“Ini tidak mungkin, Tuan,” tolak Joanna. Dia merasa ibunya tidak pernah memiliki hutang di mana pun.
Ya, surat itu adalah surat hutang ibunya dengan menjaminkan surat rumah yang saat ini Joanna tempati. Namun, dia melihat secara jelas bahwa di sana terbubuh tanda tangan ibunya.
“Kami tidak memalsukan, Nona, jika itu yang anda tuduhkan. Halaman berikutnya silakan dibaca mengenai sejak kapan tagihan tertunggak,” ucap pria yang sejak tadi memilih diam.
“Tapi, ibuku tidak memberi informasi padaku. Satu lagi, ibuku meninggal setahun yang lalu,” terang Joanna.
Kedua pria itu saling berpandangan lalu kembali menjelaskan kepada Joanna mengenai kontak yang diletakkan di sana. Namanya, tentu saja, dan nama seorang pria yang tidak asing.
Joanna mengepalkan genggamannya setelah mengetahui nama pria itu. Sudah lama dia tidak mendengar nama itu. Nama yang sangat-sangat dibenci olehnya karena telah membuat kedua orang tuanya be
“Bisa diskip saja bagian itu? Itu hal pribadi yang tidak ingin kubagikan.” Joanna benar-benar tidak ingin mengingat luka itu lagi. Dia sudah mengubur perasaan bersama luka hatinya terhadap pria itu.“Tap-”“Kalo kamu tidak mau, ya sudah.” Joanna tidak ingin goyah terhadap rengekan Lionel. Lebih cepat dia menjelaskan maka semakin cepat dia pergi dari ruangan itu. “Ya mereka benar anak-anakmu. Jika kamu tidak yakin maka kamu sungguh keterlaluan.”Joanna melirik sinis kepada lelaki itu. Napasnya yang memburu karena dia mengungkapkan semua kekesalan pada pria itu. Wajahnya yang memerah padahal ruangan itu terasa dingin karena AC.“Satu lagi, jika kamu tidak yakin maka aku tidak akan pernah mengizinkanmu untuk bertemu mereka,” pesan Joanna.Wanita itu memilih untuk pergi dari ruang privat restoran tersebut karena dia sungguh tidak tahan berada di dalam satu ruangan dengan Lionel. Berbeda sikap
“Lio! Apa-apaan sih.” Joanna membentak Lionel di depan semuanya.“Nanti kita urus masalah kita. Sekarang kita fokuskan kepada Galaxy, ok?” Lionel berbisik di telinga Joanna untuk menenangkannya dan fokus terhadap masalah sekolah putra mereka.Joanna mengatur napasnya agar tidak terbawa emosi karena masalah ini. Nanti, dia akan meluapkan kemarahannya pada Lionel. Kepalanya bertambah pusing dengan masalah yang sudah ada dalam hidupnya.“Jadi, di sini saya ingin anak anda meminta maaf terlebih dulu kepada anak saya baru nanti anak saya akan meminta maaf kepada anak anda.” Lionel menekankan pengucapan kata maaf itu dengan berat. Agar kedua orang tua si anak laki-laki yang dipukul oleh Galaxy juga sadar bahwa anak mereka bersalah.Kedua orang tua itu hanya diam, hanya tangan ibunya yang mendorong anak itu untuk menuruti permintaan maaf yang dipinta.Lionel sungguh tidak sanggup melihat kedua orang tua itu yang benar-benar lepas tangan, tidak memberikan arahan lebih baik.“Kalian berdua, de
‘Oh, hariku apa bisa tidak lebih buruk, Tuhan? Menangani dua masalah cukup mengacaukan hariku. Sekarang tiga?!’ keluh Joanna dalam hati. Ingin rasanya mengumpat kepada siapapun.Pada Lionel. Pada dua orang petugas bank. Pada Galaxy atau bahkan Galen.“Argh!” teriak Joanna tiba-tiba. Mengejutkan kedua pria tampan di sisinya.Joanna segera menyuruh Galaxy masuk saat dia keluar untuk menemui kedua orang itu. Dia memilih untuk mengunci pintu dari luar agar ketiga laki-laki yang berada di sana tidak keluar dan mengetahui apa yang terjadi. Hari ini memang hari sialnya. Semoga kesialan seumur hidupnya terangkum untuk hari ini.Kedua pria itu mengikuti langkah Joanna yang mengajak mereka menjauhi rumah untuk memastikan agar percakapan mereka tidak terdengar.“Ada apa kalian ke sini lagi? Kalian berjanji dan aku masih ada waktu 3 minggu lagi,” ucap Joanna kesal.“Maaf. Kami membawa kabar buruk dan waktu anda hanya tinggal seminggu, karena pihak bank sudah menjadwalkan pelelangan rumah anda.” P
