LauraAnna bukanlah anakmu, dan dia tidak pernah menjadi anakmu.Kata-kata itu memang kasar dan menyakitkan seperti bilah tajam yang menusuk hati. Pernyataan itu tiada ampun, mematikan, dan jahat, bahan tidak manusiawi untuk mengatakan hal itu pada seorang ayah, tapi itu diperlukan. Setelah semua hal yang kulakukan untuk memenangkan hatinya di masa lalu dan semua kerja keras yang aku berikan untuk hubungan itu untuk membuat rumah yang sehat dan penuh kasih sayang untuk anak kami di masa depan, Jason dengan mudah menghancurkannya karena perasaan konyolnya dan karena keegoisan dan kesombongannya.Dia telah menghancurkan semuanya tanpa berpikir dua kali. Dia telah mengakhiri semuanya dan membuatku menderita. Dia telah membuat aku dan Anna menderita ketika kami melalui berbagai macam kesulitan tiada henti. Semua yang kami alami adalah kesalahannya. Aku harus membalikkan badan dan melakukan yang terbaik untuk anakku di dunia yang berbahaya ini. Aku harus membesarkan anakku sendirian dan m
LauraJason masih berlutut di hadapanku di lantai, menatapku sambil menangis seperti orang yang kehilangan martabatnya. Setelah aku berbicara, dia bangkit dan mengelap wajahnya, mencoba menenangkan dirinya sendiri.“Yah, benar, ini sudah larut,” katanya, menghela nafas. “Kamu bisa menggunakan kamar mandinya kalau kamu mau.” Aku mengangguk, bangkit dan beranjak ke kamar mandi. Setelah aku mandi, aku menyadari bahwa Jason menyiapkan baju ganti untukku, itu adalah bajunya karena aku tidak membawa baju ganti, jadi dia menyiapkan blus dan baju dalam yang sepertinya belum pernah dia pakai. Aku menghela nafas dan mengenakan blus yang terlihat seperti gaun padaku karena ukurannya terlalu besar. Mantan suamiku tinggi dan berotot sementara aku kecil dan kurus, jadi memakai salah satu blus nya sudah seperti aku memakai gaun.Dia menungguku di lorong ketika aku keluar dari kamar mandi. “Selain kamarnya Anna, tempat ini hanya memiliki satu ruangan lainnya. Aku akan tidur di lantai dan kamu bisa t
Laura“Laura… Apa yang kamu lakukan?” Jason tergagap melalui mulutnya, mencoba berpegangan pada sisa kesadarannya. “Ini berbahaya, kamu bisa menyesalinya besok.” Tangannya menyentuh pundakku dengan berhati-hati, siap untuk menjauh dariku jika diperlukan atau menarikku lebih dekat, wajah kami hanya berjarak beberapa sentimeter dari satu sama lain, nafas kami menyatu di momen yang panas itu.“Shh… Aku tidak mau memikirkan hari esok, aku hanya memerlukan… Aku memerlukannya,” kataku, benakku kabur oleh perasaanku. Ditambah, aku meletakkan tanganku pada dadanya, menarik kain bajunya dengan pelan seolah aku memohon padanya. Mata kami terpaku pada satu sama lain, cokelat dan hitam, membaca pikiran satu sama lain.Apakah di antara semua perasaan yang bertolak belakang dan hasrat yang memekakkan telinga, ada cinta di sana? Apakah kami melakukan ini atas nama cinta? Jason terengah-engah berat sebelum mencium bibirku lagi dalam ciuman yang berbeda dari ciuman sebelumnya yang tidak menarik. Dia
