“Cih!” Michael menyentil kening perempuan itu dan berkata, “Kalau sembarangan bicara lagi, Kakak kurung kamu bersama dengan Kak Darren.”Nana langsung diam sambil mengelus keningnya.“Kak Michael, long time no see,” ujar Michelle dengan lembut. Dia menatap Michael dengan sorot lembut dan bahagia.Di antara mereka bersaudara, Michelle dan Michael memang yang paling dekat. Mereka sejak kecil terus bersama hingga dewasa dan jarang sekali terpisahkan. Sayangnya setelah dewasa, karir keduanya berbeda sehingga harus berada di tempat yang berbeda pula. Justru sekarang yang berpisah paling lama adalah mereka berdua.Mata Michelle sedikit memerah ketika memikirkan hal lampau. Saat kecil dia melewati masa-masa kelam hingga akhirnya membuat Michelle tidak suka berbicara dan bersikap dingin. Sedangkan sekarang, perempuan itu sudah mampu mengungkapkan semua perasaannya dengan baik.Michael tidak berbicara apa pun lagi dan langsung maju untuk mengelus kepala Michelle dan membawa perempuan itu ke dal
“Kak Darren kenapa?” tanya Nana sambil berjongkok di samping tubuh Darren. Matanya membulat dan tampak tidak mengerti.Melihat adiknya yang perhatian dengannya membuat Darren terlihat terharu. Sebelum dia sempat menjawab, terdengar Nana yang berkata lagi, “Jelas-jelas yang mau Kakak bunuh itu orang lain, kenapa sekarang justru Kakak yang nggak mau hidup?”“Kalian tahu kalau aku main biola begitu buruk, kenapa nggak tahan aku?” seru Darren dengan kesal.Michael yang ada di sampingnya hanya menjelaskan dengan pelan, “Tadi waktu perjalanan ke sini, Kakak minta dia dengar permainan dia sendiri sebanyak sepuluh kali. Akhirnya dia muntah.”“Lain kali aku nggak mau main biola lagi! benci! Harga diriku sudah habis semua di restoran itu.” “Nggak hanya itu, sekarang seharusnya kamu sudah masuk berita utama karena nyaris membunuh pemain biola. Jadi kamu kehilangan harga dirimu nggak hanya di restoran saja, tapi di seluruh negara Jarman,” ujar Michael sambil tersenyum miring.“Ada jurang, nggak?
“Ehem! Kakak nggak sadap Kak Eddy, tapi Kakak Cuma melihat Nadira saja.”Michael menongak dan menunjuk ke satu arah, semuanya melihat ke arah yang ditunjuk dan nyaris berteriak histeris. Tidak jauh dari sana tampak sosok perempuan cantik yang merupakan mantan kekasih tercinta Eddy, Nadira!Perempuan itu mengenakan potongan kemeja dan celana panjang yang sederhana serta riasan tipis. Saat ini perempuan itu tengah berdiri di ruang tunggu sambil memegang tablet di tangannya. Setelah melirik jam tangannya sekilas, dia mencari tempat duduk dan mulai membereskan pekerjaan.“Wah! Ekspresi Kak Nadira waktu serius sangat memikat sekali!” ujar Nana.“Dia berubah banyak. Terlihat lebih dewasa dan rasional,” ujar Michelle ikut berkomentar.Nadira ketika tiga tahun yang lalu atau bahkan lebih awal lagi terlihat sangat ceria dan cantik. Perempuan itu hadir di kehidupan Eddy dan masuk dalam dunianya hingga tidak bisa keluar lagi dari sana.Sedangkan sekarang, Nadira terlihat lebih anggun, dewasa, dan
Nadira menyimpan tabletnya dan bangkit berdiri. Sikapnya yang tenang dan lembut serta raut wajahnya yang diam membuat hati Eddy terasa perih. Hatinya muncul kegundahan dan perasaan gusar yang membuat langkah kakinya berhenti.Para tim asisten juga ikut terdiam dan melihat tangan lelaki itu menarik-narik dasi yang melingkar di lehernya. Wajahnya juga terlihat semakin dingin.“Maaf semuanya, permisi. Istri saya menjemput saya, tolong kasih jalan,” ujar lelaki itu dengan suara berat.Kalimat tersebut membuat sekelilingnya menjadi sunyi dan mendadak gempar dan penuh akan suara terkejut.“Istri? Ternyata lelaki yang begitu tampan ini sudah menikah?!”“Ayo, kita nggak ada kesempatan,” ujar kerumunan itu dan bubar secara perlahan.Para tim asisten Eddy menghela napas lega. Sebelum sempat mencerna siapa istri dari majikan mereka ini, lelaki itu sudah melangkah keluar dan berdiri di hadapan Nadira.Pakaian yang dikenakan oleh mereka terlihat sangat serasi, tetapi jarak di antara keduanya terasa