“Bantuanku?” Joanna sedikit heran dengan suara Lionel yang terdengar putus asa.“Apakah bisa ketemu atau aku ke rumahmu saja?” tanya Lionel terdengar senang.“Oke, datanglah,” respon Joanna.Tak berapa lama, Lionel tiba di rumah Joanna dan mengetuk pintu rumah wanita itu. Dia membuka dan mempersilakan tamunya masuk dan duduk di ruang tamu. Joanna berdiri untuk mengambilkan minuman untuk pria itu.Lionel yang sendirian di sana memilih berdiri melihat pigura yang berisi foto-foto perkembangan si kembar dari kecil hingga usia 4 tahun. Sepertinya nanti dia akan meminta foto-foto si kembar untuk lebih mengenal mereka.“Maaf, hanya ini yang bisa kuberikan,” ucap Joanna.“Terima kasih.” Lionel meminumnya hingga habis untuk menghilangkan kegugupan. “Apakah kamu mau menikah denganku?”Gelas yang dipegang Joanna terlepas dan membentur lantai sehingga kaca itu terpecah berai menjadi serpihan. Mereka berdua terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Lionel sehingga pria itu mengoreksi kata-katanya k
“Daddy dan Mommy akan menikah?” desak Galaxy dengan binar bahagia yang terlihat.“Kalian duduk dan dengarkan mommy,” ucap Joanna memijat kepalanya yang pening.Dia pergi ke dapur untuk minum obat dan membuat pusingnya hilang. Belum selesai urusan dengan ayahnya sekarang dengan anaknya.‘Kapan selesainya? Apakah nanti akan seperti ini juga ketika aku telah menikah dan tinggal bersama?’ rutuknya dalam hati.Joanna kembali dan melihat si kembar sudah anteng dengan duduknya. Sepertinya Lionel sudah menjelaskan. Namun, tatapan pria itu tampak meminta bantuannya.“Jadi, daddy dan mommy memutuskan untuk menikah karena daddy-”“Mencintai Mommy,” sela Lionel. Tidak mungkin dia akan membiarkan Joanna mengatakan sejujurnya tentang hubungan mereka yang baru saja mereka bicarakan.Galen dan Galaxy menatap wajah Joanna yang menganga mendengar jawaban Lionel. Pria itu benar-benar ingin dibe
“Siapa dia?” tanya Lionel dengan ketus setelah Joanna kembali dengan makanan mereka.“Dia temanku saat kuliah, Josh.” Joanna menjelaskan dan akan menggigit burgernya.“Aku tidak bertanya namanya,” protes Lionel.Joanna memilih tidak menanggapi lagi pria yang sudah menjadi suaminya. Cemburu atau tidak itu urusannya. Dia tidak bisa apa-apa, lebih baik makan untuk mengisi perutnya. Baru setengah hari saja sudah membuat tekanan darahnya naik.Lionel menatap wanita yang tengah lahap menyantap makan siangnya. Mereka batal makan di jalan karena pria itu mendapat pesan dari pengacaranya jika masih ada urusan yang mundur satu jam. Waktu yang cukup untuk berhenti sejenak dan menikmati makan siangnya.Mereka menikmati dalam keheningan bukan karena sibuk dengan pikiran, tetapi sibuk mengisi perut. Lionel hanya mengikuti apa keinginan Joanna. Dia pun melahap makan siangnya setelah memperhatikan Joanna yang sangat menikmati.“Jadi, kamu kapan pindah ke rumahku?” tanya Lionel karena dia akan memberi
