“Gak mungkin. Mommy bilang kalo daddy sudah meninggal,” gumam Galen lirih.
Saat Joanna selesai menghidangkan makan malam untuk mereka bertiga, kedua putranya diam dan tidak ada obrolan di antara mereka. Padahal biasanya mereka selalu bercanda dan itu aneh bagi ibunya. Namun, Joanna pikir akan bertanya setelah mereka makan malam agar bisa berdebat dalam keadaan tenang.
Berbagai macam pertanyaan mampir di otaknya membuat dia tidak siap dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh kedua putranya. Apalagi kemarin Galaxy sudah menyinggung masalah ayah mereka. Pastinya putra bungsunya sudah bercerita ke saudaranya karena mereka tidak pernah menyimpan rahasia satu sama lain.
“Mommy, ada yang ingin kita tanyain,” ucap Galen mencegah Joanna pergi dari meja makan usai mereka makan.
Joanna menjadi gugup karena jika Galen yang sudah seperti itu dia tidak akan bisa menghindar. Jangan-jangan Galaxy sudah bercerita tentang obrolan mereka semalam.
Di
“Memang kenapa?” tanya Lionel penasaran. Apakah sang putra tidak tahu bahwa mereka memiliki ayah? Galaxy menggelengkan kepalanya. “Aku melihat om mirip sekali dengan kakakku, sangat mirip. Kalo aku, lebih mirip ibu,” ucap bocah itu polos. Lionel bertanya kepada Galaxy siapa nama saudaranya hanya untuk tetap bercakap-cakap dengan putranya. “Galen. Om ingin ketemu dengannya juga?” Lionel hanya mengangguk. Tak bisa menjawab pertanyaan yang keluar dari mulut si kembar. Jantungnya seakan diremas karena selama 7 tahun tidak pernah tahu keberadaan mereka. Entah, mendadak dia ingin mengambil peran sebagai ayah saat tahu dua orang putranya tidak memiliki sosok ayah saat bertumbuh. Apakah dia akan diterima dengan mudah oleh kedua putranya. Pikiran itu sering sekali memenuhi otaknya akhir-akhir ini. Informasi yang dia terima sungguh sangat mengejutkan dan mengacaukan beberapa aspek hidupnya. Namun, ketika melihat putranya, dia merasa siap untuk menebus kesalahan yang sudah dia lakukan. “La
“Ini tidak mungkin, Tuan,” tolak Joanna. Dia merasa ibunya tidak pernah memiliki hutang di mana pun.Ya, surat itu adalah surat hutang ibunya dengan menjaminkan surat rumah yang saat ini Joanna tempati. Namun, dia melihat secara jelas bahwa di sana terbubuh tanda tangan ibunya.“Kami tidak memalsukan, Nona, jika itu yang anda tuduhkan. Halaman berikutnya silakan dibaca mengenai sejak kapan tagihan tertunggak,” ucap pria yang sejak tadi memilih diam.“Tapi, ibuku tidak memberi informasi padaku. Satu lagi, ibuku meninggal setahun yang lalu,” terang Joanna.Kedua pria itu saling berpandangan lalu kembali menjelaskan kepada Joanna mengenai kontak yang diletakkan di sana. Namanya, tentu saja, dan nama seorang pria yang tidak asing.Joanna mengepalkan genggamannya setelah mengetahui nama pria itu. Sudah lama dia tidak mendengar nama itu. Nama yang sangat-sangat dibenci olehnya karena telah membuat kedua orang tuanya be
“Bisa diskip saja bagian itu? Itu hal pribadi yang tidak ingin kubagikan.” Joanna benar-benar tidak ingin mengingat luka itu lagi. Dia sudah mengubur perasaan bersama luka hatinya terhadap pria itu.“Tap-”“Kalo kamu tidak mau, ya sudah.” Joanna tidak ingin goyah terhadap rengekan Lionel. Lebih cepat dia menjelaskan maka semakin cepat dia pergi dari ruangan itu. “Ya mereka benar anak-anakmu. Jika kamu tidak yakin maka kamu sungguh keterlaluan.”Joanna melirik sinis kepada lelaki itu. Napasnya yang memburu karena dia mengungkapkan semua kekesalan pada pria itu. Wajahnya yang memerah padahal ruangan itu terasa dingin karena AC.“Satu lagi, jika kamu tidak yakin maka aku tidak akan pernah mengizinkanmu untuk bertemu mereka,” pesan Joanna.Wanita itu memilih untuk pergi dari ruang privat restoran tersebut karena dia sungguh tidak tahan berada di dalam satu ruangan dengan Lionel. Berbeda sikap
“Lio! Apa-apaan sih.” Joanna membentak Lionel di depan semuanya.“Nanti kita urus masalah kita. Sekarang kita fokuskan kepada Galaxy, ok?” Lionel berbisik di telinga Joanna untuk menenangkannya dan fokus terhadap masalah sekolah putra mereka.Joanna mengatur napasnya agar tidak terbawa emosi karena masalah ini. Nanti, dia akan meluapkan kemarahannya pada Lionel. Kepalanya bertambah pusing dengan masalah yang sudah ada dalam hidupnya.“Jadi, di sini saya ingin anak anda meminta maaf terlebih dulu kepada anak saya baru nanti anak saya akan meminta maaf kepada anak anda.” Lionel menekankan pengucapan kata maaf itu dengan berat. Agar kedua orang tua si anak laki-laki yang dipukul oleh Galaxy juga sadar bahwa anak mereka bersalah.Kedua orang tua itu hanya diam, hanya tangan ibunya yang mendorong anak itu untuk menuruti permintaan maaf yang dipinta.Lionel sungguh tidak sanggup melihat kedua orang tua itu yang benar-benar lepas tangan, tidak memberikan arahan lebih baik.“Kalian berdua, de
