Jason“Yah, satu-satunya hal yang dapat membuatku bahagia adalah jika kamu berkunjung ke rumah untuk Natal tahun ini. Maukah kamu berkunjung?” undang ibuku, ingin aku untuk menghadiri Natal dengannya dan Nenek di rumah besar mereka di Bekasi.“Sepertinya jadwalku akan padat, jadi jangan terlalu berharap,” kataku tanpa banyak emosi, masih menatap layar komputer.“Astaga! Siapa yang masih bekerja saat Natal?” Dia terlihat tertegun.“Aku sedang mempertahankan warisan yang diturunkan oleh Kakek.” Aku menuduhnya secara tidak langsung karena seluruh kekayaan Santoso diturunkan oleh keluarga ibuku, jadi karena aku harus meneruskan warisan kakekku, aku harus menjalankannya dengan baik.“Kakekmu pasti sedang gelisah di kuburannya sekarang, dia pasti tidak menginginkan cucu satu-satunya untuk terkurung di dalam kantornya bekerja seperti seorang tahanan bahkan saat Natal,” katanya, tidak setuju dengan tindakanku.“Jadi, Ibu harusnya memikirkan hal itu dan memiliki anak lainnya ketika masih
JasonAku mulai merasa kewalahan ketika kebenaran mulai terungkap dan kemungkinan-kemungkinan tak terbatas mulai terbuka dalam pikiranku. Apakah Laura memiliki anak perempuan yang mirip denganku? Mengapa? Aku mencoba menggali dalam pikiranku untuk mengingat apakah aku pernah melihat putri Laura sebelumnya, tetapi aku hanya ingat melihat sekilas gadis itu beberapa kali, dan aku tidak pernah tertarik untuk melihatnya dari dekat karena gadis itu mewakili diri Laura setelah dia melupakanku dan menjalin hubungan dengan lelaki lainnya hingga memiliki anak bersama, tapi aku belum pernah benar-benar melihatnya dari dekat untuk memastikan bahwa anak itu adalah putri Richard.Kemungkinan bahwa anak Laura bukan anak Richard tidak pernah terbesit dalam benakku, aku sangat bodoh. Astaga! Aku bangkit dari kursiku dan lututku gemetar. Aku berpegangan pada meja supaya aku tidak jatuh karena aku sangat terkejut. Gadis itu berumur sekitar lima tahun, dan jika kuhitung, itu tepat ketika Laura dan aku b
“Aku tidak percaya kekonyolan ini,” kataku tidak percaya, melempar alat tes kehamilan itu kembali ke wastafel. “Apakah kamu berpikir bahwa pernikahan kita akan membaik jika kamu memberiku seorang anak?”“Seorang anak akan mencerahkan rumah, kita bisa menambahkan sedikit kegembiraan di sini,” katanya dengan penuh harapan.“Kamu ingin kegembiraan? Pergilah ke pertunjukan sirkus. Kenapa kamu harus menghasilkan anak ini? Kenapa kita harus memiliki anak? Apakah menurutmu kita bisa merawat seorang anak?”“Kenapa kita tidak bisa merawat anak kita?”“Yang sedang kamu coba lakukan adalah mencari-cari alasan supaya aku tidak pergi keluar saat malam Minggu,” kataku, berpikir bahwa dia konyol sekali. Keputusasaannya untuk selalu memilikiku membuatku kesal. “Aku tidak mau, menurutku itu bukan ide bagus.”“Kalau kamu tidak mau, biar aku sendiri saja yang merawatnya, Jason,” katanya, suaranya sudah mulai emosional dan ingin menangis. Aku memutar mataku dan berbalik untuk menyikat gigiku. “Kamu t
