Rachel ….Sedangkan dia adalah Rashel … sungguh kebetulan yang lucu.Rashel menutup ponselnya dan kembali membereskan barang-barangnya, tapi mendadak Ivone menjerit, “Astaga, Zico juga datang!”Di bawah sana datang lagi sebuah mobil putih, dan dari mobil itu Zico turun mengenakan jas berwarna silver. Dia langsung mendatangi Ronald dan menyapanya dengan panggilan “kakak ipar”. Dua kata yang terkesan sangat sederhana itu mengandung makna yang sangat beragam.Ronald menepuk bahunya dan berkata, “Lagi-lagi Rachel nggak mau ketemu aku. Kamu ada solusi apa, nih?”Zico mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor Ivone. Bibir di wajah Ivone menaik tinggi melihat nomor Zico tampil di layar ponselnya. Dia sudah tahu Zico pasti tidak akan mengabaikannya. Dia sengaja menunggu agak lama sebelum mengangkat teleponnya. Lalu dengan nada bicara yang dingin tersirat sedikit kesenangan, Ivone berkata, “Halo, ini siapa?”“Ini aku, Zico,” jawabnya dengan nada yang ramah seperti biasa.“Kayaknya salah samb
Cahaya matahari yang menyelinap masuk melalui jendela membuat satu kamar terlihat berwarna keemasan. Rashel berdiri di dekat jendela dan berkata sambil menatap ke pemandangan yang ada di luar, “Pak Ronald mau ngomong apa?”“Aku sudah lihat berita yang ada di internet itu, tapi tolong percayalah sama aku. Faktanya bukan kayak begitu.”Rashel tidak menyangka Ronald datang untuk langsung menjelaskan tentang hal itu, dia pikir Ronald akan melarikan diri.“Aku penasaran dan nyari tahu fotonya istri kamu, dan ternyata tampangnya mirip banget sama aku. Gimana kamu menjelaskan soal itu?”Ronald seketika diam membisu ketika ditanya seperti itu. Biasanya dia bisa berbicara dengan sangat fasih ketika membicarakan pekerjaannya, bahkan dengan raut wajah yang begitu tenang dan tak goyah. Aan tetapi sekarang dia malah tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya. Apakah dia harus bilang kalau Rashel itu sebenarnya adalah istrinya? Namun jika dia mengatakan itu, apakah itu akan membangkitkan kembali inga
Atau jangan-jangan … Ivone sungguh telah salang paham terhadap semua kejadian ini? Dia spontan menoleh ke arah Jecson dan bertanya, “Kakak tahu apa hubungan antara Ronald sama Zico?”Jecon yang sudah beberapa hari ini terus berhubungan dengan orang-orang di Tanjaya Group tentu tahu sedikit tentang mereka, maka itu dia menjawab, “Istrinya Ronald itu anak sulung di keluarga Adijaya, yang berarti dia itu kakak kandungnya Zico. Jadi, Ronald itu kakak iparnya Zico.”Seketika mendengar itu, kepala Ivone terasa seperti dibelah oleh sesuatu yang sangat keras membuatnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke sofa.“Kamu kenapa?” tanya Jecson seraya berlari memapahnya.“Ng-nggak apa-apa.”Kini Ivone mulai mengerti segalanya. Rashel kemungkinan besar adalah istrinya Ronald, makanya Ronald begitu tertarik kepadanya, dan karena itu juga Zico terus datang mencarinya ….Kalau Rashel benar dia adalah istrinya Ronald, berarti baik keluarga Tanjaya atau keluarga Adijaya telah mengerahkan semua yang me
Tepat pukul sembilan malam, pesawat yang mereka naiki tiba di bandara Kota Abrha.Anggota keluarga Rolando tidak tahu kalau mereka berdua akan pulang, jadi tidak ada mobil yang siap untuk menjemput mereka.“Kamu mau pulang atau …?” tanya Ivone dengan sorot mata yang menyiratkan maksud tersembunyi.“Aku pulang ke tempat tinggalku sendiri. Kamu hati-hati di jalan,” jawab Rashel.Mungkin itu pertama kalinya Ivone menyadari bahwa ternyata Rashel masih cukup peduli padanya. Hubungan mereka berdua selama empat tahun terakhir tidak begitu harmonis, tapi setelah dipikir-pikir lagi, sering kali Rashel menuruti kemauan Ivone, hanya karena … keluarga Rolando menggunakan budi atas menyelamatkan orang lain untuk menculiknya secara baik-baik. Bagi Rashel, keluarga Rolando adalah penyelamatnya, padahal sebenarnya, justru merekalah yang jahat. Kalau sampai Zico tahu semua ini, hubungan dia dengan Zico pasti akan rusak. Tidak,lebih tepatnya, hubungan antara Ivone dengan Zico dari awal memang tidak pern
