Laura“Apakah kamu hanya akan berdiri di sana tanpa mengatakan apa-apa, Laura?” Jason ingin tahu, masih memelototiku dan Gideon dengan tajam. “Sepertinya kalian sangat bersenang-senang sampai tidak sempat memperhatikan anakmu hanya untuk petualangan yang sia-sia,” tuduhnya lagi.Aku merasa tangan Gideon menjadi kaku di dalam genggamanku dan dia melangkah maju. “Kusarankan kamu menenangkan dirimu, Tuan, karena aku tidak akan membiarkanmu menghina kehormatan wanita ini selagi ada aku di sini,” katanya, menegur Jason dengan datar, rahangnya terkatup rapat dan tatapan matanya terlihat berbahaya.“Kamu pikir kamu siapa, menyuruh-nyuruh?” balas Jason dengan dagu yang menaik dan dada yang membusung.Aku harus menengahi mereka berdua. “Baiklah, tolong tenangkan diri kalian,” pintaku sambil mengacungkan tanganku. Setelah itu, aku menatap Gideon, berbicara dengan lembut padanya, “Biarkan aku menangani ini, kumohon. Aku tahu bagaimana harus menangani dia,” pintaku padanya. Aku bisa melihat ja
LauraSuzy dan aku sedang menyiapkan makan malam. Dia mencuci piring kotor dan aku sedang mempersiapkan salad sementara lasagna-nya sudah hampir siap. Dari dapur yang terbuka tempat kami berada, kami bisa melihat Jason dan Gideon duduk di sofa sambil berbincang dengan pelan sementara Anna melompat di depan televisi, mengikuti tarian kartun yang dimainkan di layar. Apakah kedua pria dewasa itu hanya berbincang atau sedang mengancam satu sama lain dengan ramah? Aku sudah memperjelas bagi mereka bahwa aku tidak ingin melihat mereka bertengkar di sana di depan Anna sama sekali.“Bagaimana menurutmu?” tanyaku pada Suzy dengan pelan sambil mengarahkan kepalaku ke arah kedua pria yang sedang duduk di sofa.“Kurasa apa yang Jason lakukan itu memalukan. Menggunakan anak itu untuk mendekatimu? Praktik kuno itu sangat salah sampai rasanya memalukan,” katanya, terkekeh.“Iya, ‘kan? Kupikir juga begitu,” komentarku sambil mengaduk salad dengan sendok kayu.“Aku harus memberi selamat pada Gideo
Laura“Makan malamnya enak. Aku senang makan malam bersama temanmu, putrimu, dan kamu,” kata Gideon sambil tersenyum. Kami berada di tempat parkir gedungku dan dia sedang berpamitan supaya dia bisa pergi. “Kenapa dia terus melihat kita?” tanyanya, menunjuk ke belakangku dengan dagunya.Aku melihat ke belakangku. Jason menyandarkan tubuhnya pada mobilnya, lengannya menyilang seraya dia memperhatikan Gideon dan aku berbincang. Setelah makan malam, kami berbincang selama beberapa jam sampai Anna tertidur. Aku menyuruh Jason untuk meninggalkan rumahku, tapi dia bilang dia perlu mengatakan hal yang penting padaku dan dia akan menungguku berpamitan dengan Gideon.Sekarang, aku menghela napas dengan keras dan perlahan mengusap lenganku. “Yah, kamu ingin bertemu dengan mantan suamiku, ‘kan? Karena kamu sudah bertemu dengannya, bagaimana pendapatmu tentang dia?” tanyaku.Dia terkekeh, memasang ekspresi wajah mengejek. “Dia adalah makhluk ternarsistik dan egois di dunia, tapi aku bisa membay
