“Hah. Brooke maksudmu?” timpal Galaxy bingung.
“Iya, siapa lagi.” Galen duduk di ranjang Galaxy.
Galaxy semakin mengerutkan dahinya karena dia tidak tahu mau ke arah mana pembicaraan saudaranya itu. Pemuda itu penasaran sebenarnya apa yang membuat Galen membicarakan anak baru.
“Kamu suka sama dia?” tembak Galaxy mencoba mencari tahu.
“Dih, gak ya!” sanggah Galen keras.
“Terus apa yang mau kamu bahas, Len?” tanya Galaxy mencoba mengerti.
Galen menjelaskan mengenai kejadian sebelum pulang tadi saat bersama dengan Brooke. Namun, ada sebagian yang tidak dia ceritakan kepada Galaxy karena dia tidak ingin diledek oleh saudaranya. Dia hanya meminta pendapat adiknya mengenai tempat tinggal anak baru itu.
Galaxy diam sebentar lalu memberikan opininya karena dia merasa sedikit aneh dengan sikap kakaknya yang kepo. Jarang sekali dirinya melihat Galen tertarik dengan seorang manusia apal
“Iyalah, masa bohongan sih, Gal,” sanggah Lionel tertawa. Aneh sekali putranya itu.“Tapi besar banget, Dad. Ya gak, Len,” ucap Galaxy meminta dukungan Galen yang sedari tadi hanya tertawa.Galaxy melirik tajam pada saudaranya. Tidak membantu malah ikut merecokinya. Kadang dia heran kalau Galen berubah 180 derajat ketika berada di lingkungan sekolah, begitu dingin dan jarang tersenyum kecuali saat bersama sepertemanan mereka.“Ya, ya, maaf. Aku merasa lucu aja kamu itu, beneran gak tau seberapa besar perusahaan milik kakek,” ucap Galen.“Makanya ini mau belajar,” gerutu Galaxy lucu yang membuat kedua pria lainnya menertawakannya.Pemuda itu langsung cemberut dan memerah wajahnya karena merasa malu. Namun, kakak dan ayahnya masih tetap menggodanya. Padahal dia sudah menunjukkan ketertarikan untuk belajar masalah perusahaan. Apakah dia tertarik di bidang bisnis atau di balik layar seperti sang ayah saat menjadi programmer untuk perusahaan game yang dibuatnya.Mereka bertiga turun dan la
“Gak papa, Dad, cuma …,” ucap Galaxy sengaja memutus kalimatnya.“Kenapa?” tanya Lionel cemas.“Kelaparan, Dad. Udah waktunya makan lho,” ringis Galaxy.Lionel menyentil kening putra keduanya itu dengan keras sehingga terdengar protes dari mulut Galaxy. Pria beruban itu melirik ke arah penunjuk waktu yang melingkar di tangan kirinya. Dia mendengkus lalu membubarkan acara berkeliling tersebut dan mengajak si kembar untuk makan di kantin gudang tersebut.Galen semakin bangga terhadap ayahnya karena terlihat Lionel sangat memberikan jaminan kerja dan pangan bagi para pegawainya. Seharusnya dengan sikap seperti itu, tidak mungkin akan ada masalah internal. Begitu pikiran polos seorang Galen. Dia belum tahu perjualan Lionel dalam memperjuangkan pertumbuhan perusahaan dan tuntutan dari para pekerja.Dalam waktu 10 tahun memang tidak langsung instan perkembangan pesat yang saat ini didapatkan. Mereka menikmati ma
“Siapa maksud kamu?” tanya Ryan kepada wanita yang memakai blazer cerah.“Itu, bocah di belakangmu, Ry,” balas Avery menunjuk pemuda di belakang Ryan.Membuat Ryan menoleh kepada si kembar tapi respon dari Galen yang hanya mengangkat bahu membuatnya mengalihkan tatapannya ke Galaxy. Dia menaikkan sedikit alisnya untuk bertanya apakah memang ada interaksi di antara mereka berdua.“Aku hanya tidak sengaja menabrak wanita itu dan itu yang membuatku telat.” Galaxy menoleh ke arah Galen karena telah mengomelinya tadi. Dia sengaja seperti itu agar ke depan saudaranya tidak bersikap seperti itu lagi.“Oh, apa mereka yang kamu maksud untuk membantu tim programmer?” tanya Avery menatap Ryan dengan tatapan yang sinis.Ya, dia dari bulan kemarin sudah meminta tambahan programmer kepada Ryan tapi belum disetujui. Dari 15 orang programmer itu masing-masing sudah tergabung dalam kelompok kecil tiap ada proyek permainan baru.Ryan langsung menarik lengan Avery untuk diam. Rupanya wanita itu belum t