”Tidak, tidak apa-apa. Hanya saja sudah lama sekali sejak aku…sejak aku melakukannya dengan seseorang, badanku hanya perlu terbiasa,” jelasku sebisa mungkin supaya aku tidak mempermalukan diriku sendiri.“Memangnya sudah berapa lama sejak terakhir kali kamu melakukannya?” tanyanya, masih merasa khawatir dan mungkin sedikit penasaran.“Lima tahun, mungkin?” jawabku. Pasti pipiku sudah memerah.“Wah! Kamu pasti sangat mencintaiku, ya,” komentarnya sambil tertawa dengan konyol.“Sayang sekali aku mencintaimu, ‘kan?” kataku, mematahkan senyumannya dan dia menangguk, menelan ludah.“Apakah kita kembali menjadi sebuah pasangan? Karena kita mencintai satu sama lain, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak kembali menjadi pasangan,” tawarnya dan aku berakhir tertawa.“Diamlah, Jason. Apakah kamu menawarkan hal itu pada setiap wanita yang tidur denganmu?” tanyaku, mengusap rambutnya.“Hanya pada satu orang,” jawabnya, menciumku lagi.“Hanya pada satu orang? Siapakah gerangan orang itu se
FiaItu pagi sekali ketika aku terbangun dan beranjak untuk menggunakan kamar mandi, tapi aku berakhir frustrasi karena ternyata tidak ada air hangat di kamar mandi untuk aku pakai mandi, jadi aku akhirnya tidak melakukan apa-apa.Aku kembali ke kamar dan duduk di kasur, menggoyang-goyangkan pundak suamiku untuk membangunkannya. “Sayang. Tama, bangun!”“Hmm. Ada apa?” jawabnya, masih mengantuk dan memeluk guling.“Tidak ada air hangat di sini. Kenapa kamu memesan kamar hotel yang seperti ini? Astaga, Tama. Aku bahkan tidak bisa mencuci wajahku,” komplainku padanya.“Sayang, kamu tahu kita berakhir terjebak di Depok karena ini hari Natal dan semua hotel dan penginapan sudah penuh. Bukan salahku jika kita harus mencari jalan lain, kalau tidak, kita harus tidur di luar di mobil kita di cuaca yang dingin ini,” jelasnya, menyelimutinya diri sendiri.Kemarin, kami meninggalkan Jakarta Selatan dan pergi ke Bogor untuk membantu Laura mencari anaknya, tapi Laura berakhir tidak mengabari ka
LauraJason memesan sarapan untuk kami dan dia sedang makan dan berbicara dengan Anna seolah mereka sudah mengenal satu sama lain sejak dulu sekali. Luar biasa sekali bagaimana mereka bisa begitu akrab.“Iya, Fia. Anna ternyata sedang bersama dengan Jason,” kataku, menjelaskan pada temanku di telepon sambil memperhatikan Anna dan Jason yang sedang berbincang. Karena cuacanya buruk semalam, jalanan banjir sehingga aku belum bisa pergi ke mana-mana.“Astaga! Jadi Jason mengetahui bahwa Anna adalah anaknya?” tanyanya, tersedak.“Iya, dia mengetahuinya dan aku tidak bisa mengelaknya,” kataku, lalu menghela nafas.“Yah, sebenarnya, tidak penting bagaimana dia bisa mengetahui kebenarannya. Anna mungkin adalah keturunannya, tapi dia bukan ayahnya yang sebenarnya karena bukan dia yang membesarkan dan merawat anak itu. Lagi pula, apa yang dia inginkan? Dia jelas-jelas mau merebut anak itu darimu, pria kurang ajar itu,” katanya mencoba memperingatiku.“Sebenarnya, dia hanya memintaku untuk
Laura“Kamu cemburu?” tanyaku sementara kami masih menatap satu sama lain dalam-dalam, begitu dekat dengan satu sama lain.“Tentu saja,” jawabnya singkat dan aku tidak bisa menahan senyumanku.“Itu tidak pernah terjadi sebelumnya,” kataku padanya. Jason tidak pernah cemburu padaku sebelumnya, ketika kami menikah, dia bahkan tidak tertarik padaku dan sekarang dia begitu dekat denganku sampai dia merasa cemburu.“Banyak hal telah berubah, Laura. Aku tidak mau kehilanganmu lagi untuk apa pun di dunia ini,” katanya padaku. Dia begitu dekat sampai jika aku berjinjit sedikit, bibir kami akan bertemu.“Kehilanganku lagi? Kata siapa kamu sudah memilikiku?” tanyaku dengan senyuman jahil di wajahku.Dia menghela nafas, terlihat kebingungan. “Apa maksudmu? Setelah semalam…” Dia terbata-bata.“Itu hanya satu malam, Santoso. Jangan berpikir macam-macam,” kataku, melihat lidahnya sedikit terbuka karena terkejut.“Bagaimana kamu bisa mengatakan hal itu?”“Itulah kenyataannya, kita tidak akan
