SuzyAku tidak tenang. Aku harus melakukan apa pun untuk menyelamatkan temanku dari kekacauan itu. Jadi, aku meninggalkannya tertidur di flatnya, memasuki mobilku, dan menyalakannya.Saat itu sudah larut malam, tapi aku tidak bisa menunda permasalahan itu. Aku mengenal para rentenir itu karena, di suatu saat di hidupku, aku pernah terlibat dalam hal-hal berbahaya untuk bertahan hidup. Di ujung jalan, ada restoran kecil yang terlihat tidak berbahaya, tapi aku tahu itu adalah tempat Lukman dan gengnya bekerja di semacam kejahatan yang terorganisasi.Aku memarkirkan mobilku di depan tempat makan itu dan menghela napas. Bisa saja semua ini menjadi makin buruk, tapi aku harus meminta waktu yang lebih banyak pada mereka untuk mengumpulkan uang sebanyak itu. Jadi, aku turun dari mobil dan memasuki restoran itu. Orang-orang di sana sedang minum dan makan seolah-olah itu adalah restoran biasa, tapi mereka yang mengetahui kebenarannya akan menyadari bahwa sebagian besar orang-orang ini adalah
Sekarang dia mendengus, menyalakan rokoknya. “Masa-masa indah, katamu? Satu-satunya hal yang kuingat adalah kamu meninggalkan aku, s*alan,” balasnya, ternyata masih dendam terhadap apa yang terjadi di antara kami di masa lalu.“Kamu tidak bisa menyalahkan aku karena memutuskan untuk tidak mengikuti rencana-rencana kotormu,” kataku, membela diriku sendiri.“Jadi, menurutmu lebih baik menjual dirimu di Jakarta? Beri tahu aku, Suzy. Apa perbedaannya antara apa yang kami lakukan di sini dan apa yang kamu lakukan untuk bertahan hidup?” tanyanya dengan tajam.“Setidaknya aku sudah tobat, Lukman. Kehidupan itu lebih dari sekedar hal-hal tersebut,” ujarku.Hal itu membuatnya tertawa terbahak-bahak. “Apakah kalian dengar itu? Suzy ingin kita bertobat. Dia pasti termakan omongan orang-orang sok suci itu dan datang kemari untuk membuat kita kembali ke jalan yang benar juga,” ejeknya, membuat semua orang tertawa. Dia berbicara dengan suara kecil padaku sekarang. “Kami dilahirkan ke dunia untuk
SuzyKakiku gemetar ketika aku meninggalkan tempat makan itu dan berjalan dengan sempoyongan ke mobilku. Setelah memasukinya, aku dengan cepat mengambil kantung plastik dan mengeluarkan semua makanan yang telah kumakan malam itu. Aku menyandarkan kepalaku di kursi dan bernapas melalui mulutku, mencoba mengembalikan keseimbanganku dan mengendalikan emosiku. Aku meletakkan tanganku di atas perutku dan menggertakkan gigiku dengan marah. Segala hal telah menjadi makin rumit. Aku keliru, berpikir bahwa jika aku memohon pada Lukman, dia akan berkenan merendahkan dirinya padaku, tapi hal itu malah mengacaukan segalanya dan sekarang Clara dan aku hanya memiliki tiga hari untuk mencari bukan 7,5 miliar rupiah, tapi 15 miliar rupiah!Astaga! Bagaimana kalau aku mengambil cangkul, menggali lubang di tanah, dan mengubur diriku sendiri di dalamnya saja? “Dasar keterlaluan! Memalukan sekali!” teriakku dengan marah, menghantam setir mobilku. Segala hal berjalan dengan buruk sekarang. Bagaimana cara
