LauraKetika aku menciumnya, Gideon tertawa, agak terkejut oleh tindakanku yang tiba-tiba. “Astaga, aku suka sekali ketika kamu mengejutkanku seperti itu,” katanya dengan tangannya di wajahku, masih memenuhi bibirku dengan ciuman.“Apakah kamu menyukainya?” tanyaku dengan sedikit lihai, tanganku melingkari lehernya.“He-em, aku sangat menyukainya,” jawabnya, dan dia mencium bibirku dengan hangat dan menggoda, mengusap punggungku dan dengan pelan mencengkeram pinggulku, jelas-jelas ingin aku mendekat padanya.Aku terkejut oleh bagaimana Gideon bisa membuatku tertarik padanya hanya dengan sedikit usaha. Dia menciumku dengan cara yang begitu eksotis dan penuh gairah sehingga ciumannya menyebarkan listrik ke seluruh tubuhku, sampai ke ujung jari kakiku. Dia tahu bagaimana cara menggunakan lidahnya di dalam mulutku seperti maestro sejati dalam seni berciuman. Dia bisa membuatku menyentuh langit dengan hanya sedikit usaha.“Bagaimana bisa kamu menyuruhku menjauh ketika aku sudah tergila
Laura“Apakah kamu hanya akan berdiri di sana tanpa mengatakan apa-apa, Laura?” Jason ingin tahu, masih memelototiku dan Gideon dengan tajam. “Sepertinya kalian sangat bersenang-senang sampai tidak sempat memperhatikan anakmu hanya untuk petualangan yang sia-sia,” tuduhnya lagi.Aku merasa tangan Gideon menjadi kaku di dalam genggamanku dan dia melangkah maju. “Kusarankan kamu menenangkan dirimu, Tuan, karena aku tidak akan membiarkanmu menghina kehormatan wanita ini selagi ada aku di sini,” katanya, menegur Jason dengan datar, rahangnya terkatup rapat dan tatapan matanya terlihat berbahaya.“Kamu pikir kamu siapa, menyuruh-nyuruh?” balas Jason dengan dagu yang menaik dan dada yang membusung.Aku harus menengahi mereka berdua. “Baiklah, tolong tenangkan diri kalian,” pintaku sambil mengacungkan tanganku. Setelah itu, aku menatap Gideon, berbicara dengan lembut padanya, “Biarkan aku menangani ini, kumohon. Aku tahu bagaimana harus menangani dia,” pintaku padanya. Aku bisa melihat ja
LauraSuzy dan aku sedang menyiapkan makan malam. Dia mencuci piring kotor dan aku sedang mempersiapkan salad sementara lasagna-nya sudah hampir siap. Dari dapur yang terbuka tempat kami berada, kami bisa melihat Jason dan Gideon duduk di sofa sambil berbincang dengan pelan sementara Anna melompat di depan televisi, mengikuti tarian kartun yang dimainkan di layar. Apakah kedua pria dewasa itu hanya berbincang atau sedang mengancam satu sama lain dengan ramah? Aku sudah memperjelas bagi mereka bahwa aku tidak ingin melihat mereka bertengkar di sana di depan Anna sama sekali.“Bagaimana menurutmu?” tanyaku pada Suzy dengan pelan sambil mengarahkan kepalaku ke arah kedua pria yang sedang duduk di sofa.“Kurasa apa yang Jason lakukan itu memalukan. Menggunakan anak itu untuk mendekatimu? Praktik kuno itu sangat salah sampai rasanya memalukan,” katanya, terkekeh.“Iya, ‘kan? Kupikir juga begitu,” komentarku sambil mengaduk salad dengan sendok kayu.“Aku harus memberi selamat pada Gideo
