Akan tetapi, Anggun kehilangan darah dalam jumlah yang sangat banyak, dan 400 ml masih tidak seberapa. Walau begitu, si perawat tidak berani mengambil darah lebih lanjut dan bertanya kepada Rashel, “Ibu nggak apa-apa?”Rashel mulai merasa sedikit pusing, dan berdirinya juga mulai tidak seimbang. Walau begitu, dia mengepalkan tangannya dengan erat dan berkata dengan mantap, “Aku nggak apa-apa, lanjut saja. Nyawa Anggun lebih penting.”Si perawat pun menguatkan dirinya dan kembali mengambil darahnya sebanyak 200 ml lagi.“Saya minta kontak Ibu, ya. Kalau ke depannya ada masalah dengan proses perawatannya, mungkin kami butuh donor darah dari Ibu lagi,” kata si perawat.Dengan segera Rashel memberikan nomor telepon yang bisa dihubungi. Lalu dia mengambil kapas untuk menekan titik tempat dimasukkan jarum tadi. Tiba-tiba tubuhnya terasa lemas dan langsung terjatuh ke tempat duduk.Si perawat datang membawakan segelas air hangat manis dan berkata, “Langsung diminum habis, ya. Sehabis itu bole
“Ivone, kalau kamu nggak jawab, aku terpaksa datang ke rumah kamu.”Di tengah beberapa pesan itu terselip juga panggilan yang tak terjawab. Ivone menyadari kemungkinan besar Zico akan menanyakan beberapa pertanyaan yang tidak ingin Ivone jawab. Yang ingin Ivone lakukan di saat itu hanyalah melarikan diri.“Ivone, kamu kenapa?” tanya Sania. Mendengar itu, Ivone mengangkat kepala dan menatap ibu kandungnya. Empat tahun yang lalu berlarian ke sana kemari siang malam demi menyelamatkan Ivone. Arena itu tampangnya terlihat lebih tua dibandingkan wanita seumurannya. Sania baru mulai memperhatikan dandanannya setelah dia pulih total dan perlahan mulai terlihat seperti seorang wanita berada.Akan tetapi tipikal wanita kaya di Abrha tentu tak ada apa-apanya dibandingkan yang ada di Suwanda. Harus diakui bahwa keluarga Rolando memang cukup dipandang di Abrha, tapi asalkan keluarga Tanjaya atau Adijaya bergerak sedikit saja, keluarga Rolando akan habis oleh mereka.“Aku nggak apa-apa …,” jawab Iv
“Katanya dari kecil kesehatan kamu sudah kurang baik?”tanya Zico.Jari Ivone gemetar mendengarnya. Dari mana Zico bisa tahu tentang hal itu? Sepertinya tidak butuh waktu lama bagi Zico untuk mencari tahu segalanya tentang Rashel. Haruskan Ivone menunggu sampai Zico mendapatkan apa yang dia cari, atau dia sendiri yang lebih baik membuka kartunya duluan? Namun kalaupun Ivone lebih dulu membuka kartunya sendiri, itu tidak mengubah fakta bahwa keluarga Rolando telah mencelakai anak yang ada di perut Rashel ….“Aku juga dengar empat tahun yang lalu kamu hampir saja meninggal. Untungnya kamu dapat donor darah dan selamat, benar?”“Untuk apa kamu selidiki aku?” tanya Ivone.“Menurut kamu?”Ivone hanyalah seorang wanita berusia 20-an tahun, dia tentu tidak tahan diinterogasi seperti ini. Berbagai macam pikiran buruk dan prasangka negatif memenuhi isi kepalanya, lantas dia berkata, “Aku nggak tahu apa tujuan kamu, tapi apa pun itu, yang jelas nggak ada hubungannya sama aku!”Ivone pun kemudian
Keberadaan keluarga Rolando di Kota Abrha cukup untuk membuat penduduk setempat iri pada mereka, walau begitu, di atas langit masih ada langit, dan langit yang ada di atas itu adalah keluarga Tanjaya.“Ivone, kamu bukan lagi asal ngomong ‘kan?”“Aku serius! Adik kandungnya Rashel sudah sampai di sini, dan dia lagi menyelidiki tentang keluarga kita! Dia tahu kalau dari kecil aku ini sakit-sakitan. Diajuga tahu kalau sekitar tiga atau empat tahun yang lalu aku pernah dioperasi. Nggak lama lagi dia juga pasti tahu Rashel pernah dioperasi juga, dan kalau sampai itu terjadi ….”Kalau sampai Zico tahu tentang itu, keluarga Rolando pasti akan dihabisi olehnya. Dari yang awalnya menjadi penguasa tertinggi di Kota Abrha, mereka bisa saja jatuh menjadi setara dengan semut di jalanan.Tepat di saat itu juga Zendy pulang dan bertanya melihat keanehan istri dan anaknya, “Kalian berdua kenapa? Apa yang terjadi?”Sania bisa kembali tenang melihat tulang punggung keluarga mereka pulang ke rumah, maka