“Gama ….” Aku terbata-bata, memeluknya, dan berakhir menangis. Aku tidak tahu apakah itu karena aku merindukan dia atau karena semua tekanan yang kurasakan selama beberapa jam belakang. Demikian pula, aku hanya merasa seperti aku perlu jatuh ke dalam pelukan seseorang yang memedulikan aku dan menangis seperti anak yang kesakitan.Gama membawaku ke toko kudapan yang berada di dekat tempat tinggal Laura. Dia memesan kopi dan kue bolu untukku yang mengingatkanku akan kudapan dan makanan manis yang selalu dia bawa untukku di panti asuhan. Aku juga mengingat betapa aku menantikan kunjungannya setiap hari Minggu sejak aku masih kecil. Dia bilang dia adalah kakakku meskipun kami tidak memiliki darah yang sama dan dia menyesal tidak bisa membawaku untuk tinggal bersama dengannya.“Dunia ini lebih kejam di luar sana, Suzy. Ini adalah tempat terbaik untuk kamu tinggali untuk sekarang,” katanya setiap kali aku meminta dia untuk membawaku. Aku masih berpikir tidak ada tempat yang lebih buruk dar
SuzyAku memandangnya tanpa memahami kenapa dia begitu terdesak. Dia memintaku untuk meyakinkan Laura untuk memaafkan dia, tapi untuk apa aku melakukan itu? Maksudku, bukannya aku tidak mau Gamma berdamai dengan adiknya, tapi mengenal Laura, aku bisa membayangkan bahwa Gama telah melakukan hal yang sangat buruk sampai dia tidak ingin memaafkannya. Agak keterlaluan bagiku untuk meminta Laura melakukan ini hanya karena aku menyukai Gama karena sebagai temannya, aku harus menghargai keputusannya.“Apakah kamu akan melakukannya, Suzy? Apakah kamu akan meyakinkan Laura untuk membawaku kembali ke rumahnya? Desaknya, tubuhnya condong ke arahku, tidak sabar mendengar jawaban positif.Aku terkekeh. “Jangan jadi orang aneh. Untuk apa aku melakukan itu? Itu adalah masalahmu. Aku tidak bisa ikut terlibat,” kataku.“Namun, kamu tahu kalau aku adalah orang baik-baik. Tidakkah kamu mengingat ketika aku terus mengunjungimu di panti asuhan itu dan membawakan jajanan untukmu?” bujuknya.“Tentu saja
Laura“Laura? Bolehkah aku masuk?” tanya Suzy, mengintip dari pintu masuk ruang kerja di rumahku.“Tentu saja, masuklah,” kataku padanya, mengisyaratkan padanya untuk masuk dan kemudian mengembalikan perhatianku ke layar di depanku. Belum lama sejak Gideon pergi, terutama karena dia juga memiliki komitmen dan tidak bisa menjadi pengawal menawanku setiap saat. “Hmm. Kamu sudah pulang? Bagaimana malam bersama temanmu?” tanyaku pada Suzy sambil masih memandang layar.Dia duduk di salah satu kursi di depan mejaku dan menghela napas dengan lantang. “Menyenangkan seperti biasa … Apakah pekerjaanmu banyak?” tanyanya dan aku mengangkat bahu.“Cukup banyak, seperti biasa,” jawabku, lalu mengernyit ketika aku menatapnya. “Apakah kamu sehabis menangis? Mata pandamu mencolok sekali,” kataku.Dia mengangkat tangannya ke wajahnya. “Oh, aku dan Clara menonton komedi romantis semalam. Aku biasanya tidak menangis ketika menonton film, tapi ternyata hormonku tidak terkendali,” katanya sambil tertaw
Laura“Kumohon, Laura. Bisakah kamu mempertimbangkannya kembali?” desak Suzy. “Gama bukanlah monster seperti yang kamu pikirkan. Apakah dia pernah melakukan kesalahan padamu di masa lalu? Iya, tapi semua orang melakukan kesalahan, ‘kan? Hal yang terpenting adalah dia ingin menebus kesalahannya sekarang. Jangan bersikap sekeras itu padanya.”Aku menghela napas lantang seraya mempersiapkan makan malam hari itu. Suzy terlihat bertekad untuk meyakinkan aku untuk menerima Graham dan rasanya agak canggung melihatnya sangat fokus pada seseorang seperti itu. Ternyata, ikatan yang dia miliki dengan Graham sangat dalam, sesuatu yang masih tidak bisa kupahami. Bagaimana Graham bisa menjadi pria yang baik untuknya? Aku yakin dia menyembunyikan sesuatu dariku.“Kurasa aku tidak sekasar itu, Suzy. Maksudku, tentu, aku mengusirnya dari rumahku, tapi aku memiliki alasanku sendiri,” jawabku, memotong sayuran yang akan kugunakan untuk membuat saus pasta.“Aku hanya mengatakan kalau tidak benar jika
