Nana tampak bahagia sekali ketika bertemu dengan Michael yang sudah lama sekali tidak dia temui. Perempuan itu menggelantung di tubuh Michael seperti seekor kuala dan enggan melepaskan pelukannya.“Huhuhu, Kak Michael akhirnya datang juga. Kak Michelle pasti bakalan bahagia sekali! Kenapa waktu mau datang nggak bilang sama aku? Aku kangen sekali dengan Kakak!”“Bagaimana kabar Kak Michael akhir-akhir ini? Bahagia, nggak? Kenapa orang tua itu rela membiarkan Kak Michael datang? Kalau Kakak pergi, jaringan internet negara itu bagaimana? Mereka bisa mengerjakannya?”Nana memeluk lengan kekar lelaki itu sambil berceloteh panjang lebar. Sorot matanya ketika menatap Michael penuh akan sorot sayang dan kagum. Michael sejak kecil memang sudah terkenal cerdas dan menjadi seorang peretas yang terkenal.Setelah dewasa, lelaki itu langsung ditarik oleh salah satu kelompok khusus di suatu negara untuk bergabung dalam tim keamanan jaringan internet negara yang hebat. Selain itu, Michael sering melak
“Aku sering datang ke sini dan aku hafal!” ujar Darren sambil merangkul kedua adiknya.“Pokoknya ikut Kakak saja! kalian nggak akan menderita dan makan enak saja!”“Kalau begitu Kak Darren yang bayar semuanya!” ujar Nana sambil terkekeh riang.“Kenapa? Jelas-jelas uangnya Michael lebih banyak dari Kakak!” kata Darren.“Karena kamu paling tua!” sahut Michael.“Kamu mengakuiku sebagai kakakmu di saat bayar-bayaran?!”Suara tawa mereka membuat semua orang iri.Ketiga kakak beradik itu duduk di salah satu restoran terkenal di Jarman. Di sudut restoran terdapat pemain biola yang sedang memainkan alunan musik. Nana meletakkan ponselnya kemudian mendengar sambil berkata, “Tadi aku sudah kirim pesan ke Kak Michelle dan katanya akan segera ke sini.”“Bilang sama dia pelan-pelan saja, nggak perlu buru-buru,” ujar Michael mengingatkan.“Tenang saja, aku sudah bilang,” kata Nana dengan mata melengkung tersenyum. Setelah itu dia kembali menambahkan, “Kita-kita Papa dan Mama datang atau nggak? Aku k
“Sudah! Hentikan, kak!” ujar Nana menghentikan. Akan tetapi Darren tampak asik sendiri dan tidak ada keinginan untuk berhenti. Nana hanya mengusap wajahnya frustasi dan meminta bantuan Michael melalui tatapannya. Sedangkan Michael sendiri hanya mengeluarkan ponselnya dan mulai merekam permainan biola Darren.Lelaki itu melangkah dengan alis terangkat dan menarik pemain biola itu untuk keluar dari ruangan. Nana segera mengikuti lelaki itu dan kabur dari ruangan tersebut.“Astaga! Kita baru saja melewati kejadian antara hidup dan mati! Kak Darren menyeramkan sekali! Aku nggak mau dengar dia main biola lagi, aku trauma!” ujar Nana.“Tenang saja, Kakak bantu kamu balas dendam,” ujar Michael.“Maksudnya?”“Kakak sudah rekam permainan dia. Nantinya akan diputar di semua alat elektronik di rumah dia,” ujar Michael.Nana mengacungkan kedua ibu jarinya sambil berkata, “Kak, Kakak benar-benar kejam!”Dengan tenang Michael berkata, “Kita keluar dulu, kemungkinan Darren bakalan masuk berita utama.
