“Sorry,” ucap Milly yang menatap ke arah Brooke yang sudah jatuh dengan pantat menyentuh tanah lebih dulu.
“Kalian gak papa?” tanya Galen mendekati Brooke.
Pemuda itu membantu Brooke bangkit dan membersihkan kotoran yang menempel di kaki dan bagian pantat secara perlahan. Namun, tidak diduga Brooke menjerit karena kaget sehingga membuat Galen juga sadar jika apa yang dilakukannya salah. Dia pun buru-buru minta maaf.
Sementara ketiga pemuda lainnya menahan ketawanya karena melihat Galen salah tingkah dan tidak peka bagaimana cara memperlakukan seorang gadis. Pemuda yang ditertawakan itu akhirnya kembali setelah menolong gadis tersebut.
Kembali ke Brooke, yang ikut malu pun memilih untuk berbalik badan dan mengambil ponselnya dari tangan Milly. Dia pamit dari sana untuk mencari tempat yang sepi agar bisa menghubungi ayahnya karena panggilan itu terakhir jam 11 malam.
“Lho, Mil, Brooke ke mana?” tanya Galen yang sed
“Duh, gimana mau berangkat sekolah kalo gini,” keluh Brooke saat menatap cermin di pagi hari.Semalaman dia menangis hingga tertidur dan sekarang matanya bengkak. Gadis itu kembali ke ranjangnya dan memutuskan untuk tidak ke sekolah hari ini. Dia tidak mungkin menunjukkan wajahnya yang sembab. Pasti Milly nanti akan bertanya dan dia tidak ingin berbohong kepada mereka.Namun, perut Brooke mendadak berbunyi karena ternyata dia kelaparan. Gadis itu memejamkan matanya dan mengabaikan perutnya yang terus menerus berbunyi. Pada akhirnya, dia pun bangkit dan menuju dapur. Brooke memilih membuat mie instan karena dia tidak dapat menahan rasa laparnya.Gadis yang kali ini menggerai rambutnya duduk menikmati makanannya sambil menyalakan televisi untuk menghiburnya. Ponselnya yang berdering di dalam kamarnya dia biarkan hingga berhenti.“Paling papa lagi. Biarin aja, masih kesel.” Brooke melanjutkan gerutuannya mengingat kemarin membuatnya sakit hati lagi.**Sementara di sekolah, Milly memperh
“Mil, kamu tumben diam aja?” tegur Galaxy yang sedari tadi memperhatikan gadis itu.“Gak papa, kok.” Milly tetap memilih diam dan memperhatikan jalanan yang berubah sepanjang jalan.Galaxy tidak mengorek lebih jauh karena sikap temannya seperti yang ibunya ketika tidak ingin diganggu. Perjalanan itu sangat hening karena Galen juga sibuk dengan pikirannya. Kali ini, Galaxy yang menyetir untuk pulang.Tak lama, dia tiba di rumah milik Milly sehingga gadis itu hanya berpamitan dan turun dari mobil. Setelah itu, Galaxy memilih untuk langsung pulang ke mansion keluarga karena Galen telah memejamkan mata di kursi sebelahnya.“Kalian kenapa sih, pada diam-diam setelah pulang dari apatemen brooke?” gerutu Galaxy. Dia tetap mengeluarkan keluhannya meski tahu bahwa saudaranya tidak akan menimpali.Galen keluar lebih dulu dari mobil dan tanpa menunggu adiknya, dia langsung menuju ke kamar dan hanya menyapa sekilas ibu dan adik perempuannya. Mereka berdua hanya menatap heran karena jarang melihat
Galaxy memeriksa sumber suara dari arah belakang mobilnya. Dia melihat seorang sedang bersembunyi, sepertinya untuk menghindari seseorang. Pemuda itu memperhatikan sekeliling untuk mencari siapa yang mengejar wanita tersebut.Usai memastikan tidak ada orang, Galaxy segera membuka dan menyuruh wanita itu masuk. Pemuda itu belum mengetahui wajah si wanita tapi tetap menolongnya. Dia pun melihat sekeliling sebelum masuk ke tempat pengemudi.“Kamu mau turun di mana?” tanya Galaxy sambil memperhatikan spion tengah mobilnya.Wanita itu masih menunduk dan lalu menoleh ke belakang. Memastikan bahwa tidak ada yang mengikuti mobil pria yang menolongnya. Dia lalu menoleh ke arah pengemudi dan karena mobil itu berhenti di perempatan lampu merah sehingga lampu jalan menyorot lebih terang tempat pengemudi.“Galaxy?” tanya suara wanita itu tidak percaya. Sungguh sial sekali nasibnya sekarang bertemu dengan pemuda itu dalam kondisi yang tidak meng