Laura“Apa? A…apa yang kamu bicarakan?” Aku terbata-bata, merasa tenggorokanku kering karena aku merasa dituduh oleh tatapan mengamati Richard dan Fia, seolah mereka bisa membaca isi pikiranku untuk mengetahui kebenarannya.“Astaga, ada apa dengan keributan ini? Bahkan Anna bisa merasa ada sesuatu yang terjadi,” kata Tama, menghampiri kami, membiarkan Anna menonton televisi di ruang tengah.“Kami hanya sedang menyelesaikan masalh penting,” kata Richard pada Tama, masih menatapku untuk mendapatkan jawaban.“Aku tahu. Aku mendengarmu mengumpat dan menghina temanku Jason. Ah, dasar memalukan,” kata Tama membela Jason, mendekat pada istrinya dan menarik hidungnya pelan sebagai gestur kasih sayang, tapi Fia menghindar darinya sambil cemberut.“Di sini tidak ada yang menyukai temanmu itu, tahu,” katanya pada Tama dengan nada menuduh.“Benar,” timpal Richard. “Dia benar-benar menyebalkan. Dia seharusnya tahu bahwa tidak ada lagi ruang untuknya di kehidupan Laura dan dia harus menjauh dar
LauraAku baru saja berbicara dengan Suzy. Aku masih memegangi ponselku dan senyuman konyol tersungging di wajahku. Aku sangat bahagia semua hal berakhir dengan baik dan Suzy telah terbangun hingga aku mau tidak mau tersenyum. Hari itu terasa seperti wahana halilintar bagiku, dengan begitu banyak ketegangan dan aksi yang terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Segala halnya sangat sulit untuk ditangani, tapi setidaknya semuanya berakhir dengan baik. Setidaknya, aku berharap semuanya berakhir dengan baik.“Jadi, mengenai wanita yang meneror putrimu …,” kata Detektif Gunadi, yang memimpin penggerebekan markas Lukman, seraya dia menghampiri mobil ambulans tempat Clara dan aku sedang menerima perawatan. Pria itu masih tertutupi oleh debu dari puing-puing bunker akibat ledakan salah satu dindingnya, tapi dia tidak terlihat terluka atau terguncang. Lagi pula, itu adalah pekerjaannya dan dia baru saja mencapai kesuksesan yang luar biasa hari ini karena Lukman dan bawahannya telah menyulitk
SuzyAnehnya, Tama terus menemaniku lebih lama dari yang kukira. Dia terus memberitahuku berita-berita baru, hal-hal yang telah terjadi ketika aku tidak sadarkan diri. Baru beberapa jam berlalu sejak aku kehilangan kesadaranku, tapi tampaknya seluruh dunia telah hancur. Aku diberi tahu bahwa berkat bantuan Jason, Laura berhasil menyelamatkan putrinya karena Jason dengan pintar memasang GPS pada kalung Anna dan terus melacak langkahnya untuk memastikan keamanan gadis itu karena mereka menghadapi banyak ketegangan dengan ancaman dari Kinan.Aku juga diberi tahu bahwa Jason bahkan menemaninya dalam misi berbahaya Laura, yang mana Laura harus pergi ke markas Lukman untuk menyelamatkan nyawaku dan temanku. Entah dari mana, apakah Jason telah menjadi orang yang baik ataukah dia hanya melakukannya untuk meyakinkan Laura untuk kembali padanya? Jelas sekali bahwa dia belum menyerah terhadap Laura, jika dia memang akan menyerah terhadapnya.Yang lebih membuatku terkejut adalah pasangan yang t