SuzySetelah aku terus mendesaknya, Laura akhirnya membiarkan Gama memasuki rumahnya. Senyuman bahagia terpampang di wajahku. Rasanya hampir tidak mungkin memercayai bahwa aku berhasil meyakinkan dia. Gama telah mendapatkan apa yang dia inginkan, jadi sekarang aku bisa mendapatkan uang dari keluarga miliarderku. Aku tidak bisa menunggu hal ini supaya aku bisa menyingkirkan penipu itu segera. Aku mulai merasa makin gugup mengenai keseluruhan situasi ini, jadi aku tidak bisa menunggu mendapatkan uang ini dan lepas dari para rentenir.“Jadi, monster itu adalah kakak Mama?” tanya Anna pada ibunya ketika kami semua duduk di ruang tengah setelah makan malam piza bersama.Graham, yang duduk dengan tenang di kursi di dekat sana, tertawa mendengar cara Anna menyebutnya. “Menurutmu aku monster?” tanyanya pada gadis itu.“Kamu membuatku takut,” ungkap Anna, masih duduk di pangkuan Laura sambil melingkari tangannya di leher ibunya. Laura juga memeluknya dengan protektif. Dari kekakuannya dan c
Laura“Apakah ada masalah, sayang?” tanya Jason ketika dia dan aku berada cukup jauh dari yang lain. “Apakah kamu hanya merindukan suamimu?” godanya sambil memegangi pinggulku dan menarikku lebih dekat dengan jahil.Aku terkekeh sambil memutar bola mataku. “Itu bukan ide yang buruk,” jawabku sambil menatapnya dengan nafsu. Dia memiringkan wajahnya untuk menciumku, tapi sebelum dia melakukannya, aku lanjut berbicara setelah menarik napas singkat. “Namun, ada hal yang harus kuberi tahu.”Dia mengernyit. “Apakah itu ada kaitannya dengan anak-anak? Kamu tidak akan bilang kalau Daniel terjebak di atas pohon lagi, ‘kan?” tanyanya dengan curiga. Aku tertawa.Ada pohon di taman mansion kami. Daniel, salah satu dari si kembar, senang memanjat pohon itu karena dia lumayan hiperaktif. Namun, pohon itu terlalu besar untuk seukurannya. Suatu hari, kakinya tersangkut di salah satu ranting dan hampir melukai dirinya sendiri. Kami harus bergegas secepat mungkin ke rumah sakit dan para dokter pun h
Laura“Astaga, nona-nona, apakah kalian bersulang tanpaku? Aku ingin ikut juga,” kata Melanie, istri Albert, yang memasuki dapur. Dia juga ada di sana bersama kami, hanya saja dia sempat pergi sebentar.“Kita bisa bersulang bersamamu lagi, sayang,” jawabku padanya seraya Fia menuangkan anggur ke gelas kosong lainnya dan menyerahkannya kepadanya.“Nih, untukmu, sayang,” kata Fia sambil menyerahkan segelas anggur itu kepada Melanie.“Terima kasih, Fia. Kalian berdua baik sekali padaku,” katanya. Kami bertiga pun bersulang. “Bersulang untuk cinta, yuk?” usulnya.Melanie adalah wanita yang cantik. Albert dan aku telah menghabiskan waktu bersama selama beberapa waktu, dan karena kami telah menjadi lebih dekat karena hubungan keluarga kami, Melanie juga mulai menjadi dekat dengan kami. Dia adalah gadis yang baik dan rendah hati. Selain itu, dia sangat mudah akrab, jadi mudah untuk merasa nyaman di sekitarnya.“Itu adalah hal terbaik yang kita miliki, benar? Cinta?” jawabku sambil terse