Karena lelaki ingin bertemu, maka Nadira menyanggupinya. Dia sudah bukan Nadira yang dulu, polos dan juga ceria. Kalau sekarang dia tidak memiliki keberanian untuk berhadapan dengan Eddy, lalu bagaimana dia bisa melupakan perasaannya yang dulu?Mendengar nada bicara perempuan itu yang dingin membuat Eddy terdiam. Sebersit sorot sedih melintas di mata lelaki itu. Dia mencoba menyimpan emosinya dan berkata “Aku lapar.”Itu adalah satu-satunya cara untuk menghindari permintaan Nadira membahas pekerjaan. Nadira meliriknya aneh karena tidak menyangka lelaki itu bisa dengan tenang dan santai mengatakan kalimat seperti itu.Eddy yang dulu akan bersikap baik-baik saja dan tidak akan membagikan perasaannya pada orang lain. Dia tidak akan pernah menunjukkan kelemahannya pada orang lain. Nadira tercenung, tetapi dia tidak menolak permintaan Eddy.Bagaimana pun lelaki itu adalah bos besar dari kerja sama mereka kali ini. Nadira tidak mungkin tidak menyetujui permintaan makan lelaki itu dan meminta
Untuk pertama kalinya Nadira melihat emosi lelaki itu lepas kendali. Dia tercenung sesaat dan kemudian terkekeh sambil berkata, “Kamu bilang apa? Aku meninggalkanmu?”Dengan sorot tajam dan dingin, perempuan itu berkata, “Kamu itu penerus Tanjaya Group! Memangnya aku siapa yang berani meninggalkanmu?!”“Nadira!” ujar Eddy dengan nada menggeram.Eddy pikir karena dia kurang dewasa dan tidak bisa mencintai orang lain sehingga membuat Nadira terluka dan jatuh cinta pada orang lain. Namun ternyata semua itu bohong. Perempuan itu mencampakkannya dengan alasan yang bohong! Eddy dibuat bagai seonggok sampah yang dibuang begitu saja.“Pak Eddy, tolong jaga-““Jangan panggil aku ‘Pak Eddy’!” potong Eddy dengan marah.“Nadira, aku nggak menyalahkan apa yang pernah kamu perbuat dulu, tapi kamu harus kasih aku satu alasan! Alasan kamu menjatuhkan aku hukuman tanpa sebab dan alasan!”Tubuh Nadira bergetar karena marah. Dia mendongak dan menatap lelaki di hadapannya. Kedua bola mata lelaki itu tampa
Mereka tidak boleh ikut campur urusan ini karena merupakan masalah pribadi Eddy. Lelaki itu juga tidak ingin sakit hatinya dalam hal percintaan diketahui oleh adik-adiknya. Michael menghela napas berat dan memejamkan mata sambil berkata, “Kakak tahu.”Dia tidak akan menyentuh Nadira dan ikut campur masalah ini. Mereka seharusnya percaya dengan Eddy kalau lelaki itu pasti bisa bangkit kembali.“Sebenarnya aku merasa Kak Nadira ada alasannya sendiri,” ujar Nana.Nana terlihat sedikit tidak enak hati karena ucapannya seperti berpihak pada orang yang menyakiti Eddy. Akan tetapi entah kenapa Nana merasa bahwa Nadira ada alasannya sendiri.“Anggun ngomong apa? Kamu masih terlalu polos. Kamu itu seperti sosok Kak Eddy yang lain,” ujar Darren. Artinya jika Eddy dibohongi, maka Nana juga ikut dibohongi.“Sebenarnya aku juga setuju dengan perkataannya Anggun,” kata Michelle dengan sedikit ragu.“Dulu kita semua bisa lihat sebaik apa Kak Nadira pada Kak Eddy. Nggak mungkin itu hanya sebuah kepuas
Tok! Tok! Tok!Pintu kamar berbunyi sebanyak tiga kali. Namun tidak ada respons apa pun. Eddy duduk di depan meja kerjanya tanpa menghidupkan lampu kamar. Dia hanya diam sambil menatap lampu kota di jendela.Orang di luar sana tampak tidak menyerah dan mengetuk pintu kamar lagi. Eddy menarik tatapannya dan menoleh ke arah pintu. Dia sudah menitip pesan sehingga asistennya tidak akan mengganggunya jika tidak ada hal genting. Kemungkinan sesuatu telah terjadi karena ketukan tersebut terus menerus.Keningnya berkerut dan lelaki itu bangkit berdiri. Dia menegakkan punggungnya dan mengangkat dagu. Lelaki itu kembali pada sosok CEO yang dingin dan tidak membiarkan dirinya tenggelam dalam kesedihan dalam waktu yang lama.Ada banyak orang yang membutuhkan dirinya di belakang sana. Eddy harus kuat dan tidak ada yang tidak bisa dia lakukan.“Bagaimana ini? di dalam nggak ada suara dan gelap gulita. Kak Eddy nggak mungkin tidur, kan?” ujar Darren sambil mencoba mengintip bagian dalam kamar.Miche