JasonAku mengetukkan jariku dengan cemas di setir mobil yang telah dipersiapkan untukku supaya bisa langsung aku gunakan ketika aku tiba di Bogor. Sudah beberapa menit sejak aku memarkirkan mobil di seberang tempat penitipan anak dan aku sedang menunggu di sekitar tempat itu, memperhatikan pergerakan biasa dari anak-anak dan orang dewasa yang datang dan pergi.Aku memeriksa waktu dan tidak lama lagi sebelum anak-anak akan dipulangkan, jadi aku bersiap-siap, menunggu dengan sabar untuk melihat Anna keluar dari pintu itu.Anna. Putriku.Aku masih terkejut telah menemukan keberadaan putriku dengan cara yang tidak dapat diprediksi. Aku masih tidak tahu bagaimana mencerna informasi tersebut, dan satu-satunya yang aku inginkan adalah melihatnya dengan mataku sendiri untuk mengetahui apakah dia benar-benar nyata. Tidak hanya itu, tapi aku tidak akan menyangka bahwa Laura telah melahirkan anakku dan dia tidak akan memberitahuku. Aku sedang membayar dosa-dosaku.Aku menghela nafas melihat
”Memenuhi perintahku? Hanya ketika itu menguntungkanmu, kan?” Aku melontarkan kata-kata itu padanya. “Kukira pertemanan kita selalu nomor satu.”“Apa? Apa yang kamu bicarakan?” tanyanya kebingungan.“Aku harus pergi, kita bicara lagi nanti.”“Apa? Tunggu, Jason…!” Dia mencoba menghentikanku, tapi aku mematikan ponselku sebelum dia bisa menyelesaikan perkataannya.Aku menghela nafas, mengusap wajahku. Aku ingin mengatakan banyak hal padanya, tapi aku menahan diriku sendiri. Pada saat itu, aku melihat kerumunan kecil anak-anak melewati gerbang seraya para wali mereka menjemput mereka. Aku langsung turun dari mobil dan mencari-cari apakah aku bisa menemukan anak yang ada di foto di tanganku.Aku tidak pernah melihatnya dari dekat atau bahkan berinteraksi dengannya, jadi sulit bagiku untuk mengenalinya di antara kerumunan anak-anak itu. Dengan begitu, aku menghampiri kerumunan anak-anak itu dan membandingkan wajah-wajah anak perempuan di sana dengan foto di tanganku. Ini memakan waktu
LauraAku masih berada di ruang kerjaku di kantor Hextec seraya menyelesaikan pekerjaanku sore itu. Singkatnya, waktu yang kuhabiskan di Jakarta Selatan untuk bekerja sama dengan Nemesis sukses besar sampai akhir-akhir ini kami terus mendapatkan pekerjaan, dari perusahaan kecil sampai perusahaan terkenal terus menghubungi layanan pemasaran kami karena rekomendasi dari Nemesis.Sebagai contoh, akhir-akhir ini, aku sedang bekerja dengan perusahaan terkenal bernama Williams Jewels yang merupakan produsen perhiasan mewah, jadi seluruh staf dan aku sibuk bekerja dengan perusahaan itu, yang akan menarik perhatian lebih banyak klien dari panteon itu.Pintuku terbuka dan aku sudah tahu siapa itu karena satu-satunya orang yang bisa memasuki ruanganku tanpa pemberitahuan dari sekretarisku hanyalah Richard, rekanku. Richard masuk ke dalam, dengan buket bunga mawar merah besar di tangannya, dan dia memberikan itu padaku dengan senyuman menggoda.“Wah, buket yang besar sekali!” seruku, berdiri d
Laura“Bukan begitu, Richard. Charme membuatku trauma yang tidak ada kaitannya dengan mantan suamiku,” kataku padanya, mencoba yakin akan hal itu.Aku menelan ludah, merasa dipojokkan oleh pertanyaan-pertanyaannya. Aku tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Dia terdiam, menghela nafas frustrasi seraya terus menyetir. Dia tidak mengatakan apa-apa lagi, seolah dia sudah menyerah mendiskusikan hal itu denganku. Ketika aku mengira dia tidak akan berkata apa-apa lagi, dia bertanya lagi ketika sedang memarkirkan mobil di dekat tempat penitipan anak Anna.“Katakan yang sebenarnya, Laura. Apakah kamu masih menyukainya? Mantan suamimu yang berengsek itu.”Aku membetulkan rambutku, menatap ke depan, merasa gugup. Kenapa dia menanyakan hal itu? Apa masalah dia?“Apakah kamu tahu kalau diam artinya setuju?” katanya, sudah mengambil kesimpulan.“Aku tidak setuju pada apa pun, Richard. Aku tidak menyukai Jason, kamu hanya paranoid,” ujarku padanya.“Paranoid? Sudah berapa lama kita ber
