“Selamat pagi semuanya. Saya Rayhan Lavani. Profesor yang akan membimbing kalian untuk melakukan ujian praktek.”“Mulai dari sini, saya akan mengambil alih. Mereka yang namanya dipanggil bisa langsung memasuki pintu di depan.” “Satu hal lagi. Mereka yang telah menyelesaikan ujian praktek bisa menunggu di luar ruangan. Akan ada pengumuman lain setelah semua orang menyelesaikan ujiannya.” Profesor Ray hanya memberi penjelasan. Tak ada sesi tanya jawab yang diadakan. Lelaki yang ditaksir berusia tiga puluhan itu tampak membetulkan kaca matanya, sebelum mulai membuka sebuah file dokumen. Nama pertama dipanggil. “Nicolas Vener.”Setelahnya, seorang pemuda berambut merah berdiri tegap. Sebelum mulai berjalan dengan tangan dan kaki yang sejajar. Bukti jika pemuda itu sangat gugup. Semakin lama, semakin banyak pula nama yang dipanggil. Belajar dari pengalaman, peserta ujian yang lain memastikan mereka berjalan dengan cara yang benar. Semua orang tidak mau seperti peserta pertama yang berj
“Kalista Ruliazer.”Ketika nama itu dipanggil, semua orang secara serempak segera menengok ke satu arah. Sudah menjadi rahasia umum jika pemilik nama belakang Ruliazer itu mempunyai manik lavender yang didambakan oleh para penyihir. Itu sebabnya semua orang memiliki ekspetasi yang tinggi terhadap gadis muda tersebut. Meski pada kenyataannya, tidak sedikit pula yang menginginkan kejatuhan gadis itu. (Tap.) (Tap.) Langkah kaki Kalista masih tenang seperti biasa. Lagipula, ini bukan pertama kalinya dia menjadi pusat perhatian. Terlebih di kehidupan masa lalunya, semua orang selalu mengarahkan jari telunjuk mereka saat menyindirnya di depan umum. Jadi perhatian seperti ini bukanlah masalah besar untuknya. (Tap.) Kalista berhenti sejenak di depan pintu, mengambil nafas perlahan dan mulai membuka benda yang terbuat dari kayu tersebut. (Ceklek.) Begitu Kalista masuk, dia merasa seperti baru saja memasuki sebuah negeri dongeng. Rumput hijau membentang begitu luas. Semilir angin tera
“Maaf, Nona Muda Ruliazer. Tetapi, bukankah seharusnya Anda masih di dalam tempat ujian? Saya bahkan tidak melihat Nona Muda Ruliazer keluar dari pintu gedung sihir. Dan kemudian, Anda muncul begitu saja seperti ini. Apa Anda mendapat perlakuan istimewa tertentu?” sebuah suara terdengar penuh tuduhan. Di baliknya, seorang gadis berambut merah muda berbicara dengan nada yang tidak pelan. Meski biasanya semua orang hanya mendengar nada lembut dari gadis manis berambut merah muda tersebut, namun disaat menyalahkan orang lain, tentu semakin keras suara, semakin tinggi pula peluang untuk menang. Sebagai orang yang telah berhasil mendapat title sebagai primadona ibukota selama bertahun-tahun, tentu Roselia tahu bagaimana memanfaatkan situasi untuk keuntungan dirinya sendiri. “Ah, rupanya dia sudah belajar untuk menggunakan bahasa formal.” batin Kalista. “Sebelumnya, Nona Muda. Bagaimana cara saya memanggil Anda?” Kalista bertanya dengan tenang. Hening. Keheningan yang cukup canggung.
