Michael tersenyum dan berkata, “Kalau begitu, kami minta tolong pada Tuan Jecson untuk memperkenalkan kami.”“Baiklah, aku akan memberitahu Rashel ketika pulang nanti!”Jecson meninggalkan kantor Tanjaya Group dalam keadaan linglung. Sepulangnya ke apartemen, dia masih belum sadar.Ketika meninggalkan Abrha, ayahnya berulang kali memperingatkannya bahwa Tanjaya Group, baik dari manajemennya maupun karyawan kecilnya, semuanya sombong dan memandang rendah pedagang dari luar kota seperti mereka.Namun, dia sempat dua kali berinteraksi dengan orang-orang dari Tanjaya Group dan tidak merasa mereka meremehkannya.Terlebih lagi, dia juga berhasil melakukan kerja sama dengan perusahaan itu untuk yang kedua kalinya.Tak heran jika bisnis Tanjaya Group berkembang pesat di seluruh dunia. Semua itu pasti dipengaruhi oleh semangat dan kerendahan hati mereka.Jecson kembali ke apartemen. Rashel dan Ivone sedang makan siang.Dia duduk di meja makan dan berkata dengan bersemangat, “Rashel, aku bertemu
Ronald berdecak.Anak-anaknya memiliki IQ yang tinggi. Eddy, begitu pula Michael. Dia benar-benar tak habis pikir kenapa Darren bisa sebodoh itu.Dia tersenyum dingin dan berkata, “Apa kamu yakin hadiah-hadiahmu itu berhasil dikirimkan ke ibumu?”Darren tertegun sejenak, lalu berdiri dengan marah. “Apa Om mengambil hadiah yang kubelikan untuk Mama?”Ronald tak bisa berkata-kata.Anak ini benar-benar sudah tidak ketolongan lagi.“Pa, apa benar Mama mau datang?” Michelle bertanya dengan hati-hati, dengan tatapan penuh harap.Ronald mengangguk dan berkata, “Agar nggak merangsang ingatan masa lalu Mama, kalian semua harus memanggilnya Tante Rashel, dan jangan terlalu banyak bicara, supaya nggak membuatnya curiga.”“Mama pernah tinggal di sini. Datang ke lingkungan yang familier mungkin akan membuat Mama mengingat masa lalu, ‘kan?”Michael berkata perlahan, “Kalau Papa nggak mau Mama mengingat masa lalu, jangan bawa Mama datang ke rumah.”Ronald menggelengkan kepalanya dan berkata, “Papa da
“Kalau kamu nggak turun, aku akan naik ke atas untuk mencarimu,” ujar Ronald dengan nada sedikit tidak tahu malu.“Jangan naik!” Rashel dengan cepat melarangnya.Dia sudah menceramahi Ivone dengan tegas siang tadi, tetapi malah ada pria yang datang ke rumah untuk mencarinya di tengah malam begini. Mana bisa dia menceramahi Ivone lagi di masa depan?“Aku akan mengganti pakaianku dan turun. Tolong tunggu aku selama lima menit.”Dia menutup telepon dan berganti pakaian kasual berwarna abu-abu, yang membungkus tubuhnya dengan erat.Suhu di luar sedikit lebih rendah. Angin malam menerpa wajah Rashel, mengacak-acak rambutnya yang baru dikeringkan, sehingga menutupi separuh wajahnya dan hanya memperlihatkan sepasang mata yang dingin.Ronald hanya memperhatikannya yang berjalan semakin mendekat dengan tenang.Rashel kemudian berhenti tiga langkah darinya.Ronald pun mengambil dua langkah mendekat, sehingga hanya tersisa jarak satu langkah di antara mereka.“Pak Ronald, sebenarnya ada urusan ap
Angin malam yang sejuk bertiup lembut.Rashel merasakan tatapan pria itu berubah lebih dalam, jadi dia membungkus pakaiannya dengan lebih erat.“Kalau begitu, aku naik dulu.” Dia mundur dua langkah lagi.Ronald merasa enggan melepaskan Rashel pergi.Meskipun mereka bisa bertemu lagi besok siang, tapi dia tidak ingin berpisah dengan wanita ini sekarang.Dia telah menunggu selama empat tahun, tapi dia tidak bisa menunggu satu malam ini.“Rachel, tunggu,” panggilnya, untuk menghentikan wanita yang hendak berbalik badan dan pergi itu.Tatapannya begitu dalam, sehingga Rashel bingung harus berbuat apa.Rashel melihat ke bawah, ke tanah, dan menginjak dedaunan mati yang berjatuhan di jalan, sehingga mengeluarkan suara gemerisik.Dia berkata dengan suara serak, “Pak Ronald masih mau ngomong apa”“Kamu suka makan apa?” Ronald mencari-cari topik. “Aku akan meminta pelayan untuk menyiapkannya terlebih dahulu.”Sebenarnya, Ronald tahu jelas dia suka makan apa. Dia tidak pernah melupakannya.Mungk