Laura“Makan malamnya enak. Aku senang makan malam bersama temanmu, putrimu, dan kamu,” kata Gideon sambil tersenyum. Kami berada di tempat parkir gedungku dan dia sedang berpamitan supaya dia bisa pergi. “Kenapa dia terus melihat kita?” tanyanya, menunjuk ke belakangku dengan dagunya.Aku melihat ke belakangku. Jason menyandarkan tubuhnya pada mobilnya, lengannya menyilang seraya dia memperhatikan Gideon dan aku berbincang. Setelah makan malam, kami berbincang selama beberapa jam sampai Anna tertidur. Aku menyuruh Jason untuk meninggalkan rumahku, tapi dia bilang dia perlu mengatakan hal yang penting padaku dan dia akan menungguku berpamitan dengan Gideon.Sekarang, aku menghela napas dengan keras dan perlahan mengusap lenganku. “Yah, kamu ingin bertemu dengan mantan suamiku, ‘kan? Karena kamu sudah bertemu dengannya, bagaimana pendapatmu tentang dia?” tanyaku.Dia terkekeh, memasang ekspresi wajah mengejek. “Dia adalah makhluk ternarsistik dan egois di dunia, tapi aku bisa membay
“Iya, dia mungkin seperti itu, tapi kamu tahu hatimu lemah untuk orang-orang seperti Will, orang yang intens sepertiku. Itulah kenapa kamu jatuh cinta padaku dan menikahiku,” ujarnya padaku. Jason dan aku pernah membicarakan karakter di salah satu buku fantasi yang kusukai dan dia berakhir mengatakan bahwa aku akan selalu memilih Will karena dia adalah karakter yang paling mirip dengannya. Hari itu, aku menyetujuinya karena aku berharap hubungan kami akan berjalan dengan baik lagi.“Yah, Will sangat melukaiku, jadi mungkin kali ini aku harus memberi Jem kesempatan” jawabku, yakin dengan perkataanku. “Omong-omong, apa yang kamu ingin katakan padaku?” tanyaku untuk merubah topik.Jason menghela napas dan memasukkan tangannya ke dalam saku. “Ini tentang Kinan. Kudengar dia kembali,” katanya. Aku bahkan tidak tahu apakah Kinan telah meninggalkan kota ini atau tidak, karena aku tidak peduli apa yang sedang dia lakukan. Dia dan aku tidak pernah berteman dan meskipun kami akhirnya sempat be
Laura“Apakah mereka sudah pergi?” tanya Suzy langsung ketika aku kembali ke apartemenku.“He-em,” jawabku, mengangguk, dan mengempaskan diriku ke sofa, merasa luar biasa lelah dan sakit kepala.“Hari yang panjang, ya?” komentarnya sambil terkekeh, melihat situasiku yang menyedihkan.Aku mengangguk dengan raut wajah tidak nyaman. “Jason sering membuat hal-hal menjadi jauh lebih rumit. Seolah-olah seluruh keributan yang dia buat di kantorku dan sekarang di hadapan Gideon belum cukup, dia memberitahuku bahwa Kinan mungkin akan menjadi ancaman bagi Anna,” kataku padanya.“Ancaman? Apa yang kamu bicarakan? Memangnya Anna yang malang sudah berbuat apa pada wanita itu?” tanyanya, merasa khawatir.“Masalahnya adalah Jason, untuk mengembalikan semua uangnya, mendaftarkan Anna sebagai pewaris sahnya, sehingga dia merebut hak yang Kinan miliki atas kekayaan itu. Jadi, dia berpikir Kinan tidak akan merasa tenang dengan hal ini. Lagi pula, dia akan menginginkan uangnya kembali, dan untuk itu
KinanTaksi berhenti di depan sebuah penjara, denganku di dalamnya. Butuh waktu lama bagiku untuk menemukan orang ini, tapi karena aku adalah wanita yang gigih, aku tidak pernah menyerah, seperti bagaimana aku tidak menyerah merebut kembali apa yang merupakan milikku.Aku turun dari taksi setelah membayar tarifnya dan beranjak ke arah penjara itu dengan langkah yang penuh tekad. Semuanya kacau ketika aku menemukan bahwa harta Jason s*alan itu telah direbut dariku. Aku terguncang dan tidak tahu apa yang harus dilakukan pada awalnya. Akan tetapi, setelah aku membersihkan kekacauan besar saat itu dan kembali ke Jakarta, aku menyadari bahwa hampir mustahil bagiku untuk menyentuh targetku karena Jason sudah waspada sekarang. Dia membuat semua orang mengawasi putrinya untuk melindunginya, tapi dia tidak benar-benar mengenalku. Aku selalu memiliki rencana.Kini saat aku sedang duduk di depan cermin penjara di bagian pengunjung, seorang lelaki mengenakan seragam oranye memasuki kabin dengan