Gelap malam makin melarut, dan di kamar presidential suite tempat Zico menginap kembali mendengar suara ketukan. Yang membukakan pintu kali ini adalah Ronald, dan Zendy pun masuk ke dalam.Saat itu waktu menunjukkan pukul dua dini hari. Jika tidak mengalaminya sendiri, Zendy tidak akan percaya bahwa ada orang yang sanggup membumihanguskan sebuah perusahaan yang sudah berjalan hanya dalam satu malam. Awalnya Zendy masih ingin terus melawan, tapi setiap menit yang berlalu, perusahaannya terus mengalami kerugian sebanyak 20 miliar. Hingga detik ini, Rolando Group nyaris bangkrut dan tinggal menjadi cangang kosong saja. Jika diteruskan seperti ini, ketika matahari mulai menyingsing, Rolando Group tidak akan ada lagi untuk selamanya, bahkan mereka sekeluarga akan terlilit utang yang sangat besar.“Silakan duduk, Pak Zendy,” sahut Ronald dengan sikap yang sangat terhormat, tapi cara dia berperilaku seperti sedang memberikan perintah. Zendy pun tak berani banyak bicara dan duduk cukup jauh da
Empat tahun yang lalu, Michael sempat membahas tentang metode terapi transfusi darah kepada Ronald. Dengan memperbaharui seluruh darah yang ada di dalam tubuh memang dapat membuang chip yang tertanam di dalam tubuh.Saat itu Ronald merasa cara tersebut terlalu berbahaya dan dengan tegas menolaknya. Namun siapa sangka di tengah ketidaksengajaan ini, darah Rachel tergantikan dengan yang baru dan bisa kembali normal. Dengan begitu akankah dia kembali menjadi seperti dirinya di masa lalu?“Waktu itu berapa banyak darahnya yang keluar?” tanya Ronald.“Lebih dari 3.000 ml. Golongan darahnya langka banget, aku sampai nyari sepuluh orang yang punya golongan darah sama biar Rashel bisa selamat.”Jumlah darah yang terkandung dalam tubuh seseorang berkisar antara 3.000 sampai 4.000 ml. Jika sampai kehilangan darah sebanyak 3.000 ml, berarti memang harus segera mendapatkan donor. Dengan kata lain, bisa dibilang darah yang kini ada di tubuh Rachel adalah darah yang benar-benar baru. Gejala yang dia
Ronald membuka pintunya dan masuk ke dalam. Dia berjalan sampai ke samping ranjang dengan langkah yang sangat pelan. Mungkin karena masih belum terbiasa dengan lingkungan di sekitar, Rachel langsung terbangun dan membuka matanya.Rashel langsung terduduk dan menatap sosok yang datang mendekatinya sambil bertanya, “Ngapain kamu ke sini?”“Untuk jenguk kamu.”“Kamu pasti sibuk, ‘kan? Mending nggak usah buang-buang waktu buatku.”“Kamu tahu kenapa aku sayang banget sama kamu? Karena kamu itu bukan Rashel, tapi Rachel.”“Hah?!”Pagi-pagi buta begini Rachel sudah dibuat tercengang saja dengan fakta yang mengejutkan.“Kamu bilang apa barusan? Aku nggak ngerti.”“Kamu itu istriku dan juga anak dari keluarga Adijaya. Kamu itu mama dari empat anak. Aku sudah nyari kamu ke mana-mana selama empat tahun, akhirnya kita ketemu juga ….”Tanpa menahan diri lagi, Ronald langsung menggenggam erat bahu Rachel. Telapak tangannya terasa begitu hangat sampai membuat Rachel tersadar sepenuhnya.“Kenapa kamu
Mencari berita tentang istri dari kepala Tanjaya Group bukanlah hal yang sulit. Empat tahun yang lalu banyak sekali beredar berita tentang Rachel. Sebagai seorang wanita tercantik di Suwanda, apa pun yang dia lakukan pasti akan masuk berita. Satu per satu Rashel membaca semua berita itu dengan teliti. Kebanyakan dari berita itu isinya adalah tentang wartawan yang menangkap ekspresi dan gerak gerik Rachel.Dari penemuannya itu, Rashel menyadari bahwa dirinya memiliki mikro ekspresi yang mirip sekali dengan Rachel, bahkan gerakannya ketika meminum pun sama persis. Hal itu membuat Rashel makin percaya bahwa mungkin saja dia memang adalah istrinya Ronald. Mungkin, Rachel bisa begitu tersentuh dengan setiap perbuatan Ronald karena memang jauh dalam lubuk hatinya, dia memang mencintai pria itu ….Rashel lalu menutup laptopnya dan tenggelam dalam pikirannya yang begitu dalam. Tak sampai sepuluh menit setelahnya, Ronald datang membawakan semangkuk pangsit.“Sekarang baru jam lima subuh, banyak