“Ini adalah hasil dari ujian praktek kalian hari ini.” “Untuk mereka yang namanya berada di layar merah, datanglah ke lapangan praktek dalam waktu tiga puluh menit.” “Untuk mereka yang memiliki nama di layar hijau, kalian bisa duduk di bangku penonton.” Setelah pengumuman tersebut dikatakan, suara bising segera memenuhi semua tempat. Dengan besarnya layar ilusi, semua orang dapat melihat nama siapa saja yang tertulis di kedua sisi. “Namaku di daftar hijau. Syukurlah.” “Tidak!!” “Kenapa aku masuk ke daftar merah.” “Bagaimana aku bisa gagal?” “Kenapa namaku bisa terletak di layar merah?” suara para peserta yang mengikuti ujian hari ini saling bersahut-sahutan. Di sisi lain, Kalista yang baru selesai memeriksa dua daftar di layar segera mengerutkan kening. Setelahnya, gadis itu melihat ke arah sang Profesor berdiri sebelumnya. Sayangnya lelaki itu sudah tidak berada di tempatnya. “Kemana Profesor Ray pergi?” batin Kalista. Saat gadis itu masih berpikir, Ia melihat segerombolan
“Duduklah.” titah Profesor Ray. Kalista yang diberi perintah, “Baik, Profesor.” Melihat itu semua membuat profesor dingin yang jutek itu mengangkat sudut bibirnya ke atas, “Kau tidak bertanya?” Pertanyaan yang dimaksud oleh Profesor di sini adalah alasan mengapa lelaki itu membawa sang nona muda ke bangunan kosong di dalam akademi. “Profesor pasti memiliki alasannya sendiri.” Kalista menjawab dengan sopan. “Hm. Hubungan antar manusia itu rumit. Sesaat seseorang bisa menjadi kawan, namun detik berikutnya, orang itu bisa berubah menjadi lawan.” “Seperti yang terjadi padamu hari ini. Pada awalnya semua orang bersikap bersahabat dan mengagumi. Namun jika ada sesuatu yang salah, mereka tidak akan ragu untuk mengarahkan jari dan meninggalkanmu begitu saja.” “Agar hal tersebut tidak terulang, lebih baik melakukan percakapan di tempat yang tidak ada orang. Tentu saja, aku sudah menggunakan sihir untuk menutupi keberadaan kita saat dalam perjalanan kemari.” Profesor Ray memberi penjelas
“Nona Ruliazer, jadilah murid pribadiku.”Satu detik. Dua detik. Tiga detik. “Ya??” Kalista agak tak bisa mempercayai indera pendengarannya. Sepertinya seseorang baru saja mengatakan jika dia sedang mengawasi dirinya atas permintaan seseorang. Dan sekarang, orang itu ingin menjadikannya sebagai murid. Bukankah dua hal tersebut adalah sesuatu yang sangat bertentangan? “Apa Profesor Ray ingin menaruhku di bawah pengawasannya langsung?” batin Kalista. “Aku tau apa yang sedang kau pikirkan. Tapi tenang saja. Tujuanku hari ini hanya ingin melihatmu secara langsung. Aku belum menyetujui permintaan pengawasan itu.”“Jika seseorang menjadi muridku, aku akan memberitahu siapa yang ingin mengawasinya. Dan tentunya sebagai seorang guru, aku akan melindungi anak didikku dengan sepenuh hati. Tapi jika seseorang menolak, semua yang terjadi berada di luar tanggung jawabku.” ucap Profesor Ray. “Profesor, bukankah tidak baik untuk mengancam seseorang seperti ini?” tanya Kalista. “Nona Ruliazer
Kediaman Ruliazer. Terlihat seorang gadis muda yang tengah duduk di sofa kamar. Ekspresinya serius. Ada sebuah amplop berwarna biru di tangan kanannya. (Tok.. Tok.. Tok..) “Nona Muda, Ini Connie.”Tak lama kemudian, suara ketukan pintu terdengar. Gadis muda yang sebelumnya termenung menatap amplop di tangan segera mengalihkan pandang ke arah pintu. Sebelum mulai memberi izin masuk kepada si pengetuk pintu. “Masuk.” titah Kalista. (Ceklek.) Suara pintu yang dibuka terdengar. “Nona Muda, apa Anda memanggil saya?” tanya Connie sopan. “Itu benar.”“Connie, aku ingin kau melakukan sesuatu untukku.” ucap Kalista setenang air. “Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda, Nona Muda?” Connie kembali bertanya. “Dua hal.”“Pertama, aku ingin kau menyelidiki apa saja yang telah dilakukan oleh gadis dari Keluarga Yuriscitia dalam enam bulan terakhir. Terutama perilakunya saat berhubungan dengan para lelaki.”“Dan untuk beberapa hari berikutnya, aku ingin kau menyuruh seseorang untuk mengikut