“Cih!” Michael menyentil kening perempuan itu dan berkata, “Kalau sembarangan bicara lagi, Kakak kurung kamu bersama dengan Kak Darren.”Nana langsung diam sambil mengelus keningnya.“Kak Michael, long time no see,” ujar Michelle dengan lembut. Dia menatap Michael dengan sorot lembut dan bahagia.Di antara mereka bersaudara, Michelle dan Michael memang yang paling dekat. Mereka sejak kecil terus bersama hingga dewasa dan jarang sekali terpisahkan. Sayangnya setelah dewasa, karir keduanya berbeda sehingga harus berada di tempat yang berbeda pula. Justru sekarang yang berpisah paling lama adalah mereka berdua.Mata Michelle sedikit memerah ketika memikirkan hal lampau. Saat kecil dia melewati masa-masa kelam hingga akhirnya membuat Michelle tidak suka berbicara dan bersikap dingin. Sedangkan sekarang, perempuan itu sudah mampu mengungkapkan semua perasaannya dengan baik.Michael tidak berbicara apa pun lagi dan langsung maju untuk mengelus kepala Michelle dan membawa perempuan itu ke dal
“Kak Darren kenapa?” tanya Nana sambil berjongkok di samping tubuh Darren. Matanya membulat dan tampak tidak mengerti.Melihat adiknya yang perhatian dengannya membuat Darren terlihat terharu. Sebelum dia sempat menjawab, terdengar Nana yang berkata lagi, “Jelas-jelas yang mau Kakak bunuh itu orang lain, kenapa sekarang justru Kakak yang nggak mau hidup?”“Kalian tahu kalau aku main biola begitu buruk, kenapa nggak tahan aku?” seru Darren dengan kesal.Michael yang ada di sampingnya hanya menjelaskan dengan pelan, “Tadi waktu perjalanan ke sini, Kakak minta dia dengar permainan dia sendiri sebanyak sepuluh kali. Akhirnya dia muntah.”“Lain kali aku nggak mau main biola lagi! benci! Harga diriku sudah habis semua di restoran itu.” “Nggak hanya itu, sekarang seharusnya kamu sudah masuk berita utama karena nyaris membunuh pemain biola. Jadi kamu kehilangan harga dirimu nggak hanya di restoran saja, tapi di seluruh negara Jarman,” ujar Michael sambil tersenyum miring.“Ada jurang, nggak?
“Ehem! Kakak nggak sadap Kak Eddy, tapi Kakak Cuma melihat Nadira saja.”Michael menongak dan menunjuk ke satu arah, semuanya melihat ke arah yang ditunjuk dan nyaris berteriak histeris. Tidak jauh dari sana tampak sosok perempuan cantik yang merupakan mantan kekasih tercinta Eddy, Nadira!Perempuan itu mengenakan potongan kemeja dan celana panjang yang sederhana serta riasan tipis. Saat ini perempuan itu tengah berdiri di ruang tunggu sambil memegang tablet di tangannya. Setelah melirik jam tangannya sekilas, dia mencari tempat duduk dan mulai membereskan pekerjaan.“Wah! Ekspresi Kak Nadira waktu serius sangat memikat sekali!” ujar Nana.“Dia berubah banyak. Terlihat lebih dewasa dan rasional,” ujar Michelle ikut berkomentar.Nadira ketika tiga tahun yang lalu atau bahkan lebih awal lagi terlihat sangat ceria dan cantik. Perempuan itu hadir di kehidupan Eddy dan masuk dalam dunianya hingga tidak bisa keluar lagi dari sana.Sedangkan sekarang, Nadira terlihat lebih anggun, dewasa, dan
Nadira menyimpan tabletnya dan bangkit berdiri. Sikapnya yang tenang dan lembut serta raut wajahnya yang diam membuat hati Eddy terasa perih. Hatinya muncul kegundahan dan perasaan gusar yang membuat langkah kakinya berhenti.Para tim asisten juga ikut terdiam dan melihat tangan lelaki itu menarik-narik dasi yang melingkar di lehernya. Wajahnya juga terlihat semakin dingin.“Maaf semuanya, permisi. Istri saya menjemput saya, tolong kasih jalan,” ujar lelaki itu dengan suara berat.Kalimat tersebut membuat sekelilingnya menjadi sunyi dan mendadak gempar dan penuh akan suara terkejut.“Istri? Ternyata lelaki yang begitu tampan ini sudah menikah?!”“Ayo, kita nggak ada kesempatan,” ujar kerumunan itu dan bubar secara perlahan.Para tim asisten Eddy menghela napas lega. Sebelum sempat mencerna siapa istri dari majikan mereka ini, lelaki itu sudah melangkah keluar dan berdiri di hadapan Nadira.Pakaian yang dikenakan oleh mereka terlihat sangat serasi, tetapi jarak di antara keduanya terasa
Karena lelaki ingin bertemu, maka Nadira menyanggupinya. Dia sudah bukan Nadira yang dulu, polos dan juga ceria. Kalau sekarang dia tidak memiliki keberanian untuk berhadapan dengan Eddy, lalu bagaimana dia bisa melupakan perasaannya yang dulu?Mendengar nada bicara perempuan itu yang dingin membuat Eddy terdiam. Sebersit sorot sedih melintas di mata lelaki itu. Dia mencoba menyimpan emosinya dan berkata “Aku lapar.”Itu adalah satu-satunya cara untuk menghindari permintaan Nadira membahas pekerjaan. Nadira meliriknya aneh karena tidak menyangka lelaki itu bisa dengan tenang dan santai mengatakan kalimat seperti itu.Eddy yang dulu akan bersikap baik-baik saja dan tidak akan membagikan perasaannya pada orang lain. Dia tidak akan pernah menunjukkan kelemahannya pada orang lain. Nadira tercenung, tetapi dia tidak menolak permintaan Eddy.Bagaimana pun lelaki itu adalah bos besar dari kerja sama mereka kali ini. Nadira tidak mungkin tidak menyetujui permintaan makan lelaki itu dan meminta