“Daddy, ini bukan rumah tapi istana. Besar sekali rumah daddy,” teriak Galaxy kagum. Si sulung hanya tersenyum melihat reaksi adiknya yang terkadang berlebihan. Namun, dia mengakui dalam hatinya jika dia ikut senang dengan kepindahan ini.Lionel pun memarkirkan mobilnya di depan pintu rumah dan membiarkan si kembar keluar dan berlarian masuk ke rumah.“Kalian berdua, pelan-pelan!” teriak Joanna yang tak mampu menghalangi kesenangan si kembar.Kepala pelayan menghampiri Lionel dan memperkenalkan diri kepada Joanna, istri dari majikannya.“Nyonya, perkenalkan, saya Ben, kepala pelayan di sini. Saya terbiasa untuk melayani kebutuhan rumah dan dapur. Apabila ada yang ingin ditambahkan bisa melalui saya.” Ben menjelaskan sedikit tentang dapur majikannya.“Terima kasih, Ben. Untuk urusan dapur aku tidak akan terlalu ikut campur, asalkan hati-hati dengan strawberry,” ucap Joanna melirik Lionel.Ben pu
“Oh, c’mon!” Rahang Lionel menegang sehingga dia memukul meja untuk menunjukkan kekesalan kepada istrinya sementara Joanna hanya terkikik karena sukses membuat pria itu kesal.Joanna masih tertawa setelah mereka sudah berada dalam perjalanan ke rumah lamanya. Dia mendengar Lionel mengomel sepanjang jalan karena pria itu masih kesal dengan perlakuannya pagi ini. Meski Joanna sudah meminta maaf, tetap saja pria jangkung itu tidak terima. Apalagi wanita itu tidak ingin berangkat bersama ke kantor karena tidak ingin terlihat bersama.Ibu si kembar langsung turun setelah tiba di rumahnya. Joanna langsung naik mobilnya dan mengendarai ke kantor. Wanita itu melajukan kendaraannya dengan kecepatan seperti biasa dan Lionel mengikutinya dari belakang. Tampaknya pria tampan itu tidak ingin melepaskan Joanna semudah itu.“Anna!” teriak Elise dari tempat parkir sehingga menggagalkan Lionel yang ingin mendekati wanita itu.“Hey, Elis
“Duh, malu-maluin gak ya,” gerutu Avery yang telah mengirim pesan kepada Galaxy.Setelah kejujuran pemuda itu, dia bermaksud untuk memaafkan karena saat Galaxy menggodanya tidak terlalu merugikan. Toh, pesan yang diberikan sangat berbeda dengan kepribadian pemuda yang dia kenal itu.Avery hanya ingin memberikan jawaban sebelum Galaxy mengakhiri masa magangnya. Ya, sebelum pemuda itu meninggalkan perusahaan dan rasa sesal di hatinya berkurang.Mendadak gawainya bergetar karena mendapat balasan dari Galaxy. Pemuda tampan itu hanya membalas singkat dan mengucapkan selamat malam. Dia memutuskan untuk tidak membalas karena pesan itu dia anggap sebagai ucapan penutup hari itu.“Mungkin gini ya perasaan orang yang diberi ucapan oleh gadis pujaan,” celoteh Galaxy selesai dia mengirim pesan.****Lima bulan kemudian, si kembar telah selesai melewati ujian dan hasilnya akan keluar hari ini. Saat ini mereka sedang berada di sekolah. Bersama Jayden dan Perry menunggu hasil ujian keluar.Mereka be
“Oke, deal!” angguk Galaxy setuju.Bekerja di cafe sambil kuliah bisa membuatnya cepat belajar karena dia langsung menerapkan apa yang dia dapat. Dengan dasar yang dia miliki, pastinya pemuda itu bisa. Kedua saudara kembar itu berpelukan setelah berjabat tangan.Mereka pun keluar dan menuju mobil untuk kembali ke mansion. Dengan kerja sama yang sudah terjalin, keduanya menjadi lebih bersemangat untuk bekerja sambil kuliah.Tiba di rumah, mereka langsung masuk kamar dan membersihkan debu dan kotoran yang menempel. Keduanya keluar dari kamar secara bersamaan lalu mengangguk sebelum turun karena mereka ingin bicara dengan Lionel.“Mom, daddy belum datang?” tanya Galen.“Daddy masih lembur, Sayang. Mungkin nanti pulang pukul 8,” balas Joanna yang jarang sekali menemukan putranya mencari sang ayah.“Oke, nanti kalo misalnya habis makan malam aku di atas. Tolong panggil aku dan Galaxy ya, Mom.” Galen