‘Oh, hariku apa bisa tidak lebih buruk, Tuhan? Menangani dua masalah cukup mengacaukan hariku. Sekarang tiga?!’ keluh Joanna dalam hati. Ingin rasanya mengumpat kepada siapapun.Pada Lionel. Pada dua orang petugas bank. Pada Galaxy atau bahkan Galen.“Argh!” teriak Joanna tiba-tiba. Mengejutkan kedua pria tampan di sisinya.Joanna segera menyuruh Galaxy masuk saat dia keluar untuk menemui kedua orang itu. Dia memilih untuk mengunci pintu dari luar agar ketiga laki-laki yang berada di sana tidak keluar dan mengetahui apa yang terjadi. Hari ini memang hari sialnya. Semoga kesialan seumur hidupnya terangkum untuk hari ini.Kedua pria itu mengikuti langkah Joanna yang mengajak mereka menjauhi rumah untuk memastikan agar percakapan mereka tidak terdengar.“Ada apa kalian ke sini lagi? Kalian berjanji dan aku masih ada waktu 3 minggu lagi,” ucap Joanna kesal.“Maaf. Kami membawa kabar buruk dan waktu anda hanya tinggal seminggu, karena pihak bank sudah menjadwalkan pelelangan rumah anda.” P
“Bantuanku?” Joanna sedikit heran dengan suara Lionel yang terdengar putus asa.“Apakah bisa ketemu atau aku ke rumahmu saja?” tanya Lionel terdengar senang.“Oke, datanglah,” respon Joanna.Tak berapa lama, Lionel tiba di rumah Joanna dan mengetuk pintu rumah wanita itu. Dia membuka dan mempersilakan tamunya masuk dan duduk di ruang tamu. Joanna berdiri untuk mengambilkan minuman untuk pria itu.Lionel yang sendirian di sana memilih berdiri melihat pigura yang berisi foto-foto perkembangan si kembar dari kecil hingga usia 4 tahun. Sepertinya nanti dia akan meminta foto-foto si kembar untuk lebih mengenal mereka.“Maaf, hanya ini yang bisa kuberikan,” ucap Joanna.“Terima kasih.” Lionel meminumnya hingga habis untuk menghilangkan kegugupan. “Apakah kamu mau menikah denganku?”Gelas yang dipegang Joanna terlepas dan membentur lantai sehingga kaca itu terpecah berai menjadi serpihan. Mereka berdua terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Lionel sehingga pria itu mengoreksi kata-katanya k
“Daddy dan Mommy akan menikah?” desak Galaxy dengan binar bahagia yang terlihat.“Kalian duduk dan dengarkan mommy,” ucap Joanna memijat kepalanya yang pening.Dia pergi ke dapur untuk minum obat dan membuat pusingnya hilang. Belum selesai urusan dengan ayahnya sekarang dengan anaknya.‘Kapan selesainya? Apakah nanti akan seperti ini juga ketika aku telah menikah dan tinggal bersama?’ rutuknya dalam hati.Joanna kembali dan melihat si kembar sudah anteng dengan duduknya. Sepertinya Lionel sudah menjelaskan. Namun, tatapan pria itu tampak meminta bantuannya.“Jadi, daddy dan mommy memutuskan untuk menikah karena daddy-”“Mencintai Mommy,” sela Lionel. Tidak mungkin dia akan membiarkan Joanna mengatakan sejujurnya tentang hubungan mereka yang baru saja mereka bicarakan.Galen dan Galaxy menatap wajah Joanna yang menganga mendengar jawaban Lionel. Pria itu benar-benar ingin dibe
“Siapa dia?” tanya Lionel dengan ketus setelah Joanna kembali dengan makanan mereka.“Dia temanku saat kuliah, Josh.” Joanna menjelaskan dan akan menggigit burgernya.“Aku tidak bertanya namanya,” protes Lionel.Joanna memilih tidak menanggapi lagi pria yang sudah menjadi suaminya. Cemburu atau tidak itu urusannya. Dia tidak bisa apa-apa, lebih baik makan untuk mengisi perutnya. Baru setengah hari saja sudah membuat tekanan darahnya naik.Lionel menatap wanita yang tengah lahap menyantap makan siangnya. Mereka batal makan di jalan karena pria itu mendapat pesan dari pengacaranya jika masih ada urusan yang mundur satu jam. Waktu yang cukup untuk berhenti sejenak dan menikmati makan siangnya.Mereka menikmati dalam keheningan bukan karena sibuk dengan pikiran, tetapi sibuk mengisi perut. Lionel hanya mengikuti apa keinginan Joanna. Dia pun melahap makan siangnya setelah memperhatikan Joanna yang sangat menikmati.“Jadi, kamu kapan pindah ke rumahku?” tanya Lionel karena dia akan memberi