Setelah mengatakan itu, Ronald menundukkan kepalanya dan mencium bibirnya, lalu telinganya, lehernya ….Pria itu mati-matian menjajah tubuhnya, sedangkan dirinya yang ada di dalam mimpi tidak melawan sama sekali ….Kabut tebal itu tiba-tiba berubah warna menjadi merah.“Mama, Mama ….” Teriak seorang anak kecil. Suaranya melengking dan menakutkan.“Nak! Anakku!” Rashel berteriak. Dia mengulurkan tangan untuk menarik anak itu, tetapi anak itu semakin menjauh dan perlahan menghilang di balik kabut merah itu.“Rashel, Rashel!” Jecson meneriakkan namanya dan menggoyangkan tubuhnya kuat-kuat.Rashel tiba-tiba membuka matanya dan terduduk.Dia memandang Jecson dan Ivone yang berdiri di depan tempat tidurnya, lalu menoleh ke luar jendela yang remang-remang.Ternyata hanya mimpi.“Rashel, kamu mimpi buruk apa? Mengapa kamu begitu takut?” Jecson memberikan sebuah handuk kering untuknya. “Aku dengar kamu memanggil “Anak”. Apa kamu bermimpi tentang seorang anak?”Rashel menyeka kepalanya yang berk
Ronald memarkir mobilnya, membuka pintu dan turun.Dia mengenakan setelan jas hitam gelap dengan bordiran benang emas di bagian mansetnya. Bordiran itu bersinar ketika dia bergerak, membuatnya tampak anggun dan berkelas.Dia membuka pintu kursi penumpang, lalu berkata dengan sopan dan lembut, “Rashel, masuklah ke mobil.”Rashel tidak menolak, membungkuk sedikit untuk duduk di kursi penumpang.Dia hendak memasang sabuk pengamannya, tapi pria itu tiba-tiba membungkuk dan membantunya memasang sabuk pengamannya dengan hati-hati.Rashel menahan napas dan tidak berani bergerak.Ronald jadi ingin tertawa.Kenapa wanita ini terlihat sangat manis ketika sedang gugup?Dia takut Rashel akan marah, jadi dia tidak menjahili wanita itu. Lalu, dia kembali ke kursi pengemudi dan mulai menyetir dengan perlahan.“Rashel, apa kamu pernah ke Suwanda sebelumnya?” Ronald bertanya dengan santai sambil mengemudi.Suaranya terdengar sangat natural dan familier, seolah-olah mereka adalah teman yang sudah lama s
Anak-anak itu mengatakannya serempak. Mereka menahan kegembiraan dan semangat di balik suara itu.Rashel berdiri di depan pintu ruang tamu, memandang keempat anak di depannya itu dengan kaget.Mengapa dia merasa seperti pernah mengalami hal ini sebelumnya?Dia samar-samar mengingat, di dalam mimpinya, atau di masa lalu dulu, ketika dia turun dari mobil, selalu ada tiga atau empat anak yang akan datang memeluknya dan memanggil “Mama” dengan manis.“Jangan menakuti Tante Rashel.” Ronald berjalan mendekat, berdiri di samping Rashel, dan memberikan isyarat mata kepada anak-anaknya.Darren menahan diri untuk berlari memeluk ibunya itu.Dia memandang wajah Rashel dan tiba-tiba merasa ingin menangis.Kenapa …. Kenapa dia salah mengenali Mama ….Inilah Mama yang selalu dipikirkannya siang dan malam selama empat tahun. Bagaimana dia bisa salah mengenali orang?Michael mengepalkan tinjunya dan hampir menggunakan seluruh kekuatannya untuk menekan keinginan untuk menangis.Orang terpenting dalam h
Melihat pemandangan hangat di hadapannya, Ronald jadi teringat seperti apa hidup mereka empat tahun yang lalu.Waktu itu, jam makan adalah saat berkumpulnya mereka sebagai keluarga. Meja makan selalu ramai. Waktu itu, mereka tidak pernah menyangka Rashel akan menghilang selama empat tahun.Untungnya, Rashel akhirnya kembali.Semuanya belum terlambat.“Makanlah makanan kalian sendiri dan jangan mengganggu Tante Rashel,” ujar Ronald dengan tenang.Keempat anak itu akhirnya berhenti mengambilkan makanan untuk Rashel.Kecurigaan di hati Rashel semakin besar.Dia memikirkan situasi ini dan berusaha menempatkan diri dalam posisi anak-anak ini. Kalau ibunya telah hilang selama empat tahun dan ayahnya tiba-tiba membawa wanita asing ke rumah, dia pasti akan merasa jijik.Namun, keempat anak ini ….Kalau hubungan antara keempat anak ini dengan ibu mereka tidak baik, rasanya tidak mungkin. Dari cara Michelle mengambil “Mama” waktu itu, kelihatan sekali sangat merindukan ibunya.Mengapa anak-anak