“Iya, dia mungkin seperti itu, tapi kamu tahu hatimu lemah untuk orang-orang seperti Will, orang yang intens sepertiku. Itulah kenapa kamu jatuh cinta padaku dan menikahiku,” ujarnya padaku. Jason dan aku pernah membicarakan karakter di salah satu buku fantasi yang kusukai dan dia berakhir mengatakan bahwa aku akan selalu memilih Will karena dia adalah karakter yang paling mirip dengannya. Hari itu, aku menyetujuinya karena aku berharap hubungan kami akan berjalan dengan baik lagi.“Yah, Will sangat melukaiku, jadi mungkin kali ini aku harus memberi Jem kesempatan” jawabku, yakin dengan perkataanku. “Omong-omong, apa yang kamu ingin katakan padaku?” tanyaku untuk merubah topik.Jason menghela napas dan memasukkan tangannya ke dalam saku. “Ini tentang Kinan. Kudengar dia kembali,” katanya. Aku bahkan tidak tahu apakah Kinan telah meninggalkan kota ini atau tidak, karena aku tidak peduli apa yang sedang dia lakukan. Dia dan aku tidak pernah berteman dan meskipun kami akhirnya sempat be
Laura“Apakah mereka sudah pergi?” tanya Suzy langsung ketika aku kembali ke apartemenku.“He-em,” jawabku, mengangguk, dan mengempaskan diriku ke sofa, merasa luar biasa lelah dan sakit kepala.“Hari yang panjang, ya?” komentarnya sambil terkekeh, melihat situasiku yang menyedihkan.Aku mengangguk dengan raut wajah tidak nyaman. “Jason sering membuat hal-hal menjadi jauh lebih rumit. Seolah-olah seluruh keributan yang dia buat di kantorku dan sekarang di hadapan Gideon belum cukup, dia memberitahuku bahwa Kinan mungkin akan menjadi ancaman bagi Anna,” kataku padanya.“Ancaman? Apa yang kamu bicarakan? Memangnya Anna yang malang sudah berbuat apa pada wanita itu?” tanyanya, merasa khawatir.“Masalahnya adalah Jason, untuk mengembalikan semua uangnya, mendaftarkan Anna sebagai pewaris sahnya, sehingga dia merebut hak yang Kinan miliki atas kekayaan itu. Jadi, dia berpikir Kinan tidak akan merasa tenang dengan hal ini. Lagi pula, dia akan menginginkan uangnya kembali, dan untuk itu
KinanTaksi berhenti di depan sebuah penjara, denganku di dalamnya. Butuh waktu lama bagiku untuk menemukan orang ini, tapi karena aku adalah wanita yang gigih, aku tidak pernah menyerah, seperti bagaimana aku tidak menyerah merebut kembali apa yang merupakan milikku.Aku turun dari taksi setelah membayar tarifnya dan beranjak ke arah penjara itu dengan langkah yang penuh tekad. Semuanya kacau ketika aku menemukan bahwa harta Jason s*alan itu telah direbut dariku. Aku terguncang dan tidak tahu apa yang harus dilakukan pada awalnya. Akan tetapi, setelah aku membersihkan kekacauan besar saat itu dan kembali ke Jakarta, aku menyadari bahwa hampir mustahil bagiku untuk menyentuh targetku karena Jason sudah waspada sekarang. Dia membuat semua orang mengawasi putrinya untuk melindunginya, tapi dia tidak benar-benar mengenalku. Aku selalu memiliki rencana.Kini saat aku sedang duduk di depan cermin penjara di bagian pengunjung, seorang lelaki mengenakan seragam oranye memasuki kabin dengan
LauraAku membiarkan dia memasuki ruang kerjaku. Graham Tanusaputera terlihat berbeda dari yang kuingat. Dia lebih tinggi dan lebih tua dari bertahun-tahun yang lalu. Graham telah membuangku di rumah bibiku ketika aku sedikit lebih tua daripada Anna sekarang.“Tinggal di sini dan jangan ikuti aku. Kamu hanya membebaniku,” katanya dulu, mendorongku ke arah bibiku. Aku ketakutan dan wajah bibiku yang berkerut membuatku takut. Aku ingin ikut dengan kakakku, tapi dia tidak memperbolehkannya. Dia jarang datang kembali untuk menemuiku. Sudah 10 tahun berlalu sejak aku terakhir melihatnya dan aku bahkan tidak mengira akan bertemu dengannya lagi.“Kudengar kabarmu baik,” komentarnya, melihat-lihat ruang kerjaku. “Aku bangga padamu,” ujarnya.“Kenapa kamu datang kemari? Setelah selama ini, aku terkesan kamu masih mengingatku,” kataku. Tenggorokanku terasa sesak. Setelah orang tuaku meninggal, Graham adalah satu-satunya keluargaku yang tersisa, tapi dia telah membuangku di rumah wanita itu y
