Eddy sangat pintar, Ronald selalu berpikir kalau Eddy mewarisi kecerdasannya. Ronald pun membanggakan diri karena memiliki kecerdasan yang tinggi. Namun siapa sangka, dia justru diti[u oleh seorang perempuan selama empat tahun.Empat tahun yang lalu, perempuan itu muncul di hadapannya sambil menggendong dua anak. Perempuan itu bahkan membawa hasil tes DNA. Oleh karena itu, Ronald pun percaya padanya.Karena perempuan itu adalah ibu kandung kedua anaknya, Ronald menoleransi perempuan itu muncul dalam kehidupannya. Namun ternyata, semua ini hanyalah kebohongan. Setelah berpikir sampai di sini, tangan Ronald yang mencekik leher Shania mengencang lagi.“Rachel bohong sama kamu, Ron. Masalah bukan seperti yang dia katakan. Aku benar-benar mamanya Eddy.”Shania memaksa diri untuk berdebat. Dia merasa separuh nyawanya hampir melayang. Kalau dia tidak melepaskan diri dari pria itu, dia merasa pasti akan mati di sini hari ini.Kemarin jelas-jelas Rachel berjanji padanya untuk merahasiakan hal i
“Empat tahun yang lalu, Rachel melahirkan. Kedua anak itu memang sudah meninggal ....”Shania berlutut di lantai. Air mata mengalir membasahi wajahnya. Suara seraknya tercekat, tubuhnya terhuyung-huyung seperti akan tumbang.“Malam itu, rumah kami kebakaran. Semuanya habis terbakar. Kami semua kira Rachel sudah mati. Kemudian, kedua anak yang tadinya sudah mati, tiba-tiba hidup kembali. Rachel sudah mati, kedua anak kehilangan mama kandungnya. Mereka pasti akan mengalami kesulitan di masa depan. Aku adalah tante mereka, boleh dibilang aku separuh mama bagi mereka. Apa salahnya kalau aku bawa mereka ke rumahmu untuk cari papa kandungnya?”“Saat itu, aku pikir Eddy dan Darren adalah satu-satunya darah daging yang ditinggalkan kakakku. Oleh karena itu, aku memalsukan laporan tes DNA dan pergi ke rumahmu. Aku ingin jadi mama kedua anak itu. Aku ingin gantikan kakakku untuk lindungi mereka. Semua yang aku lakukan demi kedua anak itu. Aku sudah menghabiskan masa mudaku selama empat tahun unt
Ronald tiba-tiba merasa seperti mendengar suara gadis kecil yang manis dan lembut sedang memanggilnya ayah. Gadis kecil itu adalah putrinya ....Ketidaksabaran serta amarah di dalam hati Ronald perlahan-lahan mereda. Dia sangat tidak terkendali barusan, sehingga dia hampir saja membunuh Shania. Ada banyak cara untuk memberi pelajaran pada Shania. Ronald bahkan tidak perlu mengotori tangannya.Ronald tertawa sinis, lalu menoleh dan melihat foto keluarga yang tergantung di ruang tamu. Foto keluarga yang terdiri dari Sandi, Vrilla dan Shania. Rachel akan selalu menjadi orang luar di keluarga ini.Jadi apakah Sandi dan Vrilla mengetahui kejadian empat lalu? Ronald sangat ini bergegas ke TK untuk memeluk putra dan putrinya yang telah terpisah darinya selama empat tahun. Namun, dia berusaha menahan diri.Ronald tidak bisa tenang sebelum menyingkirkan keluarga Hutomo. Dia pun berjalan keluar, lalu melihat para pelayan yang berkerumunan di depan pintu. Setelah itu, dia berkata dengan dingin, “
Orang bilang aib keluarga tidak boleh diumbar-umbar. Tidak peduli seberapa heboh pertengkaran Sandi dan Vrilla, mereka tidak mungkin terus bertengkar ketika Ronald muncul.Sandi merapikan kerah bajunya, lalu berdehem dan berkata, “Ronald, kamu datang di jam pulang kerja begini. Ada hal penting?”Bibir Ronald melengkung membentuk seulas senyum dingin, “Aku ingin tanyakan satu hal pada kalian.”“Tanyakan saja, Ronald.” Vrilla berkata sambil tersenyum, “Asalkan aku tahu, aku pasti akan beri tahu kamu semuanya.”“Selama ini aku nggak pernah tanya. Eddy dan Darren lahir di rumah sakit mana?” Senyum di bibir Ronald semakin melebar, “Aku tanya pada Shania, dia bilang dia lupa.”“Oh, ini ....”Senyum di wajah Vrilla tiba-tiba membeku. Matanya berputar, lalu berkata sambil berusaha mengalihkan topik pembicaraan, “Masalah empat tahun yang lalu, siapa juga yang masih bisa ingat dengan jelas. Oh ya, Ronald, kenapa kamu tiba-tiba tanya soal ini?”Ronald melirik Sandi, lalu bertanya dengan dingin, “