Usai mengirim pesan tersebut, Galaxy memilih tidur karena dia tidak sabar untuk masuk sekolah besok. Dia sepakat dengan Galen untuk tidak membalas pesan teman-temannya. Jadi, pemuda itu harus menahan ketawanya untuk melihat reaksi teman-temannya.Sementara di tempat lain, seorang wanita menatap pesan yang baru masuk di ponselnya. Wanita itu membelalak dengan pesan yang sungguh menggelikan. Avery memilih untuk mengabaikan pesan itu dan melanjutkan aktivitasnya.Hari ini terasa sangat melelahkan baginya, terlebih setelah bertemu dengan pemuda jahil tidak jelas bernama Galaxy. Entah kenapa, Avery masih teringat pada sosok pemuda itu saking menyebalkannya sikap pemuda tersebut.“Semoga pemuda itu tidak akan datang ke perusahaan lagi,” gumam Avery pelan.Wanita itu menyesap anggurnya saat dia berendam dalam bathtubnya. Tubuhnya butuh peregangan otot dan sendi-sendi karena terlalu banyak duduk seharian ini. Namun, dia bersyukur hidupnya mengalami peningkatan sejak bekerja di BioOne Tech.Se
“Ada apa?” tanya Galen tanpa melihat ke arah temannya itu.“Aku baru kali ini mendapat tugas berkelompok untuk dua orang. Menurutmu, kita akan membahas tentang apa?” tanya Brooke mengenai tugas mereka.Galen memandang gadis itu dengan tatapan aneh dan heran. Tatapan itu membuat si gadis salah tingkah sehingga memalingkan tatapannya ke arah lain. Detak jantung Brooke menjadi lebih kencang meski dia sudah membuang muka. Tidak ada yang berbeda sebenarnya dari tatapan Galen, tetap ramah dan datar.Tanpa menjawab pertanyaan Brooke, pemuda itu berdiri dan berjalan menuju pintu. Namun, sebelum keluar, dia menoleh.“Tugas itu masih dua minggu, Brooke. Jadi, jika kamu sudah ada ide besok atau hari Senin saja dibahas,” ucap Galen sebelum meninggalkan gadis itu sendirian.Sepeninggal Galen, kaki Brooke menjadi lemas sehingga dia kembali terduduk. Gadis itu mulai mengatur napasnya kembali agar jantungnya kembali berdetak sec
“Duh, ganteng banget sih,” puji Brooke menatap fokus layar ponselnya yang menampakkan foto Galen dari samping.Ya, gadis itu diam-diam memotret si pria yang tampak melamun sehingga tidak tahu jika gambar dirinya diabadikan. Sepertinya janji yang terucap dari mulutnya saat diingatkan oleh Milly hanya berupa kata-kata. Nyatanya, perasaan suka milik Brooke semakin bertambah. Namun, dia sadar bahwa dia tidak mungkin membuat masalah lagi di sekolah barunya.Paling tidak dia tidak ingin ayahnya mengganggu hidupnya lagi di saat dia telah menemukan tempat yang tepat. Teman dan lingkungan sekolah yang bagus. Memang hubungan Brooke dengan ayahnya tidak sedekat itu sejak kematian sang ibu. Mungkin ayahnya ingin menikah lagi makanya dia mengusir Brooke dari kota asalnya.Jika mengingat hal itu membuat Brooke sedih karena penolakan dari sang ayah yang terang-terangan. Gadis itu menggulir layar ke samping dan memperlihatkan gambar di mana sebuah keluarga bahagia.