Beberapa minggu kemudianLauraSaat itu adalah hari Minggu siang. Anak-anak sedang bermain di kolam renang. Jason dan teman-temannya sedang berbincang dan meminum bir sambil mempersiapkan barbeku. Ibuku dan Rosa sedang berjemur di samping kolam sambil bersenang-senang melihat anak-anak bermain. Fia dan aku sedang berbagi pengalaman di dapur selagi kami mempersiapkan makan siang.Sebenarnya, akulah yang mempersiapkan makan siang karena Fia tidak bisa masak dan sangat ceroboh di dapur. Namun, aku tidak peduli. Aku malah merasa itu lucu. Belum lagi, aku suka memasak untuk semua orang, termasuk Fia. Dia telah melakukan banyak hal untukku sehingga aku berterima kasih padanya meskipun dia hanya melakukan hal yang minimum.“Wah! Saladnya terlihat luar biasa, Lau. Kamu hebat sekali,” puji Fia dengan gembira saat dia melihat makanannya.“Terima kasih banyak, sayang. Ini namanya salad khas Milan dan ini cocok sekali dimakan dengan daging merah,” kataku sambil tersenyum.“Oh, benar. Itu kel
Laura“Astaga, kamu terlihat cantik sekali!” seru Fia, senang sekali, memandangku dengan mata yang penuh perasaan.“Apakah menurutmu aku benar-benar terlihat cantik?” tanyaku sambil tersenyum kecil seraya aku memandang cermin dan meluruskan gaunku.Aku sudah selesai berdandan dan siap untuk pernikahannya. Tidak seperti gaun yang pertama, gaun ini lebih sederhana dan lebih nyaman. Ada karangan bunga di kepalaku dan rambutku digerai di sekitar pundakku. Riasan wajahku ringan dan percaya diri. Senyumanku cantik di wajahku.“Kamu terlihat memesona, Laura. Aku yakin Jason akan jatuh cinta lagi ketika dia melihatmu,” jawabnya dengan semangat.“Bibi Fia benar, Mama,” kata Anna sambil memandangku dengan mata penuh cinta. “Mama terlihat cantik bagaimanapun itu.”“Astaga, sayangku.” Aku tersenyum dan memeluknya. “Terima kasih, tuan putriku. Sekarang, sebaiknya kita pergi, Papa telah menunggu lama sekali.”Tidak seperti pagi itu ketika Jason dan aku akan menikah di kapel, sekarang kami mem
LauraAku sedang mengenakan jubah berbulu setelah mandi dengan air panas, jadi aku bisa pulang dengan aman bersama keluargaku dan orang-orang yang kusayangi.Fia ada di sana bersamaku, merawatku dan menghiburku melalui peristiwa menegangkan yang baru saja kualami beberapa saat yang lalu.“Bagaimana reaksi para tamu ketika kamu harus mengumumkan bahwa pernikahannya dibatalkan?” tanyaku padanya saat dia dengan pelan menyisir rambutku.Dia terkekeh dengan lemah sekarang. “Seperti biasa, terkejut dan berspekulasi, tapi kamu tidak perlu memikirkan hal itu. Yang penting adalah kamu ada di sini dengan aman,” katanya padaku.“Hmm, tidak apa-apa.”“Kuharap Suzy tidak pernah keluar dari penjara lagi dan dia akan dikirimkan ke penjara dengan keamanan tingkat tertinggi di sisi lain dunia supaya dia tidak pernah bisa melarikan diri dari sana,” katanya, membuatku sedikit tertawa.“Itu benar, Fia. Kinan juga mendapatkan akhir yang dia cari, semua karena keserakahannya,” komentarku, lalu aku me
LauraAir di dalam danau itu dingin meskipun saat itu masih musim kemarau. Tubuh Kinan dan perabotan masih terikat denganku, mencengkeramku dan menarikku ke dasar danau. Aku mencoba membebaskan diriku dari mayatnya, mendorongnya menjauh dariku, dan mencoba berenang ke permukaan. Akan tetapi, dengan tangan yang terikat, itu bukanlah hal yang mudah.Ada air yang memasuki lubang hidung dan mulutku, membuatku panik. Aku mencoba melepaskan diriku dari ikatan di pergelangan tanganku dan mencoba memperjuangkan hidupku. Namun, dengan tangan yang terikat, aku pasti mati. Ketika aku mempertimbangkan untuk menyerah, aku merasa tangan Jason yang kuat mencengkeram pinggulku dan menarikku ke permukaan.Jason berenang bersamaku ke dek yang ada di dekat sana. Petugas polisi dan petugas pemadam kebakaran menarik kami keluar dari air. Aku terbatuk-batuk dan memuntahkan air yang telah kutelan. Gaun pengantin dan rambutku basah oleh air. Tubuhku gemetar karena kedinginan dan Jason pun memelukku. Mereka
