shania langsung menghela napas lega. Selama Ronald belum tahu, maka masih ada banyak kemungkinan.Setelah lebih tenang, Shania coba-coba bertanya, “Selain kamu, siapa lagi yang tahu tentang ini?”Rachel tahu persis apa yang sedang Shania rencanakan, dia pun tertawa sinis dan berkata, “Kamu ingin bungkam mulut semua orang yang tahu masalah ini, lalu kamu kira kamu bisa simpan rahasia ini selamanya
Ronald spontan mengerutkan kening, “Ma, waktu aku baru kenal dia, aku sama sekali nggak tahu kalau dia tantenya anak-anak.”“Karena sekarang kamu sudah tahu, bukankah seharusnya kamu menyerah?” Farah berkata dengan dingin, “Shania sudah lahirkan anak-anakmu, kamu malah berniat nikahi kakaknya. Kalau hal ini tersebar keluar, kamu tahu bagaimana orang-orang akan menertawakan keluarga kita?”“Aku suka Rachel, itu nggak ada hubungannya dengan statusnya sebagai putri sulung keluarga Hutomo.” Ronald berkata dengan nada ringan, “Aku juga nggak akan putus dengannya hanya karena dia kakaknya Shania.”Rachel yang sedang membawa kedua anak turun ke bawah tidak sengaja mendengar kata-kata itu. Dia terkejut, heran, kaget .... Berbagai emosi terpancar dari matanya.Meskipun status mereka pacaran sekarang, nyatanya mereka bersama bukan karena mereka saling menyukai satu sama lain. Namun sekarang, Ronald malah berkata di depan Farah kalau dia menyukai Rachel. Dia juga bilang tidak akan pernah putus d
“Aku antar kalian pulang.” Ronald membuka pintu mobil dan berkata dengan suara lembut.Rachel tersenyum tipis, lalu menggelengkan kepala dan berkata, “Aku bawa mobil, aku akan pulang sendiri.”Ronald tiba-tiba menundukkan kepala, lalu mendekati telinga Rachel dan berbisik, “Jangan lupa, sekarang aku adalah pacarmu. Sudah seharusnya aku antar pacarku pulang.”Rachel tiba-tiba teringat dengan kata-kata Ronald pada ibunya barusan. Ujung telinga Rachel diam-diam memerah. Dia pun mengerutkan bibir dan berkata, “Kalau begitu, bagaimana dengan mobilku?”Ronald menoleh dan memanggil salah satu pengawalnya. Kemudian, dia meminta pengawalnya itu untuk mengikutinya di belakang dengan mobil Rachel. Sementara itu, dia mengantar Rachel dan kedua anak dengan mobilnya sendiri.Ronald sengaja menyetir mobilnya dengan sangat lambat. Setengah jam kemudian, mobilnya baru mencapai tempat tujuan.Rachel menggendong kedua anaknya turun dari mobil, lalu berkata dengan sopan, “Terima kasih sudah antar kami, P
Rachel, “....”Sia-sia Rachel membesarkan anaknya selama empat tahun. Begitu ada ayah kandungnya, Michelle langsung melupakan ibunya ini.Pantas saja orang sering bilang kalau anak perempuan adalah kekasih ayahnya di kehidupan sebelumnya.Rachel hanya bisa tertawa pelan. Dia pun turun ke bawah dan menemukan Michael masih membaca buku padahal sudah begitu malam. Dia spontan berkata tanpa daya, “Michael, tunggu kamu lebih besar nanti baru baca buku serumit ini. Sekarang kamu harus baca lebih banyak buku cerita.”Rachel membawa Michael ke atas, “Sudah malam, kamu cepat mandi dan tidur. Mau Mama yang mandikan kamu?”Michael menggelengkan kepalanya dengan cepat, “Nggak usah, aku bisa mandi sendiri.”Setelah itu, Michael mengambil baju ganti dan ke kamar mandi. Sepuluh menit kemudian, dia baru keluar dari kamar mandi. Rambutnya masih agak basah, tapi itu justru membuatnya terlihat menjadi lebih menurut.Rachel membawanya ke kamar, lalu berkata dengan lembut, “Mau Mama bacakan cerita sebelum