“Ya, terserah akulah! Kamu siapa, larang-larang aku,” protes Galaxy sehingga membuat Avery diam.Bebarengan dengan pintu lift yang terbuka, Galaxy segera meninggalkan wanita itu di sana terdiam. Dia harus segera mengikuti rapat para sales di ruang rapat 2. Tidak enak jika dia harus terlambat karena dalam list kertas kerjanya harus ditanda tangani orang yang memimpin rapat. Terlebih dia juga harus membuat rangkuman dari rapat tersebut.Pemuda itu dipersilakan masuk dan tidak lupa dia meminta maaf karena sedikit terlambat. Galaxy duduk di tempat yang ditunjuk lalu mulai menyimak apa yang diperlukan saat rapat. Dia mencocokkan catatannya dengan notulen dari divisi sekretaris untuk memastikan yang dia catat sesuai.Usai rapat selesai, dia kembali ke ruangan yang khusus untuknya di lantai atas. Akan tetapi, memang nasib apes menyukai hari ini karena dia dipertemukan dengan Avery saat dia berada di pantry untuk mengambil minum.“Gal, maafin sa
“Kondisi istri Tuan sempat mengalami pendarahan setelah bayi dikeluarkan tadi. Saat ini, tim sedang telah berhasil menghentikan pendarahan tapi masa kritis belum bisa terlewati hingga 1x24 jam,” jelas dokter lebih detail.Seketika tubuh James merosot jatuh menyentuh lantai. Lionel yang di sampingnya tidak sempat menolong. Pria itu dan dokter membantu Jeff untuk berdiri dan didudukkan di kursi ruang tunggu operasi. Lionel meminta dokter untuk memberikan perawatan terbaik untuk Leia.Sementara Jeff masih tidak bisa menerima kenyataan karena kesehatan istrinya tersebut. Ada rasa penyesalan yang hadir di benaknya saat ini karena sebelumnya sudah dikatakan akan ada resiko jika Leia tetap memaksa untuk mengandung anak kedua ini. Namun, Leia terlanjur mencintai buah hati mereka sehingga mempertahankan hingga saat ini.Elise yang tadi masih mengurus administrasi mendekat ke arah Jeff untuk bertanya bagaimana kondisi sepupunya itu tapi Lionel menggeleng. Dia
“Ada apa, Mil?” tanya Galen panik karena Milly menyeretnya keluar saat guru belum datang.Melihat Galen dengan Milly sangat terburu-buru, Galaxy dan kedua temannya ikut menyusul mereka. Ketiga orang tersebut ingin tahu apa yang sedang terjadi.“Heh. Inget kamu itu anak baru! Sadar diri dong kalo mau deketin Galen!” bentak seorang gadis dari tingkat yang sama tapi berbeda kelas. “Ngaca!”“Tapi-”Perkataan Brooke terpotong oleh gadis lain yang sekali lagi menggebrak dinding di sebelahnya. Gadis yang berdiri di depannya menunjukkan bukti saat dia turun dari motor Galen. Foto itu diambil ketika dia diantar oleh Galen setelah mereka terkunci di perpustakaan sekolah.Padahal saat itu sudah tengah malam dan masih bisa terlihat bahwa itu sosoknya dan Galen. Brooke sedikit gemetar saat tangannya mendadak ditarik oleh gadis kelas lain tersebut. Untung Milly itu tidak diikut-sertakan sehingga gadis itu sekarang