Laura“Namun, dia adalah kakakku, Gideon. Kendati segalanya, dia dan aku memiliki darah yang sama,” kataku, membela pendapatku. Bagaimana mungkin aku tidak meletakkan diriku di posisi Graham? Dia adalah satu-satunya orang yang ada ketika orang tuaku masih hidup. Ketika aku melihat dia lagi, rasanya seperti membuka album kenangan dari masa kecilku yang kuhindari dengan segala cara. Aku pun mengingat kematian orang tuaku yang tiba-tiba dan seberapa besar hal itu memengaruhiku. Graham mungkin telah bersikap jahat padaku, tapi kami tetap memiliki darah yang sama.Gideon menghela napas dan memelukku, mencium puncak kepalaku. “Hatimu sangat baik sampai itu berbahaya, sayangku,” katanya, mengelus punggungku.Aku balik memeluknya, merasa emosional. Aku tahu Gideon mungkin benar, tapi aku mau tidak mau berharap kakakku mengatakan kebenarannya.“Coba jangan membiarkan dia masuk ke dalam hidupmu terlalu cepat sebelum kamu mengetahui apa niat dia yang sebenarnya,” sarannya, lalu tersenyum pada
Laura“Apakah ada masalah, sayang?” tanya Jason ketika dia dan aku berada cukup jauh dari yang lain. “Apakah kamu hanya merindukan suamimu?” godanya sambil memegangi pinggulku dan menarikku lebih dekat dengan jahil.Aku terkekeh sambil memutar bola mataku. “Itu bukan ide yang buruk,” jawabku sambil menatapnya dengan nafsu. Dia memiringkan wajahnya untuk menciumku, tapi sebelum dia melakukannya, aku lanjut berbicara setelah menarik napas singkat. “Namun, ada hal yang harus kuberi tahu.”Dia mengernyit. “Apakah itu ada kaitannya dengan anak-anak? Kamu tidak akan bilang kalau Daniel terjebak di atas pohon lagi, ‘kan?” tanyanya dengan curiga. Aku tertawa.Ada pohon di taman mansion kami. Daniel, salah satu dari si kembar, senang memanjat pohon itu karena dia lumayan hiperaktif. Namun, pohon itu terlalu besar untuk seukurannya. Suatu hari, kakinya tersangkut di salah satu ranting dan hampir melukai dirinya sendiri. Kami harus bergegas secepat mungkin ke rumah sakit dan para dokter pun h
Laura“Astaga, nona-nona, apakah kalian bersulang tanpaku? Aku ingin ikut juga,” kata Melanie, istri Albert, yang memasuki dapur. Dia juga ada di sana bersama kami, hanya saja dia sempat pergi sebentar.“Kita bisa bersulang bersamamu lagi, sayang,” jawabku padanya seraya Fia menuangkan anggur ke gelas kosong lainnya dan menyerahkannya kepadanya.“Nih, untukmu, sayang,” kata Fia sambil menyerahkan segelas anggur itu kepada Melanie.“Terima kasih, Fia. Kalian berdua baik sekali padaku,” katanya. Kami bertiga pun bersulang. “Bersulang untuk cinta, yuk?” usulnya.Melanie adalah wanita yang cantik. Albert dan aku telah menghabiskan waktu bersama selama beberapa waktu, dan karena kami telah menjadi lebih dekat karena hubungan keluarga kami, Melanie juga mulai menjadi dekat dengan kami. Dia adalah gadis yang baik dan rendah hati. Selain itu, dia sangat mudah akrab, jadi mudah untuk merasa nyaman di sekitarnya.“Itu adalah hal terbaik yang kita miliki, benar? Cinta?” jawabku sambil terse