“Berhenti bercanda. Apa yang ingin kau katakan?” Kalista bertanya dengan tenang. “Nona Muda, saya akan pergi selama beberapa waktu.” jawab Leon. Kali ini muncul sedikit riak di manik lavender yang biasanya tenang. Kalista sama sekali tak menduga jika hal ini yang akan dikatakan oleh lawan bicaranya. Kendati demikian, gadis itu memang telah menebak sampai beberapa hal. Hanya saja, dia tak menyangka jika pemuda itu akan pergi tanpa tanda-tanda tertentu sebelumnya. “Aku mengerti. Berhati-hatilah.” suasana hati Kalista agak rendah saat berbicara. “Nona Muda!! Saya tidak mau!! Bagaimana saya bisa meninggalkan Anda di dunia yang berbahaya ini seorang diri?” memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, Leon memberi pelukan samping yang lembut. Kalista sebenarnya ingin mencubit kucing hitam yang suka berbuat seenaknya sendiri. Namun mengingat ini mungkin akan menjadi pertemuan mereka yang terakhir dalam beberapa tahun mendatang membuat gadis cantik itu menghentikan dirinya sendiri. “Nona
“Lalu, apa alasan yang kau berikan atas penyembunyian luka bekas aura yang tidak stabil?” Kalista bertanya datar. “Itu..” “Sebenarnya itu tidak terlalu sakit. Saya juga selalu mendatangi Nona Muda bukan?” suara Leon terdengar sekecil nyamuk. “Setelah kondisinya sudah parah.” Kalista menatap tajam pada Leon. “Lupakan saja.” pada akhirnya Kalista menghela nafas pelan. “Aku tau apa yang kau khawatirkan. Tapi itu semua tidak akan terjadi. Aku masih lebih kuat darimu. Jadi, kau tidak perlu menahan apapun lagi. Segera datang padaku saat kondisimu tidak stabil. Kau mengerti?” suara Kalista terdengar lebih lembut dari sebelumnya. Sebenarnya, masalah ini juga terkait dengan dirinya. Beberapa bulan sebelum datang ke ibukota, dia menemukan jika tubuh Leon telah menumbuhkan beberapa resistensi terhadap sihir miliknya. Itu sebabnya dia memutuskan mencoba sihir tingkat tinggi untuk melakukan penyegelan. Saat itu dia terlalu meremehkan perbedaan kekuatannya di masa lalu dengan t
“Siapa yang Anda lihat dengan tatapan lembut seperti itu, Nona Ruliazer?” suara rendah tiba-tiba menyapa saat Kalista lengah. Sontak, sang nona muda segera menengok ke arah asal suara. Begitu Ia melakukannya, Kalista segera dihadapkan dengan wajah putra mahkota yang tengah duduk di hadapannya. “Ada urusan apa Yang Mulia mendatangi saya seperti ini?” suara Kalista terdengar sangat dingin. Ia masih belum lupa apa yang telah dilakukan oleh pemuda di hadapannya. Jika saat itu seniornya tidak datang dan menyadarkannya dari sihir aneh yang dilakukan oleh putra mahkota, dia pasti sudah masuk ke dalam fraksi putra mahkota tanpa Ia sendiri sadari. “Sebelumnya saya minta maaf karena membuat Anda merasa tidak nyaman, Nona Ruliazer. Saya terus merasa gelisah karena sepertinya Anda menghindari saya setelah kejadian sebelumnya.” Putra mahkota meminta maaf dengan rendah hati. “Itu bukan sepertinya, Yang Mulia. Saya memang sengaja menghindari Anda.” ekspresi Kalista masih sedingin sebe