“Gak bakal. Lebih baik kamu obrolin deh sama Galen,” saran Perry menepuk bahu adik Galen.“Aku tau kita akan jarang berinteraksi setelah sibuk dengan urusan masing-masing tapi aku jadi rindu momen saat kita masih bersama-sama,” ucap Galaxy tersenyum tipis.Membayangkan saat kecil mereka selalu berdua ke mana-mana. Lihatlah sekarang dia yang sibuk dengan magangnya sementara Galen dengan urusan masalah cinta, mungkin. Tidak disangka mereka begitu cepat beranjak remaja dan sebentar lagi akan dewasa.“Sudah, gak perlu bersedih. Ayo kita pulang,” ajak Jayden yang memang tidak menyukai suasana yang mengharu biru atau tangisan.Galaxy dan Perry pun menyusul Jayden yang sudah berada di luar kelas. Mereka pun mengantarkan Galaxy yang memilih langsung pulang karena magangnya diundur hingga minggu depan. Meski ada Ryan di sana tapi pria itu menggantikan Jeff untuk memimpin perusahaan sementara sehingga tidak ada yang mengawasi pek
“Buat apa? Kerjaanmu juga gak ada hubungan dengan dia,” protes Ryan yang merasa aneh. Jadi, dia tidak ingin salah langkah. “Kutanyakan dulu sama dia.”Avery mengangguk dan keluar dari ruangan Ryan, merasa lega setelah menyampaikan apa yang mengganjal di hatinya. Meski tidak langsung mendapat yang diinginkan tapi setidaknya dia berusaha. Wanita itu malu jika harus langsung minta kepada yang bersangkutan.Sementara Ryan langsung mengirim pesan kepada pemuda yang sedang dibicarakan. Karena tidak mendapat balasan, pria itu pun meninggalkan ponselnya dan kembali fokus ke pekerjaannya.**Joanna dan Lily pulang terlambat dari rumah sakit sehingga yang ada di meja makan hanyalah si kembar. Tanpa banyak bicara mereka makan malam bersama. Sebenarnya, Galaxy ingin bertanya mengenai Brooke tapi takut sang kakak tidak ingin ditanya-tanya.“Len, gimana kondisi Brooke? Baik?” tanya Galaxy setelah menyesap gelas terakhirnya.
“Duh, malu-maluin gak ya,” gerutu Avery yang telah mengirim pesan kepada Galaxy.Setelah kejujuran pemuda itu, dia bermaksud untuk memaafkan karena saat Galaxy menggodanya tidak terlalu merugikan. Toh, pesan yang diberikan sangat berbeda dengan kepribadian pemuda yang dia kenal itu.Avery hanya ingin memberikan jawaban sebelum Galaxy mengakhiri masa magangnya. Ya, sebelum pemuda itu meninggalkan perusahaan dan rasa sesal di hatinya berkurang.Mendadak gawainya bergetar karena mendapat balasan dari Galaxy. Pemuda tampan itu hanya membalas singkat dan mengucapkan selamat malam. Dia memutuskan untuk tidak membalas karena pesan itu dia anggap sebagai ucapan penutup hari itu.“Mungkin gini ya perasaan orang yang diberi ucapan oleh gadis pujaan,” celoteh Galaxy selesai dia mengirim pesan.****Lima bulan kemudian, si kembar telah selesai melewati ujian dan hasilnya akan keluar hari ini. Saat ini mereka sedang berada di sekolah. Bersama Jayden dan Perry menunggu hasil ujian keluar.Mereka be
“Oke, deal!” angguk Galaxy setuju.Bekerja di cafe sambil kuliah bisa membuatnya cepat belajar karena dia langsung menerapkan apa yang dia dapat. Dengan dasar yang dia miliki, pastinya pemuda itu bisa. Kedua saudara kembar itu berpelukan setelah berjabat tangan.Mereka pun keluar dan menuju mobil untuk kembali ke mansion. Dengan kerja sama yang sudah terjalin, keduanya menjadi lebih bersemangat untuk bekerja sambil kuliah.Tiba di rumah, mereka langsung masuk kamar dan membersihkan debu dan kotoran yang menempel. Keduanya keluar dari kamar secara bersamaan lalu mengangguk sebelum turun karena mereka ingin bicara dengan Lionel.“Mom, daddy belum datang?” tanya Galen.“Daddy masih lembur, Sayang. Mungkin nanti pulang pukul 8,” balas Joanna yang jarang sekali menemukan putranya mencari sang ayah.“Oke, nanti kalo misalnya habis makan malam aku di atas. Tolong panggil aku dan Galaxy ya, Mom.” Galen