“Gal, aku bisa ngomong berdua sama kamu?” tanya Brooke menghampiri meja tempat duduk Galaxy saat istirahat siang itu.Galaxy melepas earphone-nya karena dia tidak mendengar apa perkataan gadis itu. Beruntung tidak banyak orang yang tinggal di kelas sehingga Brooke memberanikan diri untuk menghampirinya. Pemuda itu berdiri untuk mengikuti langkah teman sekelasnya.Mereka keluar kelas dan Brooke melangkah menuju ke perpustakaan. Dia memilih duduk di bangku yang terletak di luar perpustakaan tapi memang di sana jarang siswa yang lewat. Melihat pemuda itu tidak duduk di sebelahnya, dia menepuk agar pembicaraannya lebih aman.“Kenapa sih?” tanya Galaxy yang terpaksa duduk.“Boleh aku tanya-tanya tentang Galen?” Brooke mengajukan pertanyaan itu tanpa sedikitpun melihat ke arah Galaxy.“Kamu suka sama saudaraku?” tebak Galaxy langsung.Melihat rona wajah Brooke yang merona membuat Galaxy tersenyum tap
“Ya udah, tunggu di sini,” ucap Galaxy meninggalkan Avery berdiri di tempatnya.Pemuda itu menghampiri mejanya dan meminta kunci mobilnya pada Galen karena dia harus mengganti blazer milik Avery. Setelah menjelaskan kepada ketiga temannya, dia pun pamit pergi dari cafe tersebut. Tentunya dengan menyeret Avery yang mengikuti langkah Galaxy dengan keadaan bingung.Begitu Galaxy membuka pintu mobil untuk Avery, kali ini gadis itu tidak menurut. Dia curiga dengan niat pria itu karena sama sekali tidak menjelaskan mereka akan ke mana.“Apa sih! Gak, aku gak akan ikut kamu,” protes Avery ketus.“Gimana sih? Katanya minta ganti blazer? Ayo,” tawar Galaxy. “Kalo menolak, gak akan ada lagi kesempatan untuk mengganti blazermu lagi.”Avery terdiam dan memikirkan tawaran dari Galaxy. Dia masih ada rapat setelah makan siang hingga sore. Juga tidak mungkin wanita itu akan melepas blazernya karena dia menggunakan bl
“Duh, malu-maluin gak ya,” gerutu Avery yang telah mengirim pesan kepada Galaxy.Setelah kejujuran pemuda itu, dia bermaksud untuk memaafkan karena saat Galaxy menggodanya tidak terlalu merugikan. Toh, pesan yang diberikan sangat berbeda dengan kepribadian pemuda yang dia kenal itu.Avery hanya ingin memberikan jawaban sebelum Galaxy mengakhiri masa magangnya. Ya, sebelum pemuda itu meninggalkan perusahaan dan rasa sesal di hatinya berkurang.Mendadak gawainya bergetar karena mendapat balasan dari Galaxy. Pemuda tampan itu hanya membalas singkat dan mengucapkan selamat malam. Dia memutuskan untuk tidak membalas karena pesan itu dia anggap sebagai ucapan penutup hari itu.“Mungkin gini ya perasaan orang yang diberi ucapan oleh gadis pujaan,” celoteh Galaxy selesai dia mengirim pesan.****Lima bulan kemudian, si kembar telah selesai melewati ujian dan hasilnya akan keluar hari ini. Saat ini mereka sedang berada di sekolah. Bersama Jayden dan Perry menunggu hasil ujian keluar.Mereka be
“Oke, deal!” angguk Galaxy setuju.Bekerja di cafe sambil kuliah bisa membuatnya cepat belajar karena dia langsung menerapkan apa yang dia dapat. Dengan dasar yang dia miliki, pastinya pemuda itu bisa. Kedua saudara kembar itu berpelukan setelah berjabat tangan.Mereka pun keluar dan menuju mobil untuk kembali ke mansion. Dengan kerja sama yang sudah terjalin, keduanya menjadi lebih bersemangat untuk bekerja sambil kuliah.Tiba di rumah, mereka langsung masuk kamar dan membersihkan debu dan kotoran yang menempel. Keduanya keluar dari kamar secara bersamaan lalu mengangguk sebelum turun karena mereka ingin bicara dengan Lionel.“Mom, daddy belum datang?” tanya Galen.“Daddy masih lembur, Sayang. Mungkin nanti pulang pukul 8,” balas Joanna yang jarang sekali menemukan putranya mencari sang ayah.“Oke, nanti kalo misalnya habis makan malam aku di atas. Tolong panggil aku dan Galaxy ya, Mom.” Galen