Rachel seketika mematung. Dia bukan lagi gadis kecil yang tidak tahu apa-apa. Dia sudah berusia 23 tahun, ditambah lagi dia sekarang adalah seorang ibu dari empat anak.Ada orang yang tidak dikenal sedang mengintai mereka di halaman luar. Namun, pria ini malah ....Wajah Rachel spontan memerah. Dia menggertakkan giginya, lalu perlahan mengangkat kelopak matanya dan memelototi Ronald dengan tajam.Rachel sangat cantik, kedua matanya yang indah memantulkan sinar lampu kristal di ruang tamu yang terlihat seperti langit penuh dengan bintang bertebaran. Sosok Ronald juga terpantul dari sepasang manik yang berkilau itu.Tangan Ronald terasa semakin panas. Pria itu pun memeluk pinggang Rachel dengan erat-erat. Dia menundukkan kepalanya sedikit, jakunnya bergerak naik turun dengan cepat. Dia berusaha menahan hasrat dalam tubuhnya.“Kamu!” Rachel menatapnya dengan marah. Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.Setelah itu, Rachel bertopang pada dada Ronald,
Ronald berjalan mendekati kedua pria berbaju hitam itu. Kemudian, dia mengangkat kakinya dan ujung sepatu kulitnya langsung menekan leher salah satu pria itu.Gerakan Ronald begitu cepat dan ganas. Pria berbaju hitam itu merasa seolah-olah ada yang menembus lehernya. Wajahnya langsung sepucat kertas.“Kelihatannya kalau nggak pakai cara seperti ini, kalian nggak akan bicara.”Ronald tertawa sinis, lalu dia menekankan kaki kanannya lagi. Napas pria berbaju hitam itu seketika tercekat. Pembuluh darah di lehernya mengembang, seolah-olah dia akan pingsan di detik berikutnya.Pria itu merasakan aura pembunuh dari Ronald. Kalau dia tidak mengaku, dia mungkin akan mati di sini.“Aku akan katakan!” Pria berbaju hitam itu segera menyerah, “Seorang pria minta kami untuk menyelinap ke vila ini dan ambil kesempatan untuk culik dua anak.”Mata Rachel spontan menyipit, “Seorang pria? Siapa namanya?”Pria berbaju hitam itu menggelengkan kepalanya, “Aku nggak tahu siapa namanya. Dia kasih kami dua mil
Rachel berjalan ke balkon sambil membawa ponselnya, sorot matanya menatap kejauhan dengan dingin.Perempuan itu mengerutkan bibirnya, lalu berkata dengan dingin, “Tony, kalau kamu culik anakku malam ini, kamu tahu seberapa besar harga yang harus keluarga kalian bayar?”“Nggak usah sengaja buat aku bingung. Kedua anak itu adalah darah daging keluargaku. Aku pergi jemput dan bawa mereka ke Manggara untuk kembali ke keluarga mereka, itu nggak termasuk penculikan,” tukas Tony. Kemudian, dia berkata dengan marah, “Kalau kamu tahu diri, sebaiknya kamu serahkan kedua anak itu. Kalau nggak, jangan harap kamu bisa hidup dengan tenang.”“Kamu sudah tes DNA?” tanya Rachel dengan santai.“Memangnya masih perlu tes DNA?” Tony yang berada di ujung sana tertawa sinis, “Kamu sendiri yang merangkak naik ke tempat tidurku lima tahun yang lalu. Ini fakta yang sudah pasti.”“Lebih baik nggak usah terlalu percaya diri, Tony.” Rachel memainkan jarinya dan berkata, “Kamu tahu siapa pria yang berada di rumahk
Setelah melihat kedua anaknya masuk ke sekolah, Rachel baru pergi ke perusahaan. Begitu sampai di perusahaan, Jenny langsung menghampirinya dan berkata dengan suara pelan, “Bu Rachel, ada tamu yang aneh banget di kantor.”“Aneh gimana?” tanya Rachel sambil mengangkat alisnya dengan heran.“Dia bilang dia bos dari perusahaan media di luar negeri. Dia ingin bahas kerja sama secara langsung dengan Bu Rachel. Jadi aku minta dia untuk tunggu di ruang tunggu lebih dulu.” Jenny lanjut berkata, “Dia pakai topeng, kelihatannya agak aneh. Bu Rachel harus siap mental dulu sebelum masuk.”Rachel mengangguk sambil termenung, seperti sedang memikirkan sesuatu. Dia pergi ke ruangannya dulu untuk mengambil dokumen. Kemudian, dia pergi ke ruang tunggu dan mengetuk pintu sebelum masuk.Setelah itu, terdengar suara berat dan serak dari dalam ruangan, “Masuk.”Suara itu sangat dingin. Jelas-jelas itu hanya suara, tapi entah kenapa suara itu berubah menjadi seperti sebuah sentuhan, yang membuat orang merin