Laura“Apakah kamu yakin tidak ada anggota keluarga atau teman terdekat yang menjemputnya dari tempat penitipan hari ini, Nyonya?” tanya petugas polisi ketika aku melapor ke kantor polisi terdekat. Hari sudah gelap dan aku hampir berubah menjadi wanita gila yang putus asa, mencari-cari anaknya ke semua tempat.“Tidak, Pak. Aku hampir tidak memiliki teman dekat di sini, dan jika iya, tidak ada yang akan menjemput anakku tanpa izinku atau sebelum berbicara denganku, jawabku pada petugas polisi itu. Aku telah menelepon semua teman dan orang yang dekat denganku, tapi tidak ada satu pun yang sedang bersama anakku, yang membuatku makin khawatir.Ke mana anakku pergi?“Sayangnya, tidak ada yang bisa kami lakukan sebelum 24 jam berlalu sejak anakmu hilang untuk membuat laporan bahwa anakmu menghilang,” kata petugas polisi itu, membuatku menghela nafas frustrasi.Aku meninggalkan kantor polisi itu tanpa hasil dan menelepon penjaga pintu kondominiumku dengan harapan Anna pulang ke rumah send
LauraAku sedang mengenakan jubah berbulu setelah mandi dengan air panas, jadi aku bisa pulang dengan aman bersama keluargaku dan orang-orang yang kusayangi.Fia ada di sana bersamaku, merawatku dan menghiburku melalui peristiwa menegangkan yang baru saja kualami beberapa saat yang lalu.“Bagaimana reaksi para tamu ketika kamu harus mengumumkan bahwa pernikahannya dibatalkan?” tanyaku padanya saat dia dengan pelan menyisir rambutku.Dia terkekeh dengan lemah sekarang. “Seperti biasa, terkejut dan berspekulasi, tapi kamu tidak perlu memikirkan hal itu. Yang penting adalah kamu ada di sini dengan aman,” katanya padaku.“Hmm, tidak apa-apa.”“Kuharap Suzy tidak pernah keluar dari penjara lagi dan dia akan dikirimkan ke penjara dengan keamanan tingkat tertinggi di sisi lain dunia supaya dia tidak pernah bisa melarikan diri dari sana,” katanya, membuatku sedikit tertawa.“Itu benar, Fia. Kinan juga mendapatkan akhir yang dia cari, semua karena keserakahannya,” komentarku, lalu aku me
LauraAir di dalam danau itu dingin meskipun saat itu masih musim kemarau. Tubuh Kinan dan perabotan masih terikat denganku, mencengkeramku dan menarikku ke dasar danau. Aku mencoba membebaskan diriku dari mayatnya, mendorongnya menjauh dariku, dan mencoba berenang ke permukaan. Akan tetapi, dengan tangan yang terikat, itu bukanlah hal yang mudah.Ada air yang memasuki lubang hidung dan mulutku, membuatku panik. Aku mencoba melepaskan diriku dari ikatan di pergelangan tanganku dan mencoba memperjuangkan hidupku. Namun, dengan tangan yang terikat, aku pasti mati. Ketika aku mempertimbangkan untuk menyerah, aku merasa tangan Jason yang kuat mencengkeram pinggulku dan menarikku ke permukaan.Jason berenang bersamaku ke dek yang ada di dekat sana. Petugas polisi dan petugas pemadam kebakaran menarik kami keluar dari air. Aku terbatuk-batuk dan memuntahkan air yang telah kutelan. Gaun pengantin dan rambutku basah oleh air. Tubuhku gemetar karena kedinginan dan Jason pun memelukku. Mereka