SuzyKetika aku terbangun, rasanya seperti aku baru saja bangun dari mimpi buruk. Hal pertama yang kulakukan adalah mengusap perutku dan aku terkejut ketika aku menyadari bahwa perutku kosong. Apa? Apa artinya itu? Apakah aku telah kehilangan bayiku? Aku ingat Graham menendangku dan mendorongku di tangga, tidak peduli jika aku sedang hamil atau tidak.“Tidak …. Putriku,” tangisku, meraba-raba perutku dengan ketakutan. “Kumohon, putriku ….”Alarm pun berbunyi. Aku bahkan tidak bisa bangun karena aku merasa sangat lemah. Kemudian, tim medis memasuki ruangan itu.“Tenanglah, Nona Allen. Putri Anda aman dan sehat. Anda telah melahirkannya,” kata mereka padaku, membuatku terkesiap terkejut.“Apa? Putriku sudah lahir?” tanyaku terkejut.“Iya. Dia sudah menunggu Anda. Jadi, Anda harus menenangkan diri dan bekerja sama supaya Anda bisa segera pulih. Putri Anda sedang menunggu Anda,” kata mereka padaku.Aku menangis, tapi sekarang karena merasa lega. “Putriku sudah lahir …. Dia baik-baik
TamaAku memperhatikan Laura meninggalkan rumah sakit bersama Jason dan putrinya. Pundak wanita itu tegang karena dia sangat mengkhawatirkan adiknya, tapi itu adalah hal yang wajar. Hari ini bukanlah hari yang baik baginya karena segala hal yang sedang dia lalui. Hari ini benar-benar tidak berjalan dengan baik bagi kami semua, setidaknya bagiku. Perdebatan dengan Fia membuatku hancur. Aku tidak egois. Aku tahu Fia juga sedang kesulitan, tapi momen itu sangat sensitif bagi kami semua. Seorang bayi baru saja lahir, ditambah, Suzy terancam akan mati. Fia harus menerimanya, menenangkan diri, dan membiarkan segala halnya begitu saja.Aku menghela napas dan bangkit untuk mengambil minum. Aku berencana tinggal di rumah sakit setiap malam jika diperlukan hingga mereka memulangkan putriku dan Suzy sudah terbebas dari bahaya. Aku melakukannya bukan karena aku menyukai Suzy, tapi karena dia pantas mendapatkannya. Aku berterima kasih padanya karena telah melahirkan putriku ke dunia ini.Aku tid
Laura“Sekarang giliranmu. Berikan tanganmu,” kata Jason sambil mengulurkan tangannya padaku untuk mengeluarkan aku dari bunker berbahaya, tempat baku tembak sedang terjadi antara para polisi dan penjahat yang telah mengancam akan membunuh adikku dan temannya.Ada garis ketegangan di antara mata Jason dan rahangnya terkatup. Dia tidak suka aku bersikeras menyuruhnya mengeluarkan Clara terlebih dulu, tapi aku tidak memberinya kesempatan selain menyelamatkan gadis itu terlebih dulu.Jadi, sekarang aku mengangkat tanganku ke arahnya supaya dia bisa membawaku pergi dari sana, tapi sebelum dia bisa menggenggam tanganku, tubuhku terpukul dengan keras dan terbanting ke lantai. Aku terengah-engah dengan berat ketika aku merasa paru-paruku kehabisan udara. Rasa sakit di bagian tubuhku yang terbentur mengenai lantai menyebar ke seluruh tubuhku. Sebelum aku mengetahuinya, seorang pria mencengkeram leherku dengan erat dengan tatapan membunuh di matanya.“Kamu yang menelepon polisi, ‘kan, dasar
LauraPada saat itu, ketika salah satu dindingnya meledak, semua orang di dalam ruangan itu terpental dari posisi mereka. Aku terdiam sesaat. Apakah aku sudah mati? Ataukah aku kehilangan salah satu anggota tubuhku? Apa yang telah terjadi? Apakah para polisi yang meledakkan temboknya? Mereka tidak memiliki jalan lain untuk masuk ke sini?Ada dengungan di dalam telingaku setelah suara ledakan yang keras sekali. Mungkin saja aku menjadi tuli setelahnya, tapi aku mendengar suara orang-orang di sana. Awalnya, rasanya seperti aku berada di bawah air, tapi suaranya makin keras dan jelas ketika indra-indraku mulai pulih kembali.Orang-orang berteriak keheranan, beberapa orang kesakitan, dan yang lainnya terkejut. Ada orang-orang yang terkubur sementara yang lainnya mencoba menarik mereka keluar dari runtuhan itu. Namun, suara tembakan mulai terdengar.Merasa tertekan, aku mencari-cari Clara dengan mataku dan melihatnya terbaring di lantai, terbatuk-batuk karena debu dari reruntuhan dindin
