“Daddy, ini bukan rumah tapi istana. Besar sekali rumah daddy,” teriak Galaxy kagum. Si sulung hanya tersenyum melihat reaksi adiknya yang terkadang berlebihan. Namun, dia mengakui dalam hatinya jika dia ikut senang dengan kepindahan ini.Lionel pun memarkirkan mobilnya di depan pintu rumah dan membiarkan si kembar keluar dan berlarian masuk ke rumah.“Kalian berdua, pelan-pelan!” teriak Joanna yang tak mampu menghalangi kesenangan si kembar.Kepala pelayan menghampiri Lionel dan memperkenalkan diri kepada Joanna, istri dari majikannya.“Nyonya, perkenalkan, saya Ben, kepala pelayan di sini. Saya terbiasa untuk melayani kebutuhan rumah dan dapur. Apabila ada yang ingin ditambahkan bisa melalui saya.” Ben menjelaskan sedikit tentang dapur majikannya.“Terima kasih, Ben. Untuk urusan dapur aku tidak akan terlalu ikut campur, asalkan hati-hati dengan strawberry,” ucap Joanna melirik Lionel.Ben pu
“Oh, c’mon!” Rahang Lionel menegang sehingga dia memukul meja untuk menunjukkan kekesalan kepada istrinya sementara Joanna hanya terkikik karena sukses membuat pria itu kesal.Joanna masih tertawa setelah mereka sudah berada dalam perjalanan ke rumah lamanya. Dia mendengar Lionel mengomel sepanjang jalan karena pria itu masih kesal dengan perlakuannya pagi ini. Meski Joanna sudah meminta maaf, tetap saja pria jangkung itu tidak terima. Apalagi wanita itu tidak ingin berangkat bersama ke kantor karena tidak ingin terlihat bersama.Ibu si kembar langsung turun setelah tiba di rumahnya. Joanna langsung naik mobilnya dan mengendarai ke kantor. Wanita itu melajukan kendaraannya dengan kecepatan seperti biasa dan Lionel mengikutinya dari belakang. Tampaknya pria tampan itu tidak ingin melepaskan Joanna semudah itu.“Anna!” teriak Elise dari tempat parkir sehingga menggagalkan Lionel yang ingin mendekati wanita itu.“Hey, Elis
“Lio!” seru Joanna membuka pintu ruangan Lionel dengan kasar. Teriakan itu membuat Lionel bangkit dari duduknya dan menghampiri Joanna.Wajah cantik itu terlihat panik, “Ada apa, Jo?” Pria itu mencoba untuk tidak ikut panik agar istrinya sedikit tenang.“Ini.” Joanna menyerahkan ponselnya.Lionel memperhatikan gambar yang tampak di layar Joanna, “Ya, gambar Galaxy dan Galen. Kenapa?”“Oh, maaf.” Joanna mengambil ponsel itu dan mengutak-atik sebentar lalu menyerahkan kembali pada Lionel.“Nomor asing itu, siapa yang mengambil foto anak kita?” tanya Joanna.Pria itu menatap Joanna dengan sedikit rasa tidak percaya karena seharusnya ada yang menelepon pria itu jika terjadi sesuatu. Lionel menekan nomor asing itu pada ponselnya untuk memeriksa nomor milik siapa itu. Muncul nama Edie di sana, sopir yang ditugasi untuk menjaga si kembar. Sepertinya dia lupa untuk memberitahu i
“Galen,” teriak Joanna terkejut karena panggilan itu terputus.Joanna segera mencari kontak Edie dan memanggilnya. Kebiasaan Galen tidak ingin merepotkan orang lain. Bocah kecil itu masih belum terbiasa dengan lingkungan baru. Tidak seperti Galaxy yang lebih mudah beradaptasi dengan orang sektiarnya.Joanna:Edie, apa yang terjadi dengan Galen? Dan kenapa tiba-tiba panggilan terputus?Edie:Tadi, tuan muda terjatuh karena tidak memperhatikan jalannya. Ben memutus panggilan tersebut karena disuruh