Yang ditanya hanya mengangkat bahunya. Galaxy tidak melanjutkan pembahasan yang sepertinya masih sensitif itu. Akibat mendapatkan pertanyaan dadakan seperti itu membuat Galen meninggalkan kamar adiknya.Dia masuk ke kamarnya dan menghela napas panjang lalu merebahkan dirinya di ranjang. Pemuda itu menatap langit-langit kamarnya, membayangkan ingatan terakhir saat bersama Brooke. Tatapan kesedihan yang terpancar di netra sang gadis. Semakin lama, mata Galen lelah hingga terpejam.Keesokan harinya , sepulang sekolah sesuai rencana. Si kembar berangkat tanpa kedua temannya yang biasa menemani. Masing-masing dari mereka memiliki keperluan sendiri.“Len, kayaknya kita kesasar deh. Di maps kita semakin jauh lho,” ucap Galaxy yang bertugas memperhatikan peta di ponselnya.Galen menepikan mobilnya lalu dia memperhatikan titik posisi mereka pada ponsel adiknya. Dari sekolah mereka ke kampus itu memakan hampir waktu 40 menit tapi belum juga sampai. Setelah berdebat sedikit dengan Galaxy, dia pu
Galaxy mengepalkan tangannya ke udara kosong sepeninggal Avery yang menerima telepon. Padahal pemuda itu telah mengumpulkan keberanian. Dia menghela napas panjang karena keberaniannya seperti sia-sia dan tidak tepat.Pintu terbuka dan wanita yang ditunggu masuk lalu Galaxy tanpa pikir panjang berdiri dengan tiba-tiba sehingga mengejutkan Avery.“Ada apa, Gal?” tanya Avery yang terhenti sesaat karena pemuda itu berdiri mendadak.“Uhm … aku ingin minta maaf,” ucap Galaxy yang akhirnya keluar. Raut kebingungan tergambang di wajah sang programmer membuat Galaxy gemas. “Jadi ….”Galaxy menjelaskan apa yang membuat dia minta maaf kepada gadis itu dan mengeluarkan pesan pada ponselnya sebagai bukti. Dengan penjelasan singkat dan bukti yang dia tunjukkan, Avery mencebik dan mengerutkan dahinya. Merasa kecewa dengan sikap pemuda itu.Avery beranjak dan duduk di kursinya. Wanita itu masih mencerna informasi yang mengejutkan. Untung kemarin dia tidak terlalu menanggapi pesan iseng itu. Jika dia
“Iya, ada tanggung jawab juga di sana,” balas Galaxy.Galen mengangguk dan berkata jika mereka berangkat terpisah. Pemuda itu sedang bosan memakai mobil sehingga besok dia akan naik motornya. Dia ingin pergi ke suatu tempat.Nyatanya, saat di sekolah dan ketika bel istirahat berbunyi, Galen tampak berjalan ke arah perpustakaan, dia pergi ke ruang khususnya. Pemuda itu memilih tiduran di sofa panjang untuk bermalas-malasan sebentar.Pikirannya menerawang membayangkan masa depan karena dia sedikit mengkhawatirkan apakah dia bisa mengelola perusahaan dengan baik seperti ayahnya. Mendadak bayangan Brooke hadir dalam pikirannya. Membuat Galen bangkit dari posisinya.“Ya ampun, pikiranku kenapa sih?” Galen menepuk dahinya agar bayangan gadis pujaan hilang. “Malah bayangin yang aneh-aneh.”Galen pun memilih untuk memejamkan mata dengan menyetel musik sedikit kertas. Masih ada waktu untuk beristirahat sebentar. Lima belas menit kemudian, Perry dan Jayden masuk untuk bertanya mengenai ketidakh
