Share

Bab 182

Penulis: Meminger
Tama

Lucu sekali melihat potongan-potongan kertas itu mengenai kami dan kemudian terjatuh ke lantai seolah itu bukanlah apa-apa. Seolah segala sesuatunya selalu mendesak dan tidak terkendali. Setelah bertahun-tahun menjaga segala sesuatunya dengan sehat dan pada tempatnya, sekarang, dengan tiba-tiba, segalanya menjadi berantakan. Dua orang ibu hamil sedang merebutkan masa depan anak mereka.

Selama beberapa saat, aku percaya bahwa Fia dan aku bisa hidup dengan bahagia bersama ditemani oleh ketiga anak kami, termasuk bayi Suzy, tapi sekarang perasaan sebenarnya terungkap di tengah-tengah panasnya pertengkaran itu, aku menyadari bahwa mimpiku terlalu berani. Itu tidak akan pernah terjadi.

“Aku akan menghabisimu. Aku bersumpah aku akan menghabisimu,” ancam Fia, masih mencoba untuk melepaskan dirinya dari tanganku untuk menyerang Suzy, tapi perkataannya terbelit-belit karena dia menangis dan marah.

“Ayo keluar dari sini, Fia, kumohon. Kamu tidak perlu melalui hal ini. Pikirkanlah putra
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kembalilah Padaku   Bab 183

    Laura“Apakah kamu yakin aku tidak perlu ke sana?” tanyaku dengan tanganku di atas jantungku, sangat mengkhawatirkan temanku setelah mengetahui bahwa dia jatuh sakit dan sekarang sedang ada di klinik dan dirawat oleh dokter.“Iya, iya, dia hanya sedang berobat dengan benar. Dokter bilang tekanan darahnya terlalu tinggi karena emosi yang keluar. Sekarang, dia sedang istirahat dan tidak dalam bahaya. Kamu tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya. Semuanya sudah dalam kendali sekarang,” kata Tama dari ujung telepon.Aku menghela nafas, benar-benar mengkhawatirkan Fia. Aku telah memperingatinya bahwa bukan ide bagus baginya untuk stres karena kehamilan Suzy, tapi gadis itu tampak telah menautkan sesuatu dalam kepalanya sampai tidak ada satu pun orang yang bisa mengubah pikirannya.“Baiklah. Kabari aku, Tama,” pintaku.“Tentu saja, aku akan memberimu kabar, kamu tidak perlu memintanya. Bagaimana dengan Abel? Apakah dia baik-baik saja?” tanyanya, mengkhawatirkan putrinya.“Dia menanyakan

  • Kembalilah Padaku   Bab 184

    “Apa maksudmu? Apa yang terjadi?” tanyanya, terdengar benar-benar khawatir. Lagi pula, Anna adalah putrinya.“Ternyata kamu, seperti biasa, tidak memedulikan konsekuensinya dan membuka mulut sampahmu untuk menyinggung hal-hal buruk itu pada Suzy,” kataku.“Apa? Apakah kamu dan temanmu hanya bersabar dengannya karena anak Tama yang sedang dia kandung dalam perutnya?” tanyanya dengan natural.“Fia dan aku tidak hanya sedang bersabar dengannya, Jason. Aku tahu kamu sedikit sosiopat yang tidak memedulikan perasaan orang lain, tapi cobalah gunakan mulutmu dengan lebih hati-hati supaya kamu tidak melukai orang lain, terutama jika itu mengenai wanita hamil. Setidaknya, cobalah untuk melakukan itu ketika kamu berada di rumahku,” kataku tidak sabar, mengingat masalah besar yang telah dia timbulkan terhadapku.“Em, apakah itu berarti aku bisa lebih sering berkunjung ke rumahmu?” tanyanya dengan senyum nakal.Aku hanya menghela nafas, mengetahui bahwa pria itu sudah tidak tertolong. “Aku ser

  • Kembalilah Padaku   Bab 185

    Laura Malam itu, aku hampir tidak tidur sama sekali. Memikirkan mengenai apa yang terjadi di pesta Anna, pikiranku berpindah-pindah memikirkan antara Fia dan Suzy. Apakah mereka membenci satu sama lain sekarang? Apakah mereka bermusuhan sekarang? Lalu, bagaimana jadinya permasalahan mengenai anak-anaknya? Karena Suzy sekarang telah melanggar kesepakatan dengan Fia, apakah dia akan mengasuh bayinya sendiri? Kuharap begitu, tapi juga jika seseorang sedang tidak mampu mengasuh seorang anak, akan lebih baik jika mereka mencari alternatif lain.Saat itu hampir pukul 5 pagi ketika aku terbangun, tidak tidur sama sekali, dan aku terus berpikir dan berpikir. Apakah yang telah Jason katakan mengenai Suzy itu benar? Apakah dia melihatku sebagai sosok ibu dan menjadi terikat denganku? Apakah dia memercayai bahwa kami akan menjadi sebuah keluarga?“Aku berakhir membodohi diriku sendiri…,” Aku memikirkan mengenai perkataan Suzy padaku. “membuat ilusi di kepalaku, dan berpikir bahwa kalian bisa