Hal pertama yang Kalista lakukan setelah sampai di ruang bawah tanah yang rahasia adalah menyetel alarm. Dia tak ingin memancing keributan dengan seseorang yang mengatakan jika dia kehilangan banyak berat badan hanya karena melewatkan satu kali makan siang. Itu sebabnya dia membuat janji dengan orang tersebut untuk makan siang bersama. Seperti biasa, Kalista menghabiskan semua waktunya untuk membaca. Menurut perhitungannya, dia dapat menyelesaikan buku-buku di rak dalam kurun waktu satu tahun. Itupun jika dia tidak melewatkan satu haripun dengan sia-sia. Mengingat seberapa banyak buku yang tersusun pada rak ruang rahasia. Setelah membaca beberapa buku di sana, Kalista dapat memahami bagaimana Profesor Ray membuat seniornya menjadi pemilik menara termuda. Semua buku itu menjelaskan secara rinci bagaimana segala sesuatu tentang sihir berjalan dan cara yang paling efektif untuk penggunaannya. Dan dengan bakat seniornya yang sama-sama memiliki manik lavender seperti dirinya, hanya but
“Jadi, apa ada alasan yang lainya?” Kalista bertanya pada pemuda yang masih terbaring di atas ranjang. “Itu..”“Bisa saja berbahaya, Nona Muda.” suara yang rendah menunjukan ketulusan hati.Kalista yang melihat itu semua merasa hatinya melembut. Kucing hitam yang Ia besarkan ternyata sudah bisa mengkhawatirkan pemiliknya. Pada akhirnya, senyum lembut tak bisa ditahan. Kalista kemudian mengacak helai hitam Leon sebelum berkata, “Istirahatlah.”“Aku akan datang besok pagi.” ucap gadis itu sebelum pergi. Setelah malam itu, Kalista memang menepati janjinya. Keesokan paginya, dia mengunjungi kamar Leon dan mulai memeriksa keadaan pemuda itu. Setelah memberi beberapa perawatan, Kalista akan mulai membaca beberapa buku di samping Leon.Hal tersebut berlangsung selama tiga hari. Tidak seharipun Kalista tak mengunjungi kamar Leon dalam kurun waktu tersebut. Jika itu hari biasa, Leon akan sangat senang karena bisa menghabiskan banyak waktu dengan nona mudanya. Namun saat ini, dia memiliki k
Malam semakin larut. Dengan bulan yang seakan berada di atas kepala. Hal tersebut menunjukan jika saat ini sudah hampir tengah malam. Di sebuah kamar dengan ranjang king size di tengah ruangan. Terlihat seorang pemuda yang sedang berbaring dengan nyaman. Wajahnya yang tampan tampak pucat. Seolah-olah darah telah dikuras dari tubuhnya. Meski begitu, nafas yang terdengar begitu tenang. Di sisi pemuda itu, duduk sosok cantik dengan rambut hitam yang berkilau. Manik lavender nya tak sekalipun teralihkan dari wajah tampan sang pangeran tidur.Kalista yang membawa pulang Leon secara pribadi masih merasa menyesal saat melihat keadaan pemuda yang tengah terbaring di tempat tidur. Jika dia bukan majikan yang perhatian, bukankah pemuda itu akan mati dengan kondisinya yang sangat mengerikan tersebut. Tulang rusuk patah, pendarahan di hidung, mata dan telinga. Belum lagi batuk darah yang membuat pemuda itu kehilangan banyak darah. Jika hanya itu saja, dia akan merasa lebih baik. Namun, lebih
