Orang bilang aib keluarga tidak boleh diumbar-umbar. Tidak peduli seberapa heboh pertengkaran Sandi dan Vrilla, mereka tidak mungkin terus bertengkar ketika Ronald muncul.Sandi merapikan kerah bajunya, lalu berdehem dan berkata, “Ronald, kamu datang di jam pulang kerja begini. Ada hal penting?”Bibir Ronald melengkung membentuk seulas senyum dingin, “Aku ingin tanyakan satu hal pada kalian.”“Tanyakan saja, Ronald.” Vrilla berkata sambil tersenyum, “Asalkan aku tahu, aku pasti akan beri tahu kamu semuanya.”“Selama ini aku nggak pernah tanya. Eddy dan Darren lahir di rumah sakit mana?” Senyum di bibir Ronald semakin melebar, “Aku tanya pada Shania, dia bilang dia lupa.”“Oh, ini ....”Senyum di wajah Vrilla tiba-tiba membeku. Matanya berputar, lalu berkata sambil berusaha mengalihkan topik pembicaraan, “Masalah empat tahun yang lalu, siapa juga yang masih bisa ingat dengan jelas. Oh ya, Ronald, kenapa kamu tiba-tiba tanya soal ini?”Ronald melirik Sandi, lalu bertanya dengan dingin, “
Kalau mereka mengaku soal anak-anak, bagaimana kalau Ronald bukan datang karena masalah ini?Suasana di dalam kantor menjadi sunyi mencekam. Detik demi detik, menit demi menit berlalu. Di sisi lain, Rachel sudah pergi menjemput anak-anak dan membawa mereka ke dalam mobil. Pada awalnya, dia berencana langsung pulang ke rumah. Namun setelah berpikir sejenak, dia pun memutuskan untuk pergi ke rumah Ronald.Tidak peduli bagaimana sikap Farah terhadapnya, Rachel tetap harus memenuhi janjinya kepada Darren.Rachel sedang menyetir mobil dengan serius di depan. Tiba-tiba dia mendengar Michael berkata, “Michelle, kamu kenapa? Nggak enak badan?”Rachel langsung melihat ke belakang melalui kaca spion. Dia pun mendapati Michelle yang biasanya selalu duduk dengan tenang kini bergerak sana sini, dengan raut wajah kesal dan gelisah.“Michelle, kasih tahu Mama. Ada apa?” Rachel mengurangi kecepatan mobil dan bertanya dengan lembut.Michelle memeluk bantal sambil menggelengkan kepalanya, lalu dia menj
Tales Technology.Langit di luar sudah gelap. Eddy sedang membaca dokumen. Ponsel di atas mejanya tiba-tiba bergetar. Dia melirik layar ponselnya, lalu mengangkat telepon, “Kakek Hilmi.”“Den, Bu Rachel bawa Den Michael dan Non Michelle ke rumah. Bu Rachel minta aku tanya kapan Den Eddy pulang.”Eddy melirik setumpuk besar dokumen di samping tangannya. Dia mengatupkan bibirnya dan berkata, “Sepuluh menit lagi aku pulang, jangan tunggu aku. Suruh mereka makan dulu saja.”Usai berkata, Eddy langsung menutup telepon dan menutup dokumen di tangannya. Kemudian, dia mencari sesuatu di antara banyaknya dokumen selama dua menit. Akhirnya dia menemukan data proyek teknis.Di dalam dokumen tersebut terdapat sebuah formula, yang mirip dengan formula yang dia lihat di proyek A-F sebelumnya. Kalau dia membawa permula ini pergi menemui Rachel, mungkin dia bisa mengobrol dengan Rachel lebih lama.Eddy pun keluar dari perusahaan sambil membawa dokumen. Yoshi pergi mengambil mobil dan menunggunya di de
Shania adalah ibu kandungnya. Apa pun yang terjadi, ibunya tidak akan menyakitinya. Karena itu, Eddy melepaskan tangannya dan duduk dengan patuh di kursi belakang.Mobil pun melaju kencang di jalan. Bahkan di persimpangan lampu merah sekalipun, Shania sama sekali tidak menghentikan mobil.Eddy merasa semakin janggal, “Ma, Mama mau ngomong apa? Sekarang Mama boleh hentikan mobil dan beri tahu aku.”Namun, Shania seperti tidak mendengar perkataan Eddy. Dia justru menginjak habis pedal gas. Seolah-olah itu adalah satu-satunya cara untuk melampiaskan ketakutan dan kecemasan di dalam hatinya.Mobil melaju kencang di jalan raya, dan segera keluar dari pusat kota. Kemudian, mobil itu menyusuri jalan provinsi dan pergi semakin jauh. Semakin lama semakin sedikit kendaraan dan pejalan kaki yang terlihat di jalan itu.Dua puluh menit kemudian, mobil akhirnya berhenti di pinggir jalan. Tempat itu adalah area pabrik, semua hanya pabrik terbengkalai. Banyak mesin berkarat yang diletakkan sembarangan