Laura“Sudah kubilang lepaskan dia!” Matanya menyala dengan amarah.Kinan terlepas dariku dan berdiri di samping Suzy, menertawaiku dengan lantang. Suzy tetap mengarahkan pistolnya kepadaku, menatapku dengan tajam, seakan-akan dia sudah mendapatkan aku di tempat yang dia inginkan.“Apakah kamu tahu sudah berapa kali aku memimpikan momen ini, Laura? Aku akhirnya akan membunuhmu,” katanya, hatinya dipenuhi oleh kebencian dan dendam.Aku menghela napas di saat itu. Bayangan anak-anakku dan suamiku terbesit di benakku. Aku memikirkan tentang hal-hal yang masih bisa kulalui bersama mereka dan ditemani mereka. Meskipun aku sangat menyesali hal itu di hatiku pada saat itu, aku tidak takut mati. Aku memiliki jiwa yang bersih dan tidak memiliki penyesalan sedikit pun.“Aku hanya bisa berduka tentangmu, Suzy,” kataku pada akhirnya, berpikir hidupku akan berakhir pada saat itu.Namun, mengejutkan bagiku, ketika dia menarik pelatuknya, seseorang mendorongnya dengan sangat keras sehingga dia
LauraAku sedang menunggu sebuah kesempatan untuk kabur dari tempat itu. Itu tidak semudah yang kubayangkan dan mereka tidak memberiku jeda sedikit pun. Tepat ketika kukira aku memiliki waktu untuk merencanakan pelarian diri, Kinan dan Suzy melepaskan ikatanku dan membawaku ke sebuah kapal pesiar kecil. Mereka terlihat gugup, seakan-akan mereka telah menerima sebuah peringatan atau semacamnya.“Apa yang kalian lakukan? Kalian mau membawaku ke mana?” tanyaku seraya mereka memaksaku untuk berjalan di dek danau. Gaun pengantinku merayap di bawah papan kayu, tanganku masih terikat.“Diam saja. Itu bukan urusanmu,” jawab Kinan dengan kasar.Aku menghela napas pasrah dan memandang ke semua tempat untuk fokus pada apa pun yang bisa membantuku nanti. Namun, dalam gelombang harapan, aku sudah mendengar suara-suara helikopter beroda mobil menghampiri tempat itu. Jason telah menangkap mereka. Akhirnya!“Itu Jason,” gumamku dengan penuh emosi. Sesaat, aku sempat kehilangan harapan dan berpiki
LauraTangan-tanganku terikat di belakang tubuhku di sebuah kursi seraya aku menghadap Suzy di hadapanku. Aku tidak tahu bagaimana dia telah berhasil melarikan diri dari penjara dan memasuki mansion untuk menculikku dan membawaku ke tempat ini. Aku mencoba memahami itu semua. Itu adalah hari pernikahanku, tapi tetap saja, orang-orang ini tidak mau membiarkan aku sendirian.“Bagaimana kamu bisa kabur dari penjara, Suzy?” tanyaku padanya sambil menatapnya dengan tajam. Aku sedang mengambil kesempatan. Sekarang aku berkomunikasi dengannya karena Kinan telah beristirahat sebentar. Kami sedang berada di rumah kayu di dekat danau kecil. Ada pohon-pohon rindang yang menutupi seluruh tempat itu.Keseluruhan skenario itu, cara dia dan Kinan bersikap, membuatku berpikir mereka telah merencanakan hal ini sejak lama.Suzy terkekeh sinis seraya dia mengikat kakiku dengan tali tambang yang kuat, menggagalkan rencanaku untuk mencoba kabur. “Ternyata, bukan kamu saja yang memiliki sekutu, Laura,”
Jason“Tidak apa-apa, Kinan. Aku akan mengirimkan uangnya, cukup berikan nomor rekeningmu dan aku akan mengirimkannya hari ini,” kataku padanya, mendapatkan anggukan setuju dari Juan.Namun, Kinan, di ujung telepon lainnya, menertawaiku seakan-akan aku adalah orang bodoh. “Kamu pikir aku benar-benar akan menerima uang elektronik? Kamu sangat meremehkanku, ya? Aku ingin kamu memenuhi satu mobil, dua mobil, atau seratus mobil, terserah! Aku ingin kamu mengisi mereka dengan uang tunai sah dan bawa itu semua padaku. Barulah saat itu aku akan membebaskan wanita j*lang ini. Kamu dengar, ‘kan?” katanya, berteriak.Aku sangat terkejut oleh kata-katanya. Juan maupun aku tidak menduga hal itu. Kinan telah memetakan rencananya dengan sangat baik dan itu adalah tantangan bagi kami.“Kenapa, Jason? Kenapa kamu diam sekali sekarang? Lidahmu dicuri kucing?” ejeknya.“Tidak apa-apa, Kinan. Kamu ingin uang triliunan rupiah, ‘kan? Kalau begitu, aku akan memberimu uangnya. Dalam bentuk uang tunai, s