Yang ditanya hanya mengangkat bahunya. Galaxy tidak melanjutkan pembahasan yang sepertinya masih sensitif itu. Akibat mendapatkan pertanyaan dadakan seperti itu membuat Galen meninggalkan kamar adiknya.Dia masuk ke kamarnya dan menghela napas panjang lalu merebahkan dirinya di ranjang. Pemuda itu menatap langit-langit kamarnya, membayangkan ingatan terakhir saat bersama Brooke. Tatapan kesedihan yang terpancar di netra sang gadis. Semakin lama, mata Galen lelah hingga terpejam.Keesokan harinya , sepulang sekolah sesuai rencana. Si kembar berangkat tanpa kedua temannya yang biasa menemani. Masing-masing dari mereka memiliki keperluan sendiri.“Len, kayaknya kita kesasar deh. Di maps kita semakin jauh lho,” ucap Galaxy yang bertugas memperhatikan peta di ponselnya.Galen menepikan mobilnya lalu dia memperhatikan titik posisi mereka pada ponsel adiknya. Dari sekolah mereka ke kampus itu memakan hampir waktu 40 menit tapi belum juga sampai. Setelah berdebat sedikit dengan Galaxy, dia pu
Galaxy mengepalkan tangannya ke udara kosong sepeninggal Avery yang menerima telepon. Padahal pemuda itu telah mengumpulkan keberanian. Dia menghela napas panjang karena keberaniannya seperti sia-sia dan tidak tepat.Pintu terbuka dan wanita yang ditunggu masuk lalu Galaxy tanpa pikir panjang berdiri dengan tiba-tiba sehingga mengejutkan Avery.“Ada apa, Gal?” tanya Avery yang terhenti sesaat karena pemuda itu berdiri mendadak.“Uhm … aku ingin minta maaf,” ucap Galaxy yang akhirnya keluar. Raut kebingungan tergambang di wajah sang programmer membuat Galaxy gemas. “Jadi ….”Galaxy menjelaskan apa yang membuat dia minta maaf kepada gadis itu dan mengeluarkan pesan pada ponselnya sebagai bukti. Dengan penjelasan singkat dan bukti yang dia tunjukkan, Avery mencebik dan mengerutkan dahinya. Merasa kecewa dengan sikap pemuda itu.Avery beranjak dan duduk di kursinya. Wanita itu masih mencerna informasi yang mengejutkan. Untung kemarin dia tidak terlalu menanggapi pesan iseng itu. Jika dia
“Iya, ada tanggung jawab juga di sana,” balas Galaxy.Galen mengangguk dan berkata jika mereka berangkat terpisah. Pemuda itu sedang bosan memakai mobil sehingga besok dia akan naik motornya. Dia ingin pergi ke suatu tempat.Nyatanya, saat di sekolah dan ketika bel istirahat berbunyi, Galen tampak berjalan ke arah perpustakaan, dia pergi ke ruang khususnya. Pemuda itu memilih tiduran di sofa panjang untuk bermalas-malasan sebentar.Pikirannya menerawang membayangkan masa depan karena dia sedikit mengkhawatirkan apakah dia bisa mengelola perusahaan dengan baik seperti ayahnya. Mendadak bayangan Brooke hadir dalam pikirannya. Membuat Galen bangkit dari posisinya.“Ya ampun, pikiranku kenapa sih?” Galen menepuk dahinya agar bayangan gadis pujaan hilang. “Malah bayangin yang aneh-aneh.”Galen pun memilih untuk memejamkan mata dengan menyetel musik sedikit kertas. Masih ada waktu untuk beristirahat sebentar. Lima belas menit kemudian, Perry dan Jayden masuk untuk bertanya mengenai ketidakh