“Sekarang, apa kau mau mengatakan yang sebenarnya?” Leon bertanya dengan ramah.Jika orang-orang tak melihat apa yang pemuda itu lakukan sebelumnya, mereka akan berpikir pemuda itu adalah orang yang sangat tampan dengan kepribadian yang baik. Tak akan terbersit sedikitpun dalam benak mereka jika anak muda setampan itu telah melakukan hal yang sangat kejam terhadap orang yang dianggapnya musuh. “I..”“Itu adalah seorang wanita paruh baya.” dengan suara gemetar, satu-satunya sosok berbaju hitam yang masih tersisa menjawab. “Wanita paruh baya?” Leon bertanya memastikan. “Itu benar.”“Saya sama sekali tidak berbohong.”“Seorang wanita paruh baya datang dan mengatakan hal penuh omong kosong seperti membuat rekaman yang berisi perbuatan tidak senonoh Nona Muda Ruliazer.” sosok berbaju hitam menjelaskan dengan tergesa-gesa. “Ah..”“Jadi, kau berencana untuk menyentuh nona mudaku dengan tanganmu yang kotor.” senyum ramah sebelumnya berubah menjadi senyum dingin. “Tidak.”“Saya tidak ber
“Tidak Roselia. Kau harus fokus pada gambaran besarnya. Jika kau berhasil mendapatkan hati anak-anak dari keluarga bangsawan besar, barang-barang seperti ini akan menumpuk di ruangan yang lebih besar. Bukan slorok kecil seperti ini.” Roselia berusaha menyemangati dirinya sendiri. Pada akhirnya, gadis berambut merah muda itu mengeluarkan satu per satu kotak perhiasan miliknya. Begitu kotak itu dibuka, kalung, anting bahkan cincin permata terlihat menggoda mata. Tidak sanggup melihat lagi, Roselia kembali menutup kotak perhiasan miliknya. Rasanya Ia akan kehilangan tekad untuk menjual barang-barang di dalam kotak jika melihatnya lebih lama. Seingatnya, salah seorang temannya pernah bercerita perihal gang belakang yang digunakan para bangsawan untuk melakukan hal-hal kotor. Tentu saja, mereka tidak hanya memiliki hubungan pertemanan biasa. Jika tidak begitu, temannya tidak akan bercerita tentang hal-hal yang disembunyikan oleh keluarganya sendiri. Hanya saja, harganya memang terbilan
“Pertama, beritahu aku siapa yang menyuruh kalian mengikuti nona muda dari Keluarga Ruliazer.”“Dan kedua, mati di tanganku.” saat itu, suara Leon sangat dingin. Bahkan tatapan matanya yang tajam tampak memiliki aura kekejaman yang dipancarkan. Tiga orang berpakaian hitam saling menatap. Namun seolah mencapai kesepakatan diam-diam, mereka segera menyerang Leon secara serentak. Di sisi lain, pemuda yang menjadi lawan mereka tampak memiliki senyum tipis di bibirnya. Di hadapkan dengan tiga orang yang jelas lebih tua darinya, tak membuat Leon gentar sedikitpun. Sebaliknya, mata hitam pemuda itu tampak memancarkan kilatan haus darah yang kental.“Aku anggap itu sebagai jawaban kalian.” ucap Leon. Setelah kata-kata tersebut terucap, aura hitam segera keluar dari tubuh Leon. Belajar dari pengalaman, tiga orang berpakaian hitam itu segera menghindari aura misterius yang sangat mematikan. Namun saat mereka melakukannya, tiba-tiba sekelebat bayangan telah menunggu di belakang, sebelum mem
“Leon.”“Apa kau marah?” untuk saat ini, suara Kalista lebih lembut dari biasanya. Leon awalnya hanya diam sembari melihat ke arah jendela. Tidak sekalipun melirik sang nona muda yang duduk berhadapan dengan dirinya. Namun saat pemuda itu mendengar suara Kalista, Leon pada akhirnya menoleh. Pemuda itu melihat ke arah Kalista dengan tatapan penuh kekalahan. “Mana mungkin saya marah pada Nona Muda. Jika ada seseorang yang bersalah, itu pasti saya.” Leon berbicara dengan halus. “Lalu, kenapa kau hanya diam?” tanya Kalista. Mendengar pertanyaan kali ini membuat sudut bibir si pemuda tampan tertarik ke atas, “Jadi, Nona Muda lebih suka saya banyak berbicara?”“Bukankah sebelumnya Nona Muda selalu menyuruh saya untuk diam?” goda Leon. “Terserah kau saja.” balas Kalista sembari memalingkan wajah. Namun setelah beberapa saat, gadis cantik itu kembali menatap Leon, “Maaf. Kau pasti sudah menunggu lama.”“Jangan minta maaf, Nona Muda. Saya sama sekali tidak marah. Lagipula jika itu demi N