JasonTiba-tiba, pintu ruangan terbuka dan Anna berlari ke arahku dengan wajah yang khawatir. “Apakah benar Mama menghilang, Papa? Di mana dia? Di mana Mama?” Dia ingin tahu, ketakutan, matanya dipenuhi oleh rasa takut.Aku menoleh ke atas dan melihat Fia berjalan memasuki ruangan sambil memegangi si kembar. Aku merasa terganggu bahwa dia telah membawa anak-anak pada saat itu. Ini semua sudah sulit untuk dipahami, lebih baik jangan libatkan anak-anak untuk sekarang. Fia, melihat ekspresiku yang tidak senang, menggelengkan kepalanya dengan raut wajah tidak berdaya. “Anna ada di sampingku ketika Tama meneleponku. Mustahil untuk menahannya,” jelasnya.Si kembar, meskipun sangat muda, bisa menafsirkan bahwa ada yang salah hanya dari ketegangan di tempat itu.“Kumohon, Papa, jawab aku. Di mana Mama?” tanya Anna lagi, hampir menangis.Aku berlutut untuk menyesuaikan diri dengan tingginya dan memegang pundaknya, menghela napas. “Aku tidak bisa menjawab ini sekarang, tuan putriku, tapi ak
JasonAku mencoba menelepon Laura, tapi dia tidak mengangkat teleponku. Semua ini mulai membuatku panik dan kata-kata Kinan mulai menggema di kepalaku. “Aku sedang bersamanya ….”Gemetar ketakutan, aku kembali menelepon nomor yang digunakan Kinan untuk meneleponku. Dia tidak membutuhkan waktu lama untuk mengangkatnya. “Jadi, apakah kamu sudah melihat bahwa aku mengatakan kebenarannya? Sekarang, kamu bisa memercayaiku,” ejeknya.“Aku bersumpah, Kinan, jika kamu menyakiti Laura, aku akan benar-benar menghabisimu.” Aku mengancamnya dengan suara rendah, sangat ingin menemukan wanita j*lang itu dan membunuhnya supaya dia berhenti menggangguku dan orang-orang tersayangku.“Kamu benar-benar riskan, ya, mengancamku? Tidakkah kamu takut pada apa yang mungkin kulakukan pada wanita j*langmu? Dia ada persis di depanku, Jason Santoso. Aku hanya perlu menarik pelatuk untuk menghabisinya,” ancamnya dengan aura jahatnya.Hatiku gemetar. “Kamu tidak bisa melakukan itu semua, Kinan. Aku bersumpah a
JasonAku tidak dapat menunggu lebih lama lagi untuk mendengarkan apa yang ingin dikatakan wanita menjengkelkan itu, jadi aku hanya mematikan ponsel dan berlari ke ruangan tempatku berada sebelumnya, terburu-buru ingin memeriksa apakah yang dia katakan memang benar.“Jason? Apa yang terjadi? Kenapa kamu tergesa-gesa?” tanya Tama padaku, tapi aku bahkan tidak memiliki waktu untuk menjelaskan hal-hal kepadanya.“Aku hanya perlu memeriksa apakah Laura baik-baik saja,” kataku padanya dengan terburu-buru seraya aku berlari menyusuri lorong menuju ruangan pengantin di dekat sana.Khawatir, teman-temanku menyusulku. “Apa yang kamu lakukan? Apakah itu tentang telepon yang baru saja kamu terima? Siapa itu?” tanya mereka, kebingungan.Namun, aku tidak berhenti untuk menjawab pertanyaan mereka. Aku hanya menarik diriku untuk berlari ke ruangan tempat Laura seharusnya berada, tapi ketika aku tiba di sana dan membuka pintunya, aku dihadapi oleh kenyataan pahit bahwa tidak ada siapa-siapa di da