“Eddy, dengarkan aku ....”Shania berjalan mendekat dan memegang tangan Eddy lagi. Eddy secara naluriah ingin meronta. Namun bagaimanapun, dia hanya seorang anak berusia empat tahun, kekuatannya masih terbatas. Dia sama sekali tidak bisa melepaskan diri dari Shania.“Aku mama kamu, Eddy. Aku mama kandung kamu. Kamu nggak boleh nggak mengakui aku. Selama empat tahun ini, aku sudah banyak berkorban untuk kalian berdua. Memangnya kamu nggak bisa merasakannya? Aku sudah merawat kalian selama empat tahun, aku juga menunggu Ronald selama empat tahun. Atas dasar apa aku nggak bisa dapatkan apa-apa?!”Raut wajah Shania memancarkan sedikit kegilaan. Eddy semakin mengerutkan keningnya melihat Shania yang seperti itu.“Kamu memang sudah jadi mama kami selama empat tahun. Tapi, apakah kamu benar-benar layak menjadi seorang mama? Pada hari aku dan Darren tepat berusia satu tahun, bagaimana kamu perlakukan kami? Kamu masih ingat, nggak? Saat nggak ada siapa-siapa, kamu marah dan bilang kami anak har
Baru saja Shania menutup telepon, Rachel menelepon lagi. Nama perempuan itu terus berkedip di layar ponsel. Shania seketika merasa ada suara dengungan di dalam otaknya.Rachel menelepon Eddy, tidak mungkin untuk memberi tahu Eddy yang sebenarnya, bukan? Kalau Eddy tahu apa yang sebenarnya terjadi saat itu, maka Shania benar-benar tidak punya jalan keluar lagi.“Aku katakan sekali lagi, kembalikan ponselku!” Nada bicara Eddy menjadi dingin, persis ayahnya. Shania langsung menolak panggilan Rachel, lalu mematikan ponsel itu. Kemudian, dia mengangkat wajahnya. Sepasang matanya yang dingin memancarkan keputusasaan serta sorot mata yang aneh.Sementara itu, di vila keluarga Tanjaya.Rachel mencoba menghubungi Eddy sebanyak dua kali. Kedua kalinya terhubung tapi tidak ada yang mengangkat. Kali ini, Rachel tiba-tiba mendengar suara operator yang menandakan ponsel Eddy sedang tidak aktif.“Kak Eddy masih belum angkat telepon?” Darren memiringkan kepalanya dan berkata dengan cemas.“Biasanya p
Hutomo Group.Sandi dan Vrilla menyaksikan harga saham perusahaan mereka anjlok, tapi tidak ada yang bisa mereka lakukan.“Ronald, Hutomo Group benar-benar nggak sanggup menahan pukulan seperti ini. Aku mohon, jangan lakukan ini pada kami ....”Sandi sudah tidak bisa lagi berpura-pura tidak peduli. Kalau ini dibiarkan terus berlanjut, hanya akan ada satu akhir untuk Hutomo Group, yaitu kebangkrutan.Bibir Ronald melengkung membentuk seulas senyum sinis, “Jadi kalian masih berencana untuk bersikeras?”Vrilla bertopang pada meja kerja, kalau tidak tubuhnya pasti sudah jatuh. Dia pun berkata dengan bibirnya yang pucat dan gemetar, “Ronald, bagaimanapun Shania sudah rawat Eddy dan Darren selama empat tahun. Dia sudah berusaha keras. Karena itu, berikan kami jalan keluar.”Senyum di wajah Ronald menghilang dalam sekejap. Dia tiba-tiba berdiri, matanya menatap Vrilla dengan tajam, “Dengan kata lain, kalian berdua juga tahu soal perbuatan Shania?”Vrilla sama sekali tidak tahan dengan aura ya
“Ronald, kalau ada masalah sini hadapi aku. Jangan sentuh mamaku!” Shania berteriak, “Kalau kamu serang Hutomo Group dan orang tuaku lagi, aku akan ....”Shania melihat ke dalam mobil. Seorang anak berusia empat tahun berbaring di kursi belakang. Shania baru saja kehilangan kendali. Dia mendorong Eddy, lalu kepala anak itu membentur batu di pinggir jalan. Setelah itu, Eddy pingsan.Shania benar-benar ketakutan. Dia takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada Eddy. Dia juga takut Ronald akan datang balas dendam padanya lagi. Oleh karena itu, dia ingin segera melarikan diri sejauh mungkin.Namun sekarang, harga saham Hutomo Group sudah anjlok. Saham di tangan Shania telah menjadi kertas tak berguna. Dia bahkan tidak punya dana untuk melarikan diri ke luar negeri.“Eddy ada di tanganku sekarang. Kalau kamu berani serang mamaku dan Hutomo Group, aku akan buat kamu nggak pernah bisa lihat Eddy lagi seumur hidupmu!”Usai berkata dengan marah, Shania langsung menutup telepon. Akan tetapi, dia