  • Kembalilah Padaku   Bab 186

    FiaKetika kesadaranku kembali untuk menaatiku, aku membuka mataku, menatap ke langit-langit putih dari kamar klinik tempatku berada. Ada suara bip dari mesin medis dan jarum yang tertancap ke lenganku. Saat itu sudah pagi, aku bisa mengetahuinya karena sinar matahari pagi memasuki jendela ruangan tempatku dirawat dan karena kicauan burung di luar.Aku juga menyadari bahwa Tama meringkuk di dipan di samping ranjangku seraya dia tidur, memegang tanganku yang bebas. Dia tertidur dengan lelap, mendengkur dengan pelan. Aku mengernyitkan dahi dengan lemah, tidak memahami apa yang dia lakukan di sana. Maksudku, dia tahu bahwa aku telah mengkhianatinya, tapi dia masih berada di sana, memegang tanganku.Aku mencoba mengangkat tanganku untuk mengusap dahiku, tapi selang yang dimasukkan ke dalam pembuluh darahku membuat lenganku sakit karena pergerakan yang tiba-tiba, jadi aku meringis melalui gigiku, mengerang kesakitan.“Apa?” kata Tama ketika dia terbangun, itu sudah cukup untuk membuatny

  • Kembalilah Padaku   Bab 187

    “Fia, kamu tidak perlu melakukan semua itu. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu hanya karena itu. Aku tidak menikahimu karena ingin memiliki anak. Aku menikahimu karena aku mencintaimu dan aku akan selalu mencintaimu,” katanya, menggenggam tanganku.Namun, aku menarik tanganku. “Walaupun begitu, aku masih merasa tidak berguna sebagai seorang wanita, Tama. Rasanya seperti aku gagal dalam sesuatu,” ujarku, mengusap mataku yang berair.“Oh, Fia… Kita tidak perlu melalui semua hal ini. Kita berdua telah membuat banyak kesalahan… Itu di luar kendali kita. Pernikahan kita hampir berakhir karenanya… Oh, sayangku…,” gumam Tama, juga menangis. “Maafkan aku karena suatu hari kita melupakan alasan sebenarnya kita menikah. Anak-anak bukanlah segalanya dalam suatu pernikahan. Hal yang terpenting adalah kita sebagai pasangan mencintai dan mendukung satu sama lain setiap hari, tapi kita mengenyampingkan itu dan membakar hati kita dengan keinginan untuk menjadi orang tua sampai kita berakhir merusa

  • Kembalilah Padaku   Bab 188

    LauraBeberapa minggu kemudian“Bagaimana jika perayaan penyambutan bayinya bertema warna hijau?” tanya Fia padaku ketika kami sedang berbincang di telepon.“Em, sepertinya akan konseptual. Akan sedikit berbeda dari merah muda dan biru seperti biasanya,” jawabku, melihat ke luar jendela mobil. Aku sedang pergi ke kantor Perusahaan Williams untuk pekerjaan.Seperti yang diprediksi, kerja sama antara Williams Jewels dan Hextec sukses besar sampai kedua perusahaan tersebut sedang dalam masa kejayaannya. Bahkan lebih dari itu karena Albert Williams, CEO dari Perusahaan Williams, telah menyarankan bahwa Hextec tidak hanya berperan dalam pemasaran digital terhadap produk-produk perusahaannya, tetapi juga berpartisipasi dalam pembuatan desain perhiasan yang jauh lebih elegan dari apa yang telah dibuat sampai sekarang. Hextec, untuk pertama kalinya, akan berpartisipasi dalam pembuatan suatu produk, yang merupakan salah satu tujuan utama kami. Ini tentunya membuatku merasa terpenuhi.“Kamu

  • Kembalilah Padaku   Bab 189

    Asisten rapat menunjukkan tempat duduk yang langsung kududuki setelah menyapa semua orang yang hadir, yang bersikap ramah padaku, kecuali pria yang terduduk di samping Max. Dia hanya mengangguk pelan ketika aku memperkenalkan diriku padanya.“Aku berhasil membawa Gid keluar dari kota panas bernama Surabaya dan membawanya kemari. Dia akan menjadi salah satu investor utama dalam proyek terbesar kita,” kata Max padaku. Hari ini, ujung dari rambutnya yang mencuat terlihat berwarna hijau mencolok. Tentunya bukan warna yang sama dengan yang akan digunakan Fia untuk perayaan penyambutan bayinya.“Oh, senang bertemu denganmu, Tuan Nalendra,” kataku, mengangguk dengan sopan pada pria itu, mencoba tidak merona seraya mengingat bagaimana aku telah bersikap kasar padanya beberapa menit yang lalu. Dia hanya mengangguk tanpa menjawab apa-apa.“Namun, kalian berdua terlihat seperti pernah bertemu sebelumnya,” singgung Max, tidak ingin melewatkan hal itu. Raut wajahnya terlihat penasaran.“Aku ber