tuan muda.Joanna:Terima kasih. Saya minta tolong untuk mengantarkan Galen membeli kebutuhan sekolah di toko buku agar dia memilih sendiri. Uangnya nanti saya transfer.Edie:Oh, untuk urusan uang nanti saya minta Ben saja tidak ada masalah, Nyonya.Joanna meletakkan kembali ponselnya di dasbor mobil lalu dia memutuskan untuk kembali ke kantornya dengan membawa sisa es krimnya. Begitu tiba di kantor, wanita itu langsung menuju pantry untuk menyimpan sisa esnya di kulkas. Tidak lupa, dia memb
“Cepet!” tuntut Lionel meminta jawaban.“Aku hanya ke cafe sebentar di sekitar kantor lalu langsung pulang. Kamu kenapa sih?” tanya Joanna kesal.Wanita itu menghentakkan kakinya lalu masuk ke kamarnya sendiri. Namun, Lionel yang belum puas dengan jawaban yang diberikan turut mengikuti sampai masuk kamar. Istrinya tidak ada di sana dan pintu kamar penghubung juga sudah tertutup.Lionel mengetuk pintu itu terus menerus sehingga Joanna yang baru selesai mandi tidak tahan dengan kelakuan suaminya. Pintu itu akhirnya terbuka, tetapi mata Lionel jadi membola karena melihat bahu mulus milik istrinya. Pria itu menelan ludah dan matanya sama sekali tidak berkedip.Joanna sadar dengan tatapan pria itu. Saking kesal dengan kelakuan pria itu, dia lupa masih menggunakan handuk sebagai penutup tubuhnya. Secara refleks, tangannya menutup pintu itu dan membuat Lionel berkedip lalu memegang jantungnya yang berdegup kencang.“Ada apa,
“Lio, yang bener aja sih kamu!” Joanna kembali memprotes tingkah laku pria itu yang merasa semakin seenaknya.“Lho, ini kamarku jadi ya terserah aku lah mau ngapain,” balas Lionel tak mau kalah.Joanna kembali menghentakkan kakinya lalu buru-buru pergi keluar dengan wajahnya yang tertekuk karena mendengar balasan Lionel. Pria itu sungguh tidak peka terhadap apa yang menjadi awal kemarahannya. Semakin lama seenaknya sendiri. Jika dia tahu bahwa satu pintu keluar masuk dengan Lionel membuatnya tidak nyaman maka dia akan menolaknya.Namun, jika mereka keluar dari kamar yang berbeda apa kata si kembar nanti. Si kembar akan kepikiran dan mencurigai hal tersebut. Ah, masalah akan bertambah nantinya. Lebih baik sekarang dengan masalah yang ada di depannya.Wanita itu berjalan ke arah kamar si kembar di lantai atas dan dia membuka masing-masing pintu untuk melihat kesiapan kedua putranya.“Galaxy, tugas sekolahmu apa sudah sel
“Lio, aku ingin bicara denganmu,” ucap Joanna membuka pintu ruangan Lionel tanpa mengetuk.Di sana masih ada Jeff, keduanya menoleh melihat Joanna. Untuk menutupi kepanikannya, Lionel langsung mengedipkan mata kepada asistennya itu agar pria itu keluar dari ruangannya. Kode tersebut ditangkap oleh Jeff yang langsung berpamitan undur diri.Sementara Lionel pindah duduk di sofa karena sepertinya pembicaraan ini bukan masalah pekerjaan. Hanya firasat Lionel saja.Sepeninggal Jeff, wanita itu belum mengatakan apa-apa lagi, tetapi Lionel bersabar. Joanna yang masih gugup, takut jika suaminya tidak memberikan bantuan. Jari jemarinya saling terkait meremas ujung blazernya.“Ada apa, Jo?” tanya Lionel. “Jika tidak ada yang dibicarakan bisa kita kembali bekerja?”“Tunggu, aku hanya ingin meminta tolong tapi jangan tanya alasannya. Bisa kamu potong dari gajiku karena aku ingin pinjam uang sebesar 25.000$,” ucap