LauraAku membiarkan dia memasuki ruang kerjaku. Graham Tanusaputera terlihat berbeda dari yang kuingat. Dia lebih tinggi dan lebih tua dari bertahun-tahun yang lalu. Graham telah membuangku di rumah bibiku ketika aku sedikit lebih tua daripada Anna sekarang.“Tinggal di sini dan jangan ikuti aku. Kamu hanya membebaniku,” katanya dulu, mendorongku ke arah bibiku. Aku ketakutan dan wajah bibiku yang berkerut membuatku takut. Aku ingin ikut dengan kakakku, tapi dia tidak memperbolehkannya. Dia jarang datang kembali untuk menemuiku. Sudah 10 tahun berlalu sejak aku terakhir melihatnya dan aku bahkan tidak mengira akan bertemu dengannya lagi.“Kudengar kabarmu baik,” komentarnya, melihat-lihat ruang kerjaku. “Aku bangga padamu,” ujarnya.“Kenapa kamu datang kemari? Setelah selama ini, aku terkesan kamu masih mengingatku,” kataku. Tenggorokanku terasa sesak. Setelah orang tuaku meninggal, Graham adalah satu-satunya keluargaku yang tersisa, tapi dia telah membuangku di rumah wanita itu y
LauraKILAS BALIKBeberapa saat kemudian, aku berjalan menyusuri taman rumah besar Santoso di Bekasi dengan Rosa di sampingku. Kami sedang membicarakan kebodohan wanita selagi dia dan aku membentuk ikatan karena dia adalah ibu Jason dan aku akan menjadi istri Jason. Kami perlu terbiasa dengan satu sama lain dan itu tidak sulit bagiku.“Hm, jadi maksudmu kamu bertemu dengannya di kampus dan memiliki romansa klise sebelum dia memintamu menikah dengannya?” tanyanya, setengah mengejek.“Iya, kami bertemu di kampus, tapi tentang klise itu, kurasa kamu tahu bahwa sebenarnya tidak begitu, Rosa,” jawabku sambil tertawa kecil.Dia memutar bola matanya, masih bercanda. “Tentu saja aku tahu. Jason itu tidak normal. Aku mengenal anak laki-laki yang kulahirkan.” Dia menggelengkan kepalanya seakan-akan dia mengetahui semua eksploitasi putranya dan tidak merendahkan.“Itu jadi membuatku yakin lagi. Untunglah kamu sadar terhadap situasinya,” komentarku sambil tersenyum kecil dan kemudian memanda
LauraKILAS BALIKJadi, Jason membawaku ke Bekasi, tempatku bertemu dengan keluarganya. Seperti yang diduga, ibunya adalah wanita yang manis, sangat penyayang dan perhatian sehingga aku ingin menjadi dekat dengannya. Dia tidak membuatku merasa aneh atau seperti ikan yang berada di luar air. Malah sebaliknya, aku merasa disambut dan dihargai oleh kedua wanita di dalam hidup Jason, yaitu ibunya dan neneknya.“Hidangan ini luar biasa, Rosa. Selamat,” kataku, memuji makanannya dengan senyuman manis. Ibu mertuaku telah mempersiapkan hidangan indah yang dimasak sendiri dengan penuh cinta dan perhatian karena dia ingin menyenangkan aku. Itu berarti segalanya bagiku.“Aduh, terima kasih banyak, cantikku. Untunglah kamu menyukainya,” katanya sambil tersenyum konyol mendengar pujian itu. “Jason pilih-pilih makanan, jadi dia jarang memuji masakanku. Untunglah setidaknya kamu berbeda dengannya.” Dia tertawa, dengan pelan menarik telinga putranya dan membuatnya mengernyit.“Duh, Rosa,” kata Ka