Laura“Sudah kubilang lepaskan dia!” Matanya menyala dengan amarah.Kinan terlepas dariku dan berdiri di samping Suzy, menertawaiku dengan lantang. Suzy tetap mengarahkan pistolnya kepadaku, menatapku dengan tajam, seakan-akan dia sudah mendapatkan aku di tempat yang dia inginkan.“Apakah kamu tahu sudah berapa kali aku memimpikan momen ini, Laura? Aku akhirnya akan membunuhmu,” katanya, hatinya dipenuhi oleh kebencian dan dendam.Aku menghela napas di saat itu. Bayangan anak-anakku dan suamiku terbesit di benakku. Aku memikirkan tentang hal-hal yang masih bisa kulalui bersama mereka dan ditemani mereka. Meskipun aku sangat menyesali hal itu di hatiku pada saat itu, aku tidak takut mati. Aku memiliki jiwa yang bersih dan tidak memiliki penyesalan sedikit pun.“Aku hanya bisa berduka tentangmu, Suzy,” kataku pada akhirnya, berpikir hidupku akan berakhir pada saat itu.Namun, mengejutkan bagiku, ketika dia menarik pelatuknya, seseorang mendorongnya dengan sangat keras sehingga dia
LauraAku sedang menunggu sebuah kesempatan untuk kabur dari tempat itu. Itu tidak semudah yang kubayangkan dan mereka tidak memberiku jeda sedikit pun. Tepat ketika kukira aku memiliki waktu untuk merencanakan pelarian diri, Kinan dan Suzy melepaskan ikatanku dan membawaku ke sebuah kapal pesiar kecil. Mereka terlihat gugup, seakan-akan mereka telah menerima sebuah peringatan atau semacamnya.“Apa yang kalian lakukan? Kalian mau membawaku ke mana?” tanyaku seraya mereka memaksaku untuk berjalan di dek danau. Gaun pengantinku merayap di bawah papan kayu, tanganku masih terikat.“Diam saja. Itu bukan urusanmu,” jawab Kinan dengan kasar.Aku menghela napas pasrah dan memandang ke semua tempat untuk fokus pada apa pun yang bisa membantuku nanti. Namun, dalam gelombang harapan, aku sudah mendengar suara-suara helikopter beroda mobil menghampiri tempat itu. Jason telah menangkap mereka. Akhirnya!“Itu Jason,” gumamku dengan penuh emosi. Sesaat, aku sempat kehilangan harapan dan berpiki
LauraTangan-tanganku terikat di belakang tubuhku di sebuah kursi seraya aku menghadap Suzy di hadapanku. Aku tidak tahu bagaimana dia telah berhasil melarikan diri dari penjara dan memasuki mansion untuk menculikku dan membawaku ke tempat ini. Aku mencoba memahami itu semua. Itu adalah hari pernikahanku, tapi tetap saja, orang-orang ini tidak mau membiarkan aku sendirian.“Bagaimana kamu bisa kabur dari penjara, Suzy?” tanyaku padanya sambil menatapnya dengan tajam. Aku sedang mengambil kesempatan. Sekarang aku berkomunikasi dengannya karena Kinan telah beristirahat sebentar. Kami sedang berada di rumah kayu di dekat danau kecil. Ada pohon-pohon rindang yang menutupi seluruh tempat itu.Keseluruhan skenario itu, cara dia dan Kinan bersikap, membuatku berpikir mereka telah merencanakan hal ini sejak lama.Suzy terkekeh sinis seraya dia mengikat kakiku dengan tali tambang yang kuat, menggagalkan rencanaku untuk mencoba kabur. “Ternyata, bukan kamu saja yang memiliki sekutu, Laura,”