“Halo!” sapa Rashel dengan nadayang tinggi.Perlahan-lahan Rania memutar bola matanya ke samping dan mengenali sosok Rashel yang menghampirinya. Rania adalah rakyat miskin, dia terkesan dengan Rashel yang terlihat seperti orang berada hanya dengan melihat sekilas saja. Dia pun membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, tapi tak ada satu kata pun yang terucap. Dia sudah terlalu lama menangis sampai suaranya jadi serak. Kalau saja Anggun tidak melindunginya di saat kecelakaan terjadi, maka yang sekarang berbaring di ruang ICU pasti adalah dia. Padahal belum lama Rania mengadopsi Anggun, tapi ikatan ibu dan anak yang terjalin antara mereka sudah begitu kuat.Nasib Anggun saat ini masih belum bisa ditentukan, karena itu Rania tidak mau pergi dari rumah sakit. Dia terus saja duduk di sana menunggu sampai Anggun siuman.Air mata Rashel pun ikut menetes melihat kondisi Rania yang begitu menyedihkan. Lalu Rashel mengintip jendela untuk melihat kondisi Anggun yang sedang terbaring lemas. Gadis
Akan tetapi, Anggun kehilangan darah dalam jumlah yang sangat banyak, dan 400 ml masih tidak seberapa. Walau begitu, si perawat tidak berani mengambil darah lebih lanjut dan bertanya kepada Rashel, “Ibu nggak apa-apa?”Rashel mulai merasa sedikit pusing, dan berdirinya juga mulai tidak seimbang. Walau begitu, dia mengepalkan tangannya dengan erat dan berkata dengan mantap, “Aku nggak apa-apa, lanjut saja. Nyawa Anggun lebih penting.”Si perawat pun menguatkan dirinya dan kembali mengambil darahnya sebanyak 200 ml lagi.“Saya minta kontak Ibu, ya. Kalau ke depannya ada masalah dengan proses perawatannya, mungkin kami butuh donor darah dari Ibu lagi,” kata si perawat.Dengan segera Rashel memberikan nomor telepon yang bisa dihubungi. Lalu dia mengambil kapas untuk menekan titik tempat dimasukkan jarum tadi. Tiba-tiba tubuhnya terasa lemas dan langsung terjatuh ke tempat duduk.Si perawat datang membawakan segelas air hangat manis dan berkata, “Langsung diminum habis, ya. Sehabis itu bole
“Ivone, kalau kamu nggak jawab, aku terpaksa datang ke rumah kamu.”Di tengah beberapa pesan itu terselip juga panggilan yang tak terjawab. Ivone menyadari kemungkinan besar Zico akan menanyakan beberapa pertanyaan yang tidak ingin Ivone jawab. Yang ingin Ivone lakukan di saat itu hanyalah melarikan diri.“Ivone, kamu kenapa?” tanya Sania. Mendengar itu, Ivone mengangkat kepala dan menatap ibu kandungnya. Empat tahun yang lalu berlarian ke sana kemari siang malam demi menyelamatkan Ivone. Arena itu tampangnya terlihat lebih tua dibandingkan wanita seumurannya. Sania baru mulai memperhatikan dandanannya setelah dia pulih total dan perlahan mulai terlihat seperti seorang wanita berada.Akan tetapi tipikal wanita kaya di Abrha tentu tak ada apa-apanya dibandingkan yang ada di Suwanda. Harus diakui bahwa keluarga Rolando memang cukup dipandang di Abrha, tapi asalkan keluarga Tanjaya atau Adijaya bergerak sedikit saja, keluarga Rolando akan habis oleh mereka.“Aku nggak apa-apa …,” jawab Iv
“Katanya dari kecil kesehatan kamu sudah kurang baik?”tanya Zico.Jari Ivone gemetar mendengarnya. Dari mana Zico bisa tahu tentang hal itu? Sepertinya tidak butuh waktu lama bagi Zico untuk mencari tahu segalanya tentang Rashel. Haruskan Ivone menunggu sampai Zico mendapatkan apa yang dia cari, atau dia sendiri yang lebih baik membuka kartunya duluan? Namun kalaupun Ivone lebih dulu membuka kartunya sendiri, itu tidak mengubah fakta bahwa keluarga Rolando telah mencelakai anak yang ada di perut Rashel ….“Aku juga dengar empat tahun yang lalu kamu hampir saja meninggal. Untungnya kamu dapat donor darah dan selamat, benar?”“Untuk apa kamu selidiki aku?” tanya Ivone.“Menurut kamu?”Ivone hanyalah seorang wanita berusia 20-an tahun, dia tentu tidak tahan diinterogasi seperti ini. Berbagai macam pikiran buruk dan prasangka negatif memenuhi isi kepalanya, lantas dia berkata, “Aku nggak tahu apa tujuan kamu, tapi apa pun itu, yang jelas nggak ada hubungannya sama aku!”Ivone pun kemudian