LauraKILAS BALIK“Karena kamu sudah berjanji pada ibuku, apakah kamu masih berpikir untuk menolak ajakanku?” tanya Jason, memasukkan ponselnya kembali ke dalam sakunya.Aku menghela napas pasrah sambil tersenyum. “Sebenarnya, akan menyenangkan bertemu dengannya,” jawabku, benar-benar menginginkan itu. Jason telah mengejutkanku dengan menelepon ibunya dengan sangat tiba-tiba, tapi aku tidak dapat menjelaskan bagaimana berbicara dengan Rosa telah membuatku merasa lebih tenang. Tampaknya dia adalah wanita periang yang tidak akan bersikap arogan padaku atau merendahkan aku karena aku berasal dari realitas yang berbeda dari mereka. Jadi, aku ingin bertemu dengannya dan melaksanakan pernikahannya.“Hm, kalau begitu sebaiknya kita segera mengemasi barang-barangmu, benar? Di mana kamarmu?” tanyanya, sudah beranjak menyusuri lorong rumah kecil bibiku.“Ya ampun … di sana,” kataku sambil menunjuk ke arah yang benar.“Ruangan tuan putri, ya,” komentarnya sambil terkekeh ketika dia melihat
LauraKILAS BALIKKetika aku membuka pintu siang itu, mataku membelalak terkejut melihat Jason tepat di hadapanku. “Jason? Kamu di sini? Bagaimana kamu bisa datang ke tempat ini?” tanyaku, masih tertegun.Saat itu, sudah beberapa hari berlalu sejak dia memakaikan cincin perjanjian di jariku dengan cara yang sangat aneh. Cincin itu masih berada di jariku dan aku terus memperhatikannya, mengamatinya untuk meyakinkan bahwa itu nyata dan aku benar-benar merupakan tunangan Jason Santoso dan bukan sedang bermimpi gila.Namun, Jason sedang berdiri di depan pintu rumah bibiku, mengenakan celana jin biru tua, kaus polo putih, dan jaket kulit hitam yang aku yakin lebih mahal dari rumah yang sedang kutinggali. “Aku datang dengan mobil,” jawabnya dengan tenang, menunjuk ke tangga, yang berarti dia telah memarkirkan mobilnya di bawah sana, di samping gedung tempat rumah bibiku.“Oh, begitu ….” Aku menghela napas, tidak tahu apa yang harus kukatakan. Aku tidak tahu dia mengetahui tempat tinggal
LauraBeberapa saat kemudian, Jason dan aku bergandengan tangan sambil menyusuri pasir putih pantai di bawah cahaya terik seraya angin sejuk dari laut yang berwarna hijau toska datang pada kami, bermain-main dengan rambutku dan sedikit mengangkat rok pantaiku.“Matahari, pantai, wanitaku di sisiku … ah! Aku bisa dengan mudah terbiasa dengan ini semua, Lau,” komentar Jason sambil mengangkat kepalanya sedikit, menghirup udara yang menyegarkan. Dia begitu tidak tertahankan, dengan pakaian ringan dan kacamata hitam di matanya. Dia terlihat seperti salah satu pria tampan di film-film. “Kita bisa tinggal di sini selamanya. Bagaimana menurutmu?” Dia tersenyum padaku.Aku terkekeh. “Harus kuakui, itu cukup menggoda,” jawabku, merapikan rambut cokelatku yang bergelombang. “Omong-omong, tempat ini tepatnya ada di mana?” tanyaku. Apakah kami masih di Indonesia? Ataukah teman-teman kami mengirim kami ke suatu pulau tropis di negara lain?“Yang pasti, kita ada di selatan. Ini pasti pulau pribad
LauraSetelah sarapan, dia dan aku menghabiskan waktu yang lama berpelukan di sofa ruang tengah. Dengan dia duduk di sofa dan aku duduk di pangkuannya, tanganku melingkari pundaknya dan memeluknya, sementara lengannya juga melingkari pinggangku, tangannya mengelus punggungku. Kami membicarakan topik yang ringan dan lucu dan tertawa dengan lebih tulus, mengingat masa-masa indah dan hari-hari ketika kami bahagia.Di suatu titik, dia mengundangku untuk berjalan-jalan di luar, hanya untuk menghirup udara segar dan berjalan-jalan di pantai bersama sebentar.“Bagaimana pergelangan kakimu? Apakah kamu bisa berjalan nanti?” tanyanya seraya mengusap kakiku.“Masih sedikit sakit, tapi tidak separah kemarin. Jadi, sepertinya aku bisa berjalan tanpa masalah besar,” jawabku dengan tanganku di otot lengannya, sementara tanganku yang lain memeluk pundaknya.“Baiklah, tapi jika kamu sudah tidak bisa menahannya lagi, aku akan menggendongmu di punggungku,” ujarnya, membuatku tertawa kecil.“Hm, un