Yang ditanya hanya mengangkat bahunya. Galaxy tidak melanjutkan pembahasan yang sepertinya masih sensitif itu. Akibat mendapatkan pertanyaan dadakan seperti itu membuat Galen meninggalkan kamar adiknya.Dia masuk ke kamarnya dan menghela napas panjang lalu merebahkan dirinya di ranjang. Pemuda itu menatap langit-langit kamarnya, membayangkan ingatan terakhir saat bersama Brooke. Tatapan kesedihan yang terpancar di netra sang gadis. Semakin lama, mata Galen lelah hingga terpejam.Keesokan harinya , sepulang sekolah sesuai rencana. Si kembar berangkat tanpa kedua temannya yang biasa menemani. Masing-masing dari mereka memiliki keperluan sendiri.“Len, kayaknya kita kesasar deh. Di maps kita semakin jauh lho,” ucap Galaxy yang bertugas memperhatikan peta di ponselnya.Galen menepikan mobilnya lalu dia memperhatikan titik posisi mereka pada ponsel adiknya. Dari sekolah mereka ke kampus itu memakan hampir waktu 40 menit tapi belum juga sampai. Setelah berdebat sedikit dengan Galaxy, dia pu
Galaxy mengepalkan tangannya ke udara kosong sepeninggal Avery yang menerima telepon. Padahal pemuda itu telah mengumpulkan keberanian. Dia menghela napas panjang karena keberaniannya seperti sia-sia dan tidak tepat.Pintu terbuka dan wanita yang ditunggu masuk lalu Galaxy tanpa pikir panjang berdiri dengan tiba-tiba sehingga mengejutkan Avery.“Ada apa, Gal?” tanya Avery yang terhenti sesaat karena pemuda itu berdiri mendadak.“Uhm … aku ingin minta maaf,” ucap Galaxy yang akhirnya keluar. Raut kebingungan tergambang di wajah sang programmer membuat Galaxy gemas. “Jadi ….”Galaxy menjelaskan apa yang membuat dia minta maaf kepada gadis itu dan mengeluarkan pesan pada ponselnya sebagai bukti. Dengan penjelasan singkat dan bukti yang dia tunjukkan, Avery mencebik dan mengerutkan dahinya. Merasa kecewa dengan sikap pemuda itu.Avery beranjak dan duduk di kursinya. Wanita itu masih mencerna informasi yang mengejutkan. Untung kemarin dia tidak terlalu menanggapi pesan iseng itu. Jika dia
“Iya, ada tanggung jawab juga di sana,” balas Galaxy.Galen mengangguk dan berkata jika mereka berangkat terpisah. Pemuda itu sedang bosan memakai mobil sehingga besok dia akan naik motornya. Dia ingin pergi ke suatu tempat.Nyatanya, saat di sekolah dan ketika bel istirahat berbunyi, Galen tampak berjalan ke arah perpustakaan, dia pergi ke ruang khususnya. Pemuda itu memilih tiduran di sofa panjang untuk bermalas-malasan sebentar.Pikirannya menerawang membayangkan masa depan karena dia sedikit mengkhawatirkan apakah dia bisa mengelola perusahaan dengan baik seperti ayahnya. Mendadak bayangan Brooke hadir dalam pikirannya. Membuat Galen bangkit dari posisinya.“Ya ampun, pikiranku kenapa sih?” Galen menepuk dahinya agar bayangan gadis pujaan hilang. “Malah bayangin yang aneh-aneh.”Galen pun memilih untuk memejamkan mata dengan menyetel musik sedikit kertas. Masih ada waktu untuk beristirahat sebentar. Lima belas menit kemudian, Perry dan Jayden masuk untuk bertanya mengenai ketidakh