“Kenapa harus begitu? Saya butuh sekretaris untuk mencatat semua pertemuan yang dibicarakan,” ucap Lionel tegas.Manajer hotel itu terlihat bingung dan panik karena Lionel tidak ingin masuk jika tanpa Jeff. “Baik, silakan anda masuk dan menunggu di dalam kamar.”Kedua pria itu saling memandang dan seakan memiliki telepati, mereka sepakat untuk tidak memakan atau meminum yang nanti disediakan. Mereka masuk ke kamar dan sedikit heran karena kamar itu nyatanya kosong. Tidak ada orang atas nama klien mereka.“Jeff, kamu sudah benar memeriksa latar belakang klien?” tanya Lionel kesal.“Sudah, Tuan. Mereka dari Hero Corp. Kabarnya mereka mengirim perwakilan, tetapi itu yang belum saya dapatkan informasinya,” jelas Jeff.Lionel tampak berpikir, “Baiklah, kita tunggu sekitar 5 menit. Jika mereka tidak datang, kita pergi saja dan batalkan semua kerja sama dengan mereka.”Sepuluh menit kemudi
“Duh, malu-maluin gak ya,” gerutu Avery yang telah mengirim pesan kepada Galaxy.Setelah kejujuran pemuda itu, dia bermaksud untuk memaafkan karena saat Galaxy menggodanya tidak terlalu merugikan. Toh, pesan yang diberikan sangat berbeda dengan kepribadian pemuda yang dia kenal itu.Avery hanya ingin memberikan jawaban sebelum Galaxy mengakhiri masa magangnya. Ya, sebelum pemuda itu meninggalkan perusahaan dan rasa sesal di hatinya berkurang.Mendadak gawainya bergetar karena mendapat balasan dari Galaxy. Pemuda tampan itu hanya membalas singkat dan mengucapkan selamat malam. Dia memutuskan untuk tidak membalas karena pesan itu dia anggap sebagai ucapan penutup hari itu.“Mungkin gini ya perasaan orang yang diberi ucapan oleh gadis pujaan,” celoteh Galaxy selesai dia mengirim pesan.****Lima bulan kemudian, si kembar telah selesai melewati ujian dan hasilnya akan keluar hari ini. Saat ini mereka sedang berada di sekolah. Bersama Jayden dan Perry menunggu hasil ujian keluar.Mereka be
“Oke, deal!” angguk Galaxy setuju.Bekerja di cafe sambil kuliah bisa membuatnya cepat belajar karena dia langsung menerapkan apa yang dia dapat. Dengan dasar yang dia miliki, pastinya pemuda itu bisa. Kedua saudara kembar itu berpelukan setelah berjabat tangan.Mereka pun keluar dan menuju mobil untuk kembali ke mansion. Dengan kerja sama yang sudah terjalin, keduanya menjadi lebih bersemangat untuk bekerja sambil kuliah.Tiba di rumah, mereka langsung masuk kamar dan membersihkan debu dan kotoran yang menempel. Keduanya keluar dari kamar secara bersamaan lalu mengangguk sebelum turun karena mereka ingin bicara dengan Lionel.“Mom, daddy belum datang?” tanya Galen.“Daddy masih lembur, Sayang. Mungkin nanti pulang pukul 8,” balas Joanna yang jarang sekali menemukan putranya mencari sang ayah.“Oke, nanti kalo misalnya habis makan malam aku di atas. Tolong panggil aku dan Galaxy ya, Mom.” Galen