Dengan gerakan cepat Galen membuka laci meja belajarnya dan meletakkan amplop itu di sana. Dia belum siap membaca isi surat itu. Laci yang tertutup itu langsung dia kunci dan kuncinya dia simpan di rak tersembunyi.“Maaf ya, Brooke,” gumam Galen lirih.Pemuda itu lalu membuka kantong buku yang dia beli dan mengeluarkan buku tersebut. Namun, sebelum dia mempelajari buku itu, dia beranjak untuk mengganti seragamnya dengan kaos dan celana pendek agar lebih santai. Setelah itu dia kembali duduk di meja belajarnya dan mulai membuka buku tersebut.Sementara Galaxy masih rebahan dengan seragamnya. Kemarin pemuda itu sudah membeli nomor baru tapi dia masih ragu untuk memberikan nomor tersebut ke Ryan. Dia teringat ibunya pernah mengatakan jika apapun yang diawali dengan kebohongan, selanjutnya pasti tidak akan baik.“Sial!” umpat Galaxy bangkit dan duduk di sisi ranjangnya.Besok sepulang sekolah dia juga memulai aktivitasnya di kantor BioOne. Jadi, dia menyiapkan kebutuhan untuk dia gunakan
Dua minggu kemudian.“Galen, kamu kenapa lemes banget?” tanya Lionel menatap putra sulungnya saat turun dan duduk di meja makan.Galen hanya menggeleng tanpa menjawab pertanyaan sang ayah. Hari ini adalah hari pertama masuk untuk semester baru. Empat bulan lagi mereka akan melewati ujian kelulusan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi.Lionel tidak ingin kedua putranya hilang fokus dan tidak bisa mencapai nilai yang mereka harapkan. Tujuan kampus yang mereka tuju tidak main-main perkara nilai sehingga membuat sang ayah khawatir.Galaxy menyusul dari atas dengan sedikit berlari pagi itu. Dia dengan kebiasaan yang sama, bangun sedikit terlambat dibanding saudaranya.“Galen lagi galau, Dad. Ingin fokus belajar tapi pikirannya menerawang entah ke mana,” balas Galaxy asal membuat kening ayahnya berkerut.“Apa sih, Gal. Ngawur!” sanggah Galen menyangkal.Galaxy hanya memamerkan deretan giginya karena respon kakaknya. “Kamu itu ditanya Daddy malah dicuekin lho. Potong uang bul
“Om, kenapa tidak bisa mengerti keinginan anak sendiri!” teriak Galen membela Brooke. Dia tahu gadis itu tidak ingin pergi dari Springham.“Kenapa? Dia anak saya, putri saya satu-satunya. Siapa kamu!” bentak ayah Brooke murka. “Brooke, apa benar kamu tidak ingin kembali bersama daddy?”Brooke menunduk, air matanya telah jatuh tak tertahankan karena dia tidak ingin mendengarkan pertengkaran. Dia meninggalkan sisi pemuda yang dia sukai karena percuma, dia tidak bisa meninggalkan sang ayah. Setidaknya untuk saat ini.Lebih baik berpisah sekarang dan dia akan menyusun masa depannya seperti yang ayahnya mau. Ya, gadis muda itu yakin jika bukan saatnya menjadi anak yang durhaka.Brooke kembali ke ruang tamu dengan membawa dua buah koper yang berisi dengan pakaiannya selama ini. Tangannya digandeng oleh ayahnya tapi ditepis karena dia ingin meminta maaf kepada si kembar atas kebaikan mereka selama ini.“Kamu yakin
“Galen kenapa sih, main jatuhin ponsel orang,” gerutu Galaxy kesal menatap ponselnya yang di lantai.Galaxy mengambil ponselnya yang terjatuh dan penasaran apa yang membuat saudaranya panik. Lekas dia nyalakan ponsel tersebut. Matanya membelalak menatap pesan panjang dari Brooke yang berpamitan.Pemuda yang baru saja selesai dari kamar mandi langsung mengganti kaosnya dan menyusul saudaranya yang masih ada di parkiran mobil.“Kamu mau apa, Len?” tanya Galaxy menghalangi sebelum saudaranya berbuat macam-macam.“Aku harus menemui Brooke sebelum dia pergi, Gal. Aku merasa hanya ini kesempatanku menemuinya. Bisa jadi kita gak akan ketemu dia lagi setelah ini,” ucap Galen lemah.“Oke, aku yang menyetir karena aku gak ingin kamu kenapa-kenapa. Sekarang lebih baik kamu cuci muka dan ganti baju dulu,” saran Galaxy yang melihat saudaranya masih berantakan.Galen pun harus didorong adiknya untuk mencapai