LauraMarkas Lukman benar-benar terlihat seperti tempat kriminal yang bahkan terlibat dengan mafia. Aku berani bertaruh obat-obatan ilegal sedang dikemas dan banyak uang tunai sedang dihitung dan disimpan di koper, yang jelas akan digunakan untuk pertukaran rahasia. Para pria berwajah suram yang bekerja di sana menatapku curiga ketika aku berjalan melewati mereka, mengikuti wanita itu dan orang-orang bersenjata, mengantarku ke bos mereka.Aku langsung mengenali Lukman ketika aku melihatnya. Dia memiliki karisma yang kuat dan penampilan seperti pria nakal. Dia sedang berdiri dengan beberapa pria bersenjata lainnya di belakang konter. Musik agresif bisa terdengar dari stereo di ruangan yang lebih terlihat seperti bunker yang pernah digunakan di masa-masa perang dan setelahnya ditinggalkan dan sekarang dipakai oleh geng kriminal ini. Tempat ini cerah, tapi penerangannya terasa kasar.Mereka semua memandangku sekarang dan aku sejujurnya merasa seperti seekor binatang yang akan segera di
LauraJalanan itu gelap. Hanya ada sedikit pergerakan orang yang datang dan pergi—hanya orang-orang biasa yang menjalani kehidupan mereka seperti biasa tanpa menimbulkan bahaya serius. Aku masih berada di dalam mobil yang terparkir persis di luar restoran yang terlihat seperti ratusan restoran lainnya yang tersebar di Jakarta. Jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya. Di bangku di sebelahku, aku sedang memeriksa dua tas berisi uang tunai.Aku gugup. Aku tidak mengenal orang-orang ini dan aku bahkan tidak tahu bagaimana aku harus berbicara dengan mereka atau bagaimana cara memperlakukan mereka. Bahasa apa yang harus kugunakan? Bahasa orang-orang jalanan atau haruskah aku berbicara dengan formal? Bagaimana aku harus bersikap di depan mereka supaya aku tidak akan langsung ditembak tepat di tengah dahiku? Aku ingin Clara, wanita yang memulai semua masalah ini, ada di sini, tapi aku mendapatkan telepon ancaman melalui ponsel Suzy yang berkata bahwa mereka telah menangkap Clara dan aka
Itu terjadi sudah lama sekali sehingga rasanya seolah-olah bukan aku yang mengalami hal itu meskipun ingatan mengenai hal itu masih melekat di dalam diriku. Begitu banyak hal yang terjadi di antara kejadian itu hingga kini dan aku telah banyak berubah. Sekarang, aku menyadari hal-hal yang benar dan salah yang telah kulakukan di dalam hidupku dan semua jalan yang kulalui untuk membawaku ke titik ini.“Kamu sedang mengingat masa lalu, ya? Salah satu momen paling diingat di hidupmu terjadi di tempat itu,” komentar Jason.Aku mengembuskan napas sambil menghampirinya. “Lakukan saja tujuan kita datang kemari,” kataku, menghindari mengungkit masalah lampau.Seperti miliarder tradisional, Jason memiliki sejumlah kecil harta yang disimpan di brankas dinding di rumahnya. Dia menurunkan sebuah lukisan yang selalu tergantung di dinding itu dan menunjukkan sebuah brankas. Dia dengan cepat memasukkan sandinya dan brankas itu mendesis sebelum terbuka. Ada setumpuk uang tunai di sana.“Berapa har