Setelah membacanya sampai habis, Rachel menutup surat kontrak tersebut dan berkata, “Nak, siapa yang nyusun kontrak ini?”“Pak Eddy sendiri yang bikin,” jawab Yoshi, “Apabila Bu Rachel tidak ada pertanyaan terkait kontraknya, silakan tanda tangan.”Rachel memiliki paras yang cantik luar biasa. Sudut matanya ikut menukik ke atas saat dia tersenyum, kualitas inilah yang membuatnya begitu memikat lawan jenis. Akan tetapi, matanya di balik sorot matanya yang jernih itu ada pula daya tarik khusus yang berbaur dengan sempurna, yang seakan menembus sifat dingin dan cuek Eddy.Eddy merasa jengkel seketika dia menyadari bahwa dirinya telah menatap lekat Rachel selama beberapa menit. Dia berpikir pasti wanita ini menggunakan senyumannya untuk menggoda ….“Ada keberatan,” ujar Rachel seraya menarik kembali senyumnya. Lalu perlahan dia memajukan tubuhnya disertai aura yang cukup untuk membuat lawan bicaranya terdesak.“Anak kecil seharusnya belajar di sekolah yang benar, jangan banyak pamer,” kata
Setelah menjemput anak-anak, Rachel langsung mengajak mereka pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Darren.“Hore, Tante Rachel datang jengukin aku!” seru Darren bahagia, “Wah, Michelle juga datang!”“Eeh … kamu kan lagi diinfus, jangan terlalu banyak gerak,” tegur Rachel.Darren menuruti kata Rachel dan langsung berbaring di ranjangnya. Matanya sesekali melirik Rachel dan Michelle sambil tersenyum centil.Di balik perban yang membalut kepalanya masih bisa terlihat sedikit bercak darah yang merembes. Punggung tangan Darren juga tampak kehijauan karena disuntik jarum infus. Sepertinya infus ini sudah berjalan selama semalam penuh, makanya tangan Darren terlihat seperti itu.Michael berjalan ke depan ranjang Darren dan mengambil rekam medis yang tergantung di ujung ranjang.“Ka-kamu ngapain. Tante Rachel ada di sini, kamu masih berani bully aku?”“.…, tulisan tangannya dokter bagus banget. Aku mau pelajari sebentar.”Michael pun mengambil rekam medis itu dan membawanya ke balkon.“.…”Kali
Matilah … apa jangan-jangan Darren memang bodoh seperti apa yang dikatakan olehnya tadi?Rachel tak kuat lagi menahan tawanya melihat tingkah laku kedua anak itu. Biasanya Michael sangat tertutup dan jarang sekali memamerkan kecerdasannya. Namun hari ini dia malah mendesak Darren dengan kepandaiannya. Dari sini terlihat jelas bahwa Michael sudah menganggap Darren sebagai teman dekatnya sendiri. Padahal dulu dia begitu membenci Darren, tapi kenapa tiba-tiba hubungan mereka berubah?Rachel menatap wajah Michael seakan ingin mencari jawaban darinya. Michael yang ditatap seperti itu oleh ibunya pun merasa tidak nyaman dan berkata, “Ma, aku mau ke toilet dulu.”Begitu Michael membuka pintu dan berjalan keluar, dia bertabrakan dengan seseorang yang kebetulan sedang berdiri di depan kamar. Eddy sudah datang dari tadi, tapi dia sudah mendengar suara canda tawa yang begitu ceria sebelum dia membuka pintunya. Tanpa harus masuk pun, dia sudah tahu Rachel pasti ada di dalam.Harus diakui bahwa sua
Eddy melihat Rachel sedang mengupas apel untuk Darren melalui celah pintu.Suasana di ruang pasien itu sangat hangat. Dia mengatupkan bibirnya dan akhirnya memutuskan untuk tidak masuk.Setidaknya saat ini, dia merasa Rachel tulus menyayangi Darren ....Dia berbalik badan dan hendak pergi ketika melihat Shania berjalan ke pintu ruang pasien itu.“Ma, kenapa Mama datang ke sini?” tanya Eddy heran.Shania memandangi apa yang sedang terjadi di kamar pasien itu untuk waktu yang lama, kemudian memalingkan muka.Dia meraih tangan Eddy dan berkata dengan suara rendah, “Ini bukan tempat untuk berbicara. Ayo keluar dan bicara.”Eddy mengangguk dan mengikuti Shania ke dalam mobil.“Eddy, kamu juga melihatnya barusan. Papamu memperbolehkan Rachel mengurus Darren sendirian. Kalau wanita itu meracuni makanan yang Darren makan, maka Darren ....” Shania menutup mulutnya, “Darren membenci Mama, nggak mau Mama muncul di dalam kamar pasien itu. Kalau nggak, Mama pasti sudah masuk dan mengusir Rachel ...
