Rachel, “....”Sia-sia Rachel membesarkan anaknya selama empat tahun. Begitu ada ayah kandungnya, Michelle langsung melupakan ibunya ini.Pantas saja orang sering bilang kalau anak perempuan adalah kekasih ayahnya di kehidupan sebelumnya.Rachel hanya bisa tertawa pelan. Dia pun turun ke bawah dan menemukan Michael masih membaca buku padahal sudah begitu malam. Dia spontan berkata tanpa daya, “Michael, tunggu kamu lebih besar nanti baru baca buku serumit ini. Sekarang kamu harus baca lebih banyak buku cerita.”Rachel membawa Michael ke atas, “Sudah malam, kamu cepat mandi dan tidur. Mau Mama yang mandikan kamu?”Michael menggelengkan kepalanya dengan cepat, “Nggak usah, aku bisa mandi sendiri.”Setelah itu, Michael mengambil baju ganti dan ke kamar mandi. Sepuluh menit kemudian, dia baru keluar dari kamar mandi. Rambutnya masih agak basah, tapi itu justru membuatnya terlihat menjadi lebih menurut.Rachel membawanya ke kamar, lalu berkata dengan lembut, “Mau Mama bacakan cerita sebelum
Rachel seketika mematung. Dia bukan lagi gadis kecil yang tidak tahu apa-apa. Dia sudah berusia 23 tahun, ditambah lagi dia sekarang adalah seorang ibu dari empat anak.Ada orang yang tidak dikenal sedang mengintai mereka di halaman luar. Namun, pria ini malah ....Wajah Rachel spontan memerah. Dia menggertakkan giginya, lalu perlahan mengangkat kelopak matanya dan memelototi Ronald dengan tajam.Rachel sangat cantik, kedua matanya yang indah memantulkan sinar lampu kristal di ruang tamu yang terlihat seperti langit penuh dengan bintang bertebaran. Sosok Ronald juga terpantul dari sepasang manik yang berkilau itu.Tangan Ronald terasa semakin panas. Pria itu pun memeluk pinggang Rachel dengan erat-erat. Dia menundukkan kepalanya sedikit, jakunnya bergerak naik turun dengan cepat. Dia berusaha menahan hasrat dalam tubuhnya.“Kamu!” Rachel menatapnya dengan marah. Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.Setelah itu, Rachel bertopang pada dada Ronald,
Ronald berjalan mendekati kedua pria berbaju hitam itu. Kemudian, dia mengangkat kakinya dan ujung sepatu kulitnya langsung menekan leher salah satu pria itu.Gerakan Ronald begitu cepat dan ganas. Pria berbaju hitam itu merasa seolah-olah ada yang menembus lehernya. Wajahnya langsung sepucat kertas.“Kelihatannya kalau nggak pakai cara seperti ini, kalian nggak akan bicara.”Ronald tertawa sinis, lalu dia menekankan kaki kanannya lagi. Napas pria berbaju hitam itu seketika tercekat. Pembuluh darah di lehernya mengembang, seolah-olah dia akan pingsan di detik berikutnya.Pria itu merasakan aura pembunuh dari Ronald. Kalau dia tidak mengaku, dia mungkin akan mati di sini.“Aku akan katakan!” Pria berbaju hitam itu segera menyerah, “Seorang pria minta kami untuk menyelinap ke vila ini dan ambil kesempatan untuk culik dua anak.”Mata Rachel spontan menyipit, “Seorang pria? Siapa namanya?”Pria berbaju hitam itu menggelengkan kepalanya, “Aku nggak tahu siapa namanya. Dia kasih kami dua mil
Rachel berjalan ke balkon sambil membawa ponselnya, sorot matanya menatap kejauhan dengan dingin.Perempuan itu mengerutkan bibirnya, lalu berkata dengan dingin, “Tony, kalau kamu culik anakku malam ini, kamu tahu seberapa besar harga yang harus keluarga kalian bayar?”“Nggak usah sengaja buat aku bingung. Kedua anak itu adalah darah daging keluargaku. Aku pergi jemput dan bawa mereka ke Manggara untuk kembali ke keluarga mereka, itu nggak termasuk penculikan,” tukas Tony. Kemudian, dia berkata dengan marah, “Kalau kamu tahu diri, sebaiknya kamu serahkan kedua anak itu. Kalau nggak, jangan harap kamu bisa hidup dengan tenang.”“Kamu sudah tes DNA?” tanya Rachel dengan santai.“Memangnya masih perlu tes DNA?” Tony yang berada di ujung sana tertawa sinis, “Kamu sendiri yang merangkak naik ke tempat tidurku lima tahun yang lalu. Ini fakta yang sudah pasti.”“Lebih baik nggak usah terlalu percaya diri, Tony.” Rachel memainkan jarinya dan berkata, “Kamu tahu siapa pria yang berada di rumahk