Beberapa minggu kemudianLauraSaat itu adalah hari Minggu siang. Anak-anak sedang bermain di kolam renang. Jason dan teman-temannya sedang berbincang dan meminum bir sambil mempersiapkan barbeku. Ibuku dan Rosa sedang berjemur di samping kolam sambil bersenang-senang melihat anak-anak bermain. Fia dan aku sedang berbagi pengalaman di dapur selagi kami mempersiapkan makan siang.Sebenarnya, akulah yang mempersiapkan makan siang karena Fia tidak bisa masak dan sangat ceroboh di dapur. Namun, aku tidak peduli. Aku malah merasa itu lucu. Belum lagi, aku suka memasak untuk semua orang, termasuk Fia. Dia telah melakukan banyak hal untukku sehingga aku berterima kasih padanya meskipun dia hanya melakukan hal yang minimum.“Wah! Saladnya terlihat luar biasa, Lau. Kamu hebat sekali,” puji Fia dengan gembira saat dia melihat makanannya.“Terima kasih banyak, sayang. Ini namanya salad khas Milan dan ini cocok sekali dimakan dengan daging merah,” kataku sambil tersenyum.“Oh, benar. Itu kel
Laura“Astaga, kamu terlihat cantik sekali!” seru Fia, senang sekali, memandangku dengan mata yang penuh perasaan.“Apakah menurutmu aku benar-benar terlihat cantik?” tanyaku sambil tersenyum kecil seraya aku memandang cermin dan meluruskan gaunku.Aku sudah selesai berdandan dan siap untuk pernikahannya. Tidak seperti gaun yang pertama, gaun ini lebih sederhana dan lebih nyaman. Ada karangan bunga di kepalaku dan rambutku digerai di sekitar pundakku. Riasan wajahku ringan dan percaya diri. Senyumanku cantik di wajahku.“Kamu terlihat memesona, Laura. Aku yakin Jason akan jatuh cinta lagi ketika dia melihatmu,” jawabnya dengan semangat.“Bibi Fia benar, Mama,” kata Anna sambil memandangku dengan mata penuh cinta. “Mama terlihat cantik bagaimanapun itu.”“Astaga, sayangku.” Aku tersenyum dan memeluknya. “Terima kasih, tuan putriku. Sekarang, sebaiknya kita pergi, Papa telah menunggu lama sekali.”Tidak seperti pagi itu ketika Jason dan aku akan menikah di kapel, sekarang kami mem
LauraAku sedang mengenakan jubah berbulu setelah mandi dengan air panas, jadi aku bisa pulang dengan aman bersama keluargaku dan orang-orang yang kusayangi.Fia ada di sana bersamaku, merawatku dan menghiburku melalui peristiwa menegangkan yang baru saja kualami beberapa saat yang lalu.“Bagaimana reaksi para tamu ketika kamu harus mengumumkan bahwa pernikahannya dibatalkan?” tanyaku padanya saat dia dengan pelan menyisir rambutku.Dia terkekeh dengan lemah sekarang. “Seperti biasa, terkejut dan berspekulasi, tapi kamu tidak perlu memikirkan hal itu. Yang penting adalah kamu ada di sini dengan aman,” katanya padaku.“Hmm, tidak apa-apa.”“Kuharap Suzy tidak pernah keluar dari penjara lagi dan dia akan dikirimkan ke penjara dengan keamanan tingkat tertinggi di sisi lain dunia supaya dia tidak pernah bisa melarikan diri dari sana,” katanya, membuatku sedikit tertawa.“Itu benar, Fia. Kinan juga mendapatkan akhir yang dia cari, semua karena keserakahannya,” komentarku, lalu aku me
LauraAir di dalam danau itu dingin meskipun saat itu masih musim kemarau. Tubuh Kinan dan perabotan masih terikat denganku, mencengkeramku dan menarikku ke dasar danau. Aku mencoba membebaskan diriku dari mayatnya, mendorongnya menjauh dariku, dan mencoba berenang ke permukaan. Akan tetapi, dengan tangan yang terikat, itu bukanlah hal yang mudah.Ada air yang memasuki lubang hidung dan mulutku, membuatku panik. Aku mencoba melepaskan diriku dari ikatan di pergelangan tanganku dan mencoba memperjuangkan hidupku. Namun, dengan tangan yang terikat, aku pasti mati. Ketika aku mempertimbangkan untuk menyerah, aku merasa tangan Jason yang kuat mencengkeram pinggulku dan menarikku ke permukaan.Jason berenang bersamaku ke dek yang ada di dekat sana. Petugas polisi dan petugas pemadam kebakaran menarik kami keluar dari air. Aku terbatuk-batuk dan memuntahkan air yang telah kutelan. Gaun pengantin dan rambutku basah oleh air. Tubuhku gemetar karena kedinginan dan Jason pun memelukku. Mereka