LauraNamun, kemarin, setelah ciuman itu, semuanya muncul ke permukaan seperti pelepasan energi yang besar. Tahu-tahu, aku sudah terbungkus oleh dirinya, menggerakkan diriku sendiri dengan lebih gila dan naluriah, menaikinya seolah-olah aku adalah seorang penunggang dan dia adalah kudaku. Dia melahapku seolah-olah dia ingin membunuhku dengan kenikmatannya. Sangat gila dan liar.Namun, hari ini, semua itu sudah berlalu. Akan tetapi, hasrat di dalam diri kami belum hilang—hasrat itu masih ada, tapi lebih hangat, seperti api yang lemah dan terus menyala yang akan menjadi api unggun besar begitu kami menuangkan bahan bakar di atasnya.Namun, apa jadinya kalau begitu? Apakah kami akan berhubungan badan lagi seharian? Apakah kami akan bercinta semalaman hingga kami tidak dapat melakukannya lagi dan ketika kami terbangun besoknya, kami akan terus melanjutkan dosis itu hingga kami terjatuh di ranjang dan mati? Apakah itu tujuan akhirnya? Apakah itu alasan kami ada di sini? Kendati tempat ya
LauraMalah, Jason telah menyaingi dirinya sendiri. Meja sarapan itu sangat indah dan tertata dengan rapi dengan hidangan pertama yang luar biasa. Ada roti panggang, telur dan daging asap, jus stroberi, jus jeruk, buah-buahan seperti jeruk, kiwi, dan anggur, diimbangi oleh kopi enak yang telah dia buat dengan baik. Dia menyajikannya padaku dengan berhati-hati. Ketika aku mencicipi masakannya, rasanya sempurna.“Sejauh ini luar biasa. Kamu hebat,” kataku padanya sambil memotong sepotong daging asap dan telur dan memasukkannya ke dalam mulutku untuk mencoba lebih banyak.Dia terkekeh mendengar pujianku dan menjawab sambil menuangkan lebih banyak jus jeruk ke gelasku. “Untunglah usahaku membuahkan hasil.” Otot lengannya menegang seraya dia memegang teko untuk mengisi gelasku dengan jus jeruk. Aku tidak bisa berhenti mengagumi Jason. Dia adalah pria yang luar biasa seksi. Cara dia menatapku dan memberiku tatapan menggoda memperjelas bahwa dia tahu betul efek yang dia berikan padaku.“H
LauraDi hari pertama di pulau itu, Jason dan aku menghabiskan seharian menempel dengan satu sama lain, tidak dapat memisahkan diri kami bahkan satu menit pun. Perasaan yang kami miliki adalah seolah-olah dia dan aku telah memasuki semacam realitas lain, sebuah mimpi atau gelembung ekstasi tempat aku dan dia bisa bersama tanpa diganggu dari semua permasalahan yang memisahkan kami. Karena itu, dia dan aku sangat takut sesuatu atau seseorang akan datang untuk memecahkan gelembung ini atau membangunkan kami ke kenyataan bahwa kami akan berpisah lagi.Dia dan aku seperti dua orang yang nekat dan gila, bertingkah seakan-akan kami melakukan hal yang sangat kami inginkan tapi sangat dilarang. Kami tidak dapat berbicara atau melakukan apa pun selain membiarkan tubuh kami menari dalam kenikmatan dan kegilaan ekstrem yang berbahaya. Ranjangnya menjadi terlalu kecil bagi kami untuk mematikan api yang membakar tubuh kami dari dalam.Bagiku, tidak ada pria lain di seluruh dunia yang bisa menutup