Setelah melihat kedua anaknya masuk ke sekolah, Rachel baru pergi ke perusahaan. Begitu sampai di perusahaan, Jenny langsung menghampirinya dan berkata dengan suara pelan, “Bu Rachel, ada tamu yang aneh banget di kantor.”“Aneh gimana?” tanya Rachel sambil mengangkat alisnya dengan heran.“Dia bilang dia bos dari perusahaan media di luar negeri. Dia ingin bahas kerja sama secara langsung dengan Bu Rachel. Jadi aku minta dia untuk tunggu di ruang tunggu lebih dulu.” Jenny lanjut berkata, “Dia pakai topeng, kelihatannya agak aneh. Bu Rachel harus siap mental dulu sebelum masuk.”Rachel mengangguk sambil termenung, seperti sedang memikirkan sesuatu. Dia pergi ke ruangannya dulu untuk mengambil dokumen. Kemudian, dia pergi ke ruang tunggu dan mengetuk pintu sebelum masuk.Setelah itu, terdengar suara berat dan serak dari dalam ruangan, “Masuk.”Suara itu sangat dingin. Jelas-jelas itu hanya suara, tapi entah kenapa suara itu berubah menjadi seperti sebuah sentuhan, yang membuat orang merin
Tanjaya Group.“Pak Ronald, dia memang sudah tiba di Kota Suwanda.”Randi meletakkan setumpuk foto di atas meja. Ujung jari Ronald membuka foto satu per satu, raut wajahnya berangsur-angsur menjadi muram.“Selain pergi ke Aurora Technology, ke mana lagi dia pergi?” tanya Ronald dengan dingin.Randi menggelengkan kepala, “Dia tinggal di bar sepanjang sore, sampai sekarang masih belum keluar.”Ronald mengambil korek api, lalu dia membakar tumpukan foto di atas mejanya. Api biru perlahan-lahan melahap foto topeng perak itu.Setelah memusnahkan foto-foto, Ronald mengangkat pergelangan tangannya dan melirik jam tangannya, sudah pukul 05.00 sore.“Rapat malam ini ditunda dulu.” Usai berkata, Ronald mengambil jasnya dan berjalan keluar dari ruangannya.“Pak Ronald, rapat malam ini akan bahas laporan kerja kuartal terakhir. Rapat ini sangat penting ....” Saat Randi mengejar Ronald, pria itu sudah masuk ke dalam lift.Ronald berjalan ke tempat parkir, lalu masuk ke dalam mobilnya. Setelah itu,
Roy sangat baik pada Rachel. Karena itu, Rachel pun tidak ingin menyembunyikan hal ini lagi darinya.“Sebenarnya, empat tahun yang lalu aku melahirkan bayi kembar empat.”Begitu kata-kata itu keluar dari mulut Rachel, Roy yang berada di ujung sana langsung diam tercengang.Sebenarnya ada banyak berita mengenai adik sepupunya itu di internet. Banyak orang mengatakan kalau anak kembar Rachel meninggal empat tahun yang lalu. Namun, Roy melihat Michael dan Michelle masih hidup dan sehat-sehat saja. Oleh karena itu, dia selalu merasa apa yang diberitakan itu hanyalah rumor.Namun sekarang, Rachel berkata kalau dia telah melahirkan anak kembar empat? Dari empat anak, hanya tersisa Michael dan Michelle. Kalau begitu, bagaimana dengan dua anak lainnya? Di mana mereka?“Selama ini aku selalu mengira dua anakku yang lain sudah mati. Beberapa hari yang lalu aku baru tahu kalau kedua anak itu nggak mati. Mereka masih hidup ....”Suara Rachel menurun. Ini pertama kalinya dia menceritakan masa lalun
Shania sedang berlatih piano di rumah. Jari-jarinya menari cepat di atas tuts hitam dan putih. Namun, dia berhenti di tengah permainan.Tidak peduli seberapa keras Shania berlatih, dia tetap tidak bisa menghasilkan permainan seperti permainan piano Rachel. Kepercayaan diri yang dia bangun sebelumnya menjadi tidak berarti ketika dia berada di hadapan Rachel.Shania menopang kepalanya dengan frustasi. Ingin rasanya dia menghancurkan piano di depannya itu.Tiba-tiba, ada panggilan masuk di ponselnya. Dia tidak menyimpan nomor itu, tapi dia sudah menghafal nomor itu. Dia pun mengambil ponselnya dan menekan tombol jawab.“Shania, malam ini sempat, nggak? Kita jumpa di tempat biasa.”Suara seorang pria datang dari ujung telepon lainnya. Shania duduk dan bersandar di sofa, lalu berkata dengan suara genit, “Kamu ini, ya. Selain hotel, kamu nggak bisa ajak aku ketemu di tempat lain?”“Lebih nyaman di hotel, dong. Shania, aku tahu kamu juga suka, nggak usah ditahan-tahan lagi.”Tubuh Shania seke