Yang ditanya hanya mengangkat bahunya. Galaxy tidak melanjutkan pembahasan yang sepertinya masih sensitif itu. Akibat mendapatkan pertanyaan dadakan seperti itu membuat Galen meninggalkan kamar adiknya.Dia masuk ke kamarnya dan menghela napas panjang lalu merebahkan dirinya di ranjang. Pemuda itu menatap langit-langit kamarnya, membayangkan ingatan terakhir saat bersama Brooke. Tatapan kesedihan yang terpancar di netra sang gadis. Semakin lama, mata Galen lelah hingga terpejam.Keesokan harinya , sepulang sekolah sesuai rencana. Si kembar berangkat tanpa kedua temannya yang biasa menemani. Masing-masing dari mereka memiliki keperluan sendiri.“Len, kayaknya kita kesasar deh. Di maps kita semakin jauh lho,” ucap Galaxy yang bertugas memperhatikan peta di ponselnya.Galen menepikan mobilnya lalu dia memperhatikan titik posisi mereka pada ponsel adiknya. Dari sekolah mereka ke kampus itu memakan hampir waktu 40 menit tapi belum juga sampai. Setelah berdebat sedikit dengan Galaxy, dia pu
Galaxy mengepalkan tangannya ke udara kosong sepeninggal Avery yang menerima telepon. Padahal pemuda itu telah mengumpulkan keberanian. Dia menghela napas panjang karena keberaniannya seperti sia-sia dan tidak tepat.Pintu terbuka dan wanita yang ditunggu masuk lalu Galaxy tanpa pikir panjang berdiri dengan tiba-tiba sehingga mengejutkan Avery.“Ada apa, Gal?” tanya Avery yang terhenti sesaat karena pemuda itu berdiri mendadak.“Uhm … aku ingin minta maaf,” ucap Galaxy yang akhirnya keluar. Raut kebingungan tergambang di wajah sang programmer membuat Galaxy gemas. “Jadi ….”Galaxy menjelaskan apa yang membuat dia minta maaf kepada gadis itu dan mengeluarkan pesan pada ponselnya sebagai bukti. Dengan penjelasan singkat dan bukti yang dia tunjukkan, Avery mencebik dan mengerutkan dahinya. Merasa kecewa dengan sikap pemuda itu.Avery beranjak dan duduk di kursinya. Wanita itu masih mencerna informasi yang mengejutkan. Untung kemarin dia tidak terlalu menanggapi pesan iseng itu. Jika dia
“Iya, ada tanggung jawab juga di sana,” balas Galaxy.Galen mengangguk dan berkata jika mereka berangkat terpisah. Pemuda itu sedang bosan memakai mobil sehingga besok dia akan naik motornya. Dia ingin pergi ke suatu tempat.Nyatanya, saat di sekolah dan ketika bel istirahat berbunyi, Galen tampak berjalan ke arah perpustakaan, dia pergi ke ruang khususnya. Pemuda itu memilih tiduran di sofa panjang untuk bermalas-malasan sebentar.Pikirannya menerawang membayangkan masa depan karena dia sedikit mengkhawatirkan apakah dia bisa mengelola perusahaan dengan baik seperti ayahnya. Mendadak bayangan Brooke hadir dalam pikirannya. Membuat Galen bangkit dari posisinya.“Ya ampun, pikiranku kenapa sih?” Galen menepuk dahinya agar bayangan gadis pujaan hilang. “Malah bayangin yang aneh-aneh.”Galen pun memilih untuk memejamkan mata dengan menyetel musik sedikit kertas. Masih ada waktu untuk beristirahat sebentar. Lima belas menit kemudian, Perry dan Jayden masuk untuk bertanya mengenai ketidakh
Dengan gerakan cepat Galen membuka laci meja belajarnya dan meletakkan amplop itu di sana. Dia belum siap membaca isi surat itu. Laci yang tertutup itu langsung dia kunci dan kuncinya dia simpan di rak tersembunyi.“Maaf ya, Brooke,” gumam Galen lirih.Pemuda itu lalu membuka kantong buku yang dia beli dan mengeluarkan buku tersebut. Namun, sebelum dia mempelajari buku itu, dia beranjak untuk mengganti seragamnya dengan kaos dan celana pendek agar lebih santai. Setelah itu dia kembali duduk di meja belajarnya dan mulai membuka buku tersebut.Sementara Galaxy masih rebahan dengan seragamnya. Kemarin pemuda itu sudah membeli nomor baru tapi dia masih ragu untuk memberikan nomor tersebut ke Ryan. Dia teringat ibunya pernah mengatakan jika apapun yang diawali dengan kebohongan, selanjutnya pasti tidak akan baik.“Sial!” umpat Galaxy bangkit dan duduk di sisi ranjangnya.Besok sepulang sekolah dia juga memulai aktivitasnya di kantor BioOne. Jadi, dia menyiapkan kebutuhan untuk dia gunakan