“Ma, tenanglah sedikit!”Eddy memegang bahu Shania dan berkata dengan suara rendah, “Aku masih menyelidiki masalah ini. Orang-orang di balik semua ini pasti akan membayarnya!”Bibir Shania bergetar. Dia akhirnya tenang.Bagaimanapun juga, dia harus membuat Rachel yang disalahkan dalam masalah ini.Hanya cara ini yang bisa membuat Ronald menyerang Rachel!Rachel berada di rumah sakit sampai pukul delapan, kemudian membawa kedua anaknya pulang ke rumah.Setelah bersih-bersih dan mandi, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan lewat. Michelle tidur dengan tenang. Michael juga kembali ke kamarnya. Dia selalu mandiri dan melakukan segalanya sendiri.Saat sedang menyikat gigi, Michael mendengar bunyi alarm dari laptop yang dia sembunyikan di bawah tempat tidur.Dia menyipitkan matanya, berlutut di depan tempat tidur sambil menggigit sikat giginya dan mengeluarkan laptop itu.Laptop itu adalah laptop yang dia rakit sendiri. Semua spesifikasi dan kinerjanya adalah yang terbaik. Ibunya tahu kala
Eddy menoleh ke belakang dengan cepat.Matanya bertemu dengan mata Ronald yang menahan amarah.“Jangan bilang kali ini kamu melakukannya demi nama baik mamamu.” Suara Ronald terdengar dingin dan bergema di kamar kecil itu.Eddy mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan tidak mengatakan apa-apa.Dia hanya ingin mencari tahu tentang wanita malam itu, tapi tak disangka malah bertemu dengan lawan yang handal. Setelah itu, dia jadi kehilangan kendali ….Ronald menatapnya dan bertanya dengan dingin, “Katakan, mengapa kamu menyerang Aurora Technology?” Meski kode-kode di layar komputer Eddy bermunculan dengan cepat, tetapi Ronald masih bisa melihat alamat website yang ada di layar dengan jelas.Putra yang selalu dibanggakannya itu tiba-tiba menyerang situs web dari perusahaan yang baru saja didirikan.Eddy menunduk dan mengepalkan tinjunya.Dia menggertakkan giginya, tetapi tidak mengatakan sepatah kata pun.“Kemampuan hacking-mu bisa dibilang termasuk yang terbaik di dunia. Di negara ini, nggak
Rachel tersenyum dan membersihkan sisa-sisa kode yang berantakan di dalam situs tersebut.Ketika dia sedang sibuk membersihkannya, Jenny berjalan masuk dan berkata, “Bu Rachel, seseorang dari Tanjaya Group baru saja menelepon dan bertanya apa Ibu ada waktu jam sebelas siang ini?”Rachel mengangguk, “Ada apa?”“Ada orang mereka yang mau datang ke sini,” kata Jenny, “Aku akan mengosongkan ruang rapat.”Proyek pertama perusahaan mereka adalah proyek bersama Tanjaya Group. Semua orang di perusahaan tahu betapa pentingnya proyek ini.Rachel mengangguk, “Cetaklah beberapa buku desain yang telah direvisi dan letakkan di atas meja di ruang rapat.”Jenny segera melakukannya.Rachel membuka dokumen dan membaca semua hal menyangkut proyek tersebut sekali lagi. Setelah cukup percaya diri bisa menjalani rapat itu dengan baik, dia pun bangkit dan pergi ke toilet.Ketika sampai di pintu kantor, dia bertemu dengan sekelompok orang dari perusahaan sebelah.Di sebelah kantor mereka ada perusahaan start-
“Pak Ronald, silakan masuk.”Jenny tersadar dari lamunannya dan segera membawa Ronald ke ruang rapat.Rachel sedang duduk di ruang rapat sambil melihat-lihat dokumen. Ketika mendengar suara, dia berdiri sambil tersenyum dan berkata, “Pak Ronald, silakan duduk.”Ronald menarik kursi dan duduk. Jenny bergegas keluar untuk menuangkan kopi.Rachel terkejut, “Kok Pak Ronald sendirian saja?”Dia mengira Yohanes yang akan datang sendiri, atau Ronald, Yohanes dan Christopher akan datang bersama. Tak disangka, pria ini datang sendiri.Ronald mengangkat alisnya dan berkata dengan nada datar, “Kenapa? Kamu ingin bertemu Yohanes?"Rachel, “....”Apa pria ini bisa diajak berbincang baik-baik?Dia duduk di kursi dan mendorong dokumen di tangannya, “Ini adalah rencana desain yang ditetapkan ulang setelah aku mendiskusikannya dengan Pak Yohanes sebelumnya. Coba Pak Ronald lihat. Apa ada saran?”Ronald tidak membuka dokumen tersebut.Dia berkata dengan datar, “Hari ini aku datang bukan untuk membicarak