Kalau mereka mengaku soal anak-anak, bagaimana kalau Ronald bukan datang karena masalah ini?Suasana di dalam kantor menjadi sunyi mencekam. Detik demi detik, menit demi menit berlalu. Di sisi lain, Rachel sudah pergi menjemput anak-anak dan membawa mereka ke dalam mobil. Pada awalnya, dia berencana langsung pulang ke rumah. Namun setelah berpikir sejenak, dia pun memutuskan untuk pergi ke rumah Ronald.Tidak peduli bagaimana sikap Farah terhadapnya, Rachel tetap harus memenuhi janjinya kepada Darren.Rachel sedang menyetir mobil dengan serius di depan. Tiba-tiba dia mendengar Michael berkata, “Michelle, kamu kenapa? Nggak enak badan?”Rachel langsung melihat ke belakang melalui kaca spion. Dia pun mendapati Michelle yang biasanya selalu duduk dengan tenang kini bergerak sana sini, dengan raut wajah kesal dan gelisah.“Michelle, kasih tahu Mama. Ada apa?” Rachel mengurangi kecepatan mobil dan bertanya dengan lembut.Michelle memeluk bantal sambil menggelengkan kepalanya, lalu dia menj
Tales Technology.Langit di luar sudah gelap. Eddy sedang membaca dokumen. Ponsel di atas mejanya tiba-tiba bergetar. Dia melirik layar ponselnya, lalu mengangkat telepon, “Kakek Hilmi.”“Den, Bu Rachel bawa Den Michael dan Non Michelle ke rumah. Bu Rachel minta aku tanya kapan Den Eddy pulang.”Eddy melirik setumpuk besar dokumen di samping tangannya. Dia mengatupkan bibirnya dan berkata, “Sepuluh menit lagi aku pulang, jangan tunggu aku. Suruh mereka makan dulu saja.”Usai berkata, Eddy langsung menutup telepon dan menutup dokumen di tangannya. Kemudian, dia mencari sesuatu di antara banyaknya dokumen selama dua menit. Akhirnya dia menemukan data proyek teknis.Di dalam dokumen tersebut terdapat sebuah formula, yang mirip dengan formula yang dia lihat di proyek A-F sebelumnya. Kalau dia membawa permula ini pergi menemui Rachel, mungkin dia bisa mengobrol dengan Rachel lebih lama.Eddy pun keluar dari perusahaan sambil membawa dokumen. Yoshi pergi mengambil mobil dan menunggunya di de
Shania adalah ibu kandungnya. Apa pun yang terjadi, ibunya tidak akan menyakitinya. Karena itu, Eddy melepaskan tangannya dan duduk dengan patuh di kursi belakang.Mobil pun melaju kencang di jalan. Bahkan di persimpangan lampu merah sekalipun, Shania sama sekali tidak menghentikan mobil.Eddy merasa semakin janggal, “Ma, Mama mau ngomong apa? Sekarang Mama boleh hentikan mobil dan beri tahu aku.”Namun, Shania seperti tidak mendengar perkataan Eddy. Dia justru menginjak habis pedal gas. Seolah-olah itu adalah satu-satunya cara untuk melampiaskan ketakutan dan kecemasan di dalam hatinya.Mobil melaju kencang di jalan raya, dan segera keluar dari pusat kota. Kemudian, mobil itu menyusuri jalan provinsi dan pergi semakin jauh. Semakin lama semakin sedikit kendaraan dan pejalan kaki yang terlihat di jalan itu.Dua puluh menit kemudian, mobil akhirnya berhenti di pinggir jalan. Tempat itu adalah area pabrik, semua hanya pabrik terbengkalai. Banyak mesin berkarat yang diletakkan sembarangan
“Eddy, dengarkan aku ....”Shania berjalan mendekat dan memegang tangan Eddy lagi. Eddy secara naluriah ingin meronta. Namun bagaimanapun, dia hanya seorang anak berusia empat tahun, kekuatannya masih terbatas. Dia sama sekali tidak bisa melepaskan diri dari Shania.“Aku mama kamu, Eddy. Aku mama kandung kamu. Kamu nggak boleh nggak mengakui aku. Selama empat tahun ini, aku sudah banyak berkorban untuk kalian berdua. Memangnya kamu nggak bisa merasakannya? Aku sudah merawat kalian selama empat tahun, aku juga menunggu Ronald selama empat tahun. Atas dasar apa aku nggak bisa dapatkan apa-apa?!”Raut wajah Shania memancarkan sedikit kegilaan. Eddy semakin mengerutkan keningnya melihat Shania yang seperti itu.“Kamu memang sudah jadi mama kami selama empat tahun. Tapi, apakah kamu benar-benar layak menjadi seorang mama? Pada hari aku dan Darren tepat berusia satu tahun, bagaimana kamu perlakukan kami? Kamu masih ingat, nggak? Saat nggak ada siapa-siapa, kamu marah dan bilang kami anak har