Dua minggu kemudian.“Galen, kamu kenapa lemes banget?” tanya Lionel menatap putra sulungnya saat turun dan duduk di meja makan.Galen hanya menggeleng tanpa menjawab pertanyaan sang ayah. Hari ini adalah hari pertama masuk untuk semester baru. Empat bulan lagi mereka akan melewati ujian kelulusan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi.Lionel tidak ingin kedua putranya hilang fokus dan tidak bisa mencapai nilai yang mereka harapkan. Tujuan kampus yang mereka tuju tidak main-main perkara nilai sehingga membuat sang ayah khawatir.Galaxy menyusul dari atas dengan sedikit berlari pagi itu. Dia dengan kebiasaan yang sama, bangun sedikit terlambat dibanding saudaranya.“Galen lagi galau, Dad. Ingin fokus belajar tapi pikirannya menerawang entah ke mana,” balas Galaxy asal membuat kening ayahnya berkerut.“Apa sih, Gal. Ngawur!” sanggah Galen menyangkal.Galaxy hanya memamerkan deretan giginya karena respon kakaknya. “Kamu itu ditanya Daddy malah dicuekin lho. Potong uang bul
“Om, kenapa tidak bisa mengerti keinginan anak sendiri!” teriak Galen membela Brooke. Dia tahu gadis itu tidak ingin pergi dari Springham.“Kenapa? Dia anak saya, putri saya satu-satunya. Siapa kamu!” bentak ayah Brooke murka. “Brooke, apa benar kamu tidak ingin kembali bersama daddy?”Brooke menunduk, air matanya telah jatuh tak tertahankan karena dia tidak ingin mendengarkan pertengkaran. Dia meninggalkan sisi pemuda yang dia sukai karena percuma, dia tidak bisa meninggalkan sang ayah. Setidaknya untuk saat ini.Lebih baik berpisah sekarang dan dia akan menyusun masa depannya seperti yang ayahnya mau. Ya, gadis muda itu yakin jika bukan saatnya menjadi anak yang durhaka.Brooke kembali ke ruang tamu dengan membawa dua buah koper yang berisi dengan pakaiannya selama ini. Tangannya digandeng oleh ayahnya tapi ditepis karena dia ingin meminta maaf kepada si kembar atas kebaikan mereka selama ini.“Kamu yakin
“Galen kenapa sih, main jatuhin ponsel orang,” gerutu Galaxy kesal menatap ponselnya yang di lantai.Galaxy mengambil ponselnya yang terjatuh dan penasaran apa yang membuat saudaranya panik. Lekas dia nyalakan ponsel tersebut. Matanya membelalak menatap pesan panjang dari Brooke yang berpamitan.Pemuda yang baru saja selesai dari kamar mandi langsung mengganti kaosnya dan menyusul saudaranya yang masih ada di parkiran mobil.“Kamu mau apa, Len?” tanya Galaxy menghalangi sebelum saudaranya berbuat macam-macam.“Aku harus menemui Brooke sebelum dia pergi, Gal. Aku merasa hanya ini kesempatanku menemuinya. Bisa jadi kita gak akan ketemu dia lagi setelah ini,” ucap Galen lemah.“Oke, aku yang menyetir karena aku gak ingin kamu kenapa-kenapa. Sekarang lebih baik kamu cuci muka dan ganti baju dulu,” saran Galaxy yang melihat saudaranya masih berantakan.Galen pun harus didorong adiknya untuk mencapai