Dengan gerakan cepat Galen membuka laci meja belajarnya dan meletakkan amplop itu di sana. Dia belum siap membaca isi surat itu. Laci yang tertutup itu langsung dia kunci dan kuncinya dia simpan di rak tersembunyi.“Maaf ya, Brooke,” gumam Galen lirih.Pemuda itu lalu membuka kantong buku yang dia beli dan mengeluarkan buku tersebut. Namun, sebelum dia mempelajari buku itu, dia beranjak untuk mengganti seragamnya dengan kaos dan celana pendek agar lebih santai. Setelah itu dia kembali duduk di meja belajarnya dan mulai membuka buku tersebut.Sementara Galaxy masih rebahan dengan seragamnya. Kemarin pemuda itu sudah membeli nomor baru tapi dia masih ragu untuk memberikan nomor tersebut ke Ryan. Dia teringat ibunya pernah mengatakan jika apapun yang diawali dengan kebohongan, selanjutnya pasti tidak akan baik.“Sial!” umpat Galaxy bangkit dan duduk di sisi ranjangnya.Besok sepulang sekolah dia juga memulai aktivitasnya di kantor BioOne. Jadi, dia menyiapkan kebutuhan untuk dia gunakan
Dua minggu kemudian.“Galen, kamu kenapa lemes banget?” tanya Lionel menatap putra sulungnya saat turun dan duduk di meja makan.Galen hanya menggeleng tanpa menjawab pertanyaan sang ayah. Hari ini adalah hari pertama masuk untuk semester baru. Empat bulan lagi mereka akan melewati ujian kelulusan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi.Lionel tidak ingin kedua putranya hilang fokus dan tidak bisa mencapai nilai yang mereka harapkan. Tujuan kampus yang mereka tuju tidak main-main perkara nilai sehingga membuat sang ayah khawatir.Galaxy menyusul dari atas dengan sedikit berlari pagi itu. Dia dengan kebiasaan yang sama, bangun sedikit terlambat dibanding saudaranya.“Galen lagi galau, Dad. Ingin fokus belajar tapi pikirannya menerawang entah ke mana,” balas Galaxy asal membuat kening ayahnya berkerut.“Apa sih, Gal. Ngawur!” sanggah Galen menyangkal.Galaxy hanya memamerkan deretan giginya karena respon kakaknya. “Kamu itu ditanya Daddy malah dicuekin lho. Potong uang bul
“Om, kenapa tidak bisa mengerti keinginan anak sendiri!” teriak Galen membela Brooke. Dia tahu gadis itu tidak ingin pergi dari Springham.“Kenapa? Dia anak saya, putri saya satu-satunya. Siapa kamu!” bentak ayah Brooke murka. “Brooke, apa benar kamu tidak ingin kembali bersama daddy?”Brooke menunduk, air matanya telah jatuh tak tertahankan karena dia tidak ingin mendengarkan pertengkaran. Dia meninggalkan sisi pemuda yang dia sukai karena percuma, dia tidak bisa meninggalkan sang ayah. Setidaknya untuk saat ini.Lebih baik berpisah sekarang dan dia akan menyusun masa depannya seperti yang ayahnya mau. Ya, gadis muda itu yakin jika bukan saatnya menjadi anak yang durhaka.Brooke kembali ke ruang tamu dengan membawa dua buah koper yang berisi dengan pakaiannya selama ini. Tangannya digandeng oleh ayahnya tapi ditepis karena dia ingin meminta maaf kepada si kembar atas kebaikan mereka selama ini.“Kamu yakin
“Galen kenapa sih, main jatuhin ponsel orang,” gerutu Galaxy kesal menatap ponselnya yang di lantai.Galaxy mengambil ponselnya yang terjatuh dan penasaran apa yang membuat saudaranya panik. Lekas dia nyalakan ponsel tersebut. Matanya membelalak menatap pesan panjang dari Brooke yang berpamitan.Pemuda yang baru saja selesai dari kamar mandi langsung mengganti kaosnya dan menyusul saudaranya yang masih ada di parkiran mobil.“Kamu mau apa, Len?” tanya Galaxy menghalangi sebelum saudaranya berbuat macam-macam.“Aku harus menemui Brooke sebelum dia pergi, Gal. Aku merasa hanya ini kesempatanku menemuinya. Bisa jadi kita gak akan ketemu dia lagi setelah ini,” ucap Galen lemah.“Oke, aku yang menyetir karena aku gak ingin kamu kenapa-kenapa. Sekarang lebih baik kamu cuci muka dan ganti baju dulu,” saran Galaxy yang melihat saudaranya masih berantakan.Galen pun harus didorong adiknya untuk mencapai