Dengan gerakan cepat Galen membuka laci meja belajarnya dan meletakkan amplop itu di sana. Dia belum siap membaca isi surat itu. Laci yang tertutup itu langsung dia kunci dan kuncinya dia simpan di rak tersembunyi.“Maaf ya, Brooke,” gumam Galen lirih.Pemuda itu lalu membuka kantong buku yang dia beli dan mengeluarkan buku tersebut. Namun, sebelum dia mempelajari buku itu, dia beranjak untuk mengganti seragamnya dengan kaos dan celana pendek agar lebih santai. Setelah itu dia kembali duduk di meja belajarnya dan mulai membuka buku tersebut.Sementara Galaxy masih rebahan dengan seragamnya. Kemarin pemuda itu sudah membeli nomor baru tapi dia masih ragu untuk memberikan nomor tersebut ke Ryan. Dia teringat ibunya pernah mengatakan jika apapun yang diawali dengan kebohongan, selanjutnya pasti tidak akan baik.“Sial!” umpat Galaxy bangkit dan duduk di sisi ranjangnya.Besok sepulang sekolah dia juga memulai aktivitasnya di kantor BioOne. Jadi, dia menyiapkan kebutuhan untuk dia gunakan
Dua minggu kemudian.“Galen, kamu kenapa lemes banget?” tanya Lionel menatap putra sulungnya saat turun dan duduk di meja makan.Galen hanya menggeleng tanpa menjawab pertanyaan sang ayah. Hari ini adalah hari pertama masuk untuk semester baru. Empat bulan lagi mereka akan melewati ujian kelulusan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi.Lionel tidak ingin kedua putranya hilang fokus dan tidak bisa mencapai nilai yang mereka harapkan. Tujuan kampus yang mereka tuju tidak main-main perkara nilai sehingga membuat sang ayah khawatir.Galaxy menyusul dari atas dengan sedikit berlari pagi itu. Dia dengan kebiasaan yang sama, bangun sedikit terlambat dibanding saudaranya.“Galen lagi galau, Dad. Ingin fokus belajar tapi pikirannya menerawang entah ke mana,” balas Galaxy asal membuat kening ayahnya berkerut.“Apa sih, Gal. Ngawur!” sanggah Galen menyangkal.Galaxy hanya memamerkan deretan giginya karena respon kakaknya. “Kamu itu ditanya Daddy malah dicuekin lho. Potong uang bul
“Om, kenapa tidak bisa mengerti keinginan anak sendiri!” teriak Galen membela Brooke. Dia tahu gadis itu tidak ingin pergi dari Springham.“Kenapa? Dia anak saya, putri saya satu-satunya. Siapa kamu!” bentak ayah Brooke murka. “Brooke, apa benar kamu tidak ingin kembali bersama daddy?”Brooke menunduk, air matanya telah jatuh tak tertahankan karena dia tidak ingin mendengarkan pertengkaran. Dia meninggalkan sisi pemuda yang dia sukai karena percuma, dia tidak bisa meninggalkan sang ayah. Setidaknya untuk saat ini.Lebih baik berpisah sekarang dan dia akan menyusun masa depannya seperti yang ayahnya mau. Ya, gadis muda itu yakin jika bukan saatnya menjadi anak yang durhaka.Brooke kembali ke ruang tamu dengan membawa dua buah koper yang berisi dengan pakaiannya selama ini. Tangannya digandeng oleh ayahnya tapi ditepis karena dia ingin meminta maaf kepada si kembar atas kebaikan mereka selama ini.“Kamu yakin
“Galen kenapa sih, main jatuhin ponsel orang,” gerutu Galaxy kesal menatap ponselnya yang di lantai.Galaxy mengambil ponselnya yang terjatuh dan penasaran apa yang membuat saudaranya panik. Lekas dia nyalakan ponsel tersebut. Matanya membelalak menatap pesan panjang dari Brooke yang berpamitan.Pemuda yang baru saja selesai dari kamar mandi langsung mengganti kaosnya dan menyusul saudaranya yang masih ada di parkiran mobil.“Kamu mau apa, Len?” tanya Galaxy menghalangi sebelum saudaranya berbuat macam-macam.“Aku harus menemui Brooke sebelum dia pergi, Gal. Aku merasa hanya ini kesempatanku menemuinya. Bisa jadi kita gak akan ketemu dia lagi setelah ini,” ucap Galen lemah.“Oke, aku yang menyetir karena aku gak ingin kamu kenapa-kenapa. Sekarang lebih baik kamu cuci muka dan ganti baju dulu,” saran Galaxy yang melihat saudaranya masih berantakan.Galen pun harus didorong adiknya untuk mencapai