Laura“Sudah kubilang lepaskan dia!” Matanya menyala dengan amarah.Kinan terlepas dariku dan berdiri di samping Suzy, menertawaiku dengan lantang. Suzy tetap mengarahkan pistolnya kepadaku, menatapku dengan tajam, seakan-akan dia sudah mendapatkan aku di tempat yang dia inginkan.“Apakah kamu tahu sudah berapa kali aku memimpikan momen ini, Laura? Aku akhirnya akan membunuhmu,” katanya, hatinya dipenuhi oleh kebencian dan dendam.Aku menghela napas di saat itu. Bayangan anak-anakku dan suamiku terbesit di benakku. Aku memikirkan tentang hal-hal yang masih bisa kulalui bersama mereka dan ditemani mereka. Meskipun aku sangat menyesali hal itu di hatiku pada saat itu, aku tidak takut mati. Aku memiliki jiwa yang bersih dan tidak memiliki penyesalan sedikit pun.“Aku hanya bisa berduka tentangmu, Suzy,” kataku pada akhirnya, berpikir hidupku akan berakhir pada saat itu.Namun, mengejutkan bagiku, ketika dia menarik pelatuknya, seseorang mendorongnya dengan sangat keras sehingga dia
LauraAku sedang menunggu sebuah kesempatan untuk kabur dari tempat itu. Itu tidak semudah yang kubayangkan dan mereka tidak memberiku jeda sedikit pun. Tepat ketika kukira aku memiliki waktu untuk merencanakan pelarian diri, Kinan dan Suzy melepaskan ikatanku dan membawaku ke sebuah kapal pesiar kecil. Mereka terlihat gugup, seakan-akan mereka telah menerima sebuah peringatan atau semacamnya.“Apa yang kalian lakukan? Kalian mau membawaku ke mana?” tanyaku seraya mereka memaksaku untuk berjalan di dek danau. Gaun pengantinku merayap di bawah papan kayu, tanganku masih terikat.“Diam saja. Itu bukan urusanmu,” jawab Kinan dengan kasar.Aku menghela napas pasrah dan memandang ke semua tempat untuk fokus pada apa pun yang bisa membantuku nanti. Namun, dalam gelombang harapan, aku sudah mendengar suara-suara helikopter beroda mobil menghampiri tempat itu. Jason telah menangkap mereka. Akhirnya!“Itu Jason,” gumamku dengan penuh emosi. Sesaat, aku sempat kehilangan harapan dan berpiki
LauraTangan-tanganku terikat di belakang tubuhku di sebuah kursi seraya aku menghadap Suzy di hadapanku. Aku tidak tahu bagaimana dia telah berhasil melarikan diri dari penjara dan memasuki mansion untuk menculikku dan membawaku ke tempat ini. Aku mencoba memahami itu semua. Itu adalah hari pernikahanku, tapi tetap saja, orang-orang ini tidak mau membiarkan aku sendirian.“Bagaimana kamu bisa kabur dari penjara, Suzy?” tanyaku padanya sambil menatapnya dengan tajam. Aku sedang mengambil kesempatan. Sekarang aku berkomunikasi dengannya karena Kinan telah beristirahat sebentar. Kami sedang berada di rumah kayu di dekat danau kecil. Ada pohon-pohon rindang yang menutupi seluruh tempat itu.Keseluruhan skenario itu, cara dia dan Kinan bersikap, membuatku berpikir mereka telah merencanakan hal ini sejak lama.Suzy terkekeh sinis seraya dia mengikat kakiku dengan tali tambang yang kuat, menggagalkan rencanaku untuk mencoba kabur. “Ternyata, bukan kamu saja yang memiliki sekutu, Laura,”