  • Kembalilah Padaku   Bab 190

    Laura“Oh, Laura. Kamu kenapa, sih?” tanyaku pada diri sendiri, berdiri di luar toilet, melihat bahwa aku telah memasuki toilet pria. Yah, aku tidak memperhatikannya dengan baik. Benakku dipenuhi oleh perihal dengan Fia yang harus aku tangani.Astaga! Sekarang pasti kesan Gideon Nalendra terhadapku benar-benar buruk. Aku menghela nafas dan beranjak ke lift. Apakah dia akan memberi tahu adiknya? Adiknya mungkin akan memberi tahu Jason, lalu semua orang akan mengetahui kejadian memalukan itu. Yah, untungnya dia sedang memunggungiku sehingga aku tidak melihat bagian privatnya.Ketika aku turun ke lantai satu dari gedung itu dan beranjak keluar, aku menyadari bahwa di luar sedang hujan dan aku tidak membawa payung hari ini. Sial sekali! Mobilku diparkirkan di seberang jalan. Apakah hujannya akan berhenti jika aku menunggu sebentar? Aku tidak yakin. Pada akhirnya, aku tidak memiliki pilihan lain selain membasahi diriku sebelum memasuki mobilku. Aku tidak ingin sopirku basah karena mencob

Bab terbaru

  • Kembalilah Padaku   Bab 483

    LauraAku tidak percaya bahwa Layla Raharjo, yaitu Layla Nalendra, ada di hadapanku, memohon padaku untuk kembali bekerja di Hextec bersamaku. Maksudku, dialah yang meninggalkan itu semua untuk menikah dan pergi ke Surabaya dan memulai kehidupan baru di sana dengan suaminya. Bertahun-tahun kemudian, di sinilah dia, meminta untuk kembali dan bekerja di sini lagi.“Namun, kenapa kamu meminta ini, Layla? Apakah kamu sudah tidak tinggal di Surabaya lagi?” tanyaku, benar-benar terkejut.Dia menggelengkan kepalanya. “Tidak juga,” jawabnya. “Sudah beberapa saat sejak aku meninggalkan Surabaya dan kembali ke Jakarta. Aku tinggal di rumah nenekku, tapi sekarang aku merasa siap untuk kembali bekerja.” Dia mengangguk seakan-akan dia memiliki keinginan baru untuk hidup sekarang.“Pernikahanmu berakhir, ya?” Kata-kata itu tidak keluar sebagai pertanyaan, karena aku sudah tahu betul raut wajah orang yang kesakitan di dalam—Layla memiliki raut wajah itu.Dia mengangguk, tersenyum dengan lemah. “

  • Kembalilah Padaku   Bab 482

    Laura“Layla! Lama tidak berjumpa,” kataku dengan gembira, beranjak menghampiri untuk memeluknya saat dia memasuki ruang kerjaku.“Oh, Laura, aku sangat merindukanmu,” katanya sambil tersenyum untukku seraya dia membalas pelukanku. Aku benar-benar tidak memiliki permasalahan dengannya karena aku selalu menyukai dia. Dia adalah orang yang baik sekali padaku kendati segala hal yang telah terjadi.“Aku juga merindukanmu,” kataku seraya aku memandangnya. “Kamu menghilang dan tidak datang kemari lagi. Aku bahkan mengira Surabaya sudah mencurimu dari kami.”Dia tertawa mendengarnya, menggelengkan kepalanya. “Tidak ada satu hal pun dan siapa pun yang bisa membuatku melupakan Jakarta,” katanya.“Yah, itu adalah hal yang menyenangkan untuk diketahui, kuakui.” Aku tersenyum dan kemudian menunjuk ke arah sofa di samping jendela ruang kerjaku yang seluruhnya berkaca dari lantai sampai langit-langit dengan gorden yang ditarik ke samping, sehingga membiarkan cahaya matahari dan udara segar mema

  • Kembalilah Padaku   Bab 481

    Laura“Kamu mau makan apa untuk makan malam hari ini? Fetucini dengan jamur atau tenderloin dengan kentang?” tanya Jason padaku di ujung telepon lainnya. Dia terdengar bersemangat untuk mempersiapkan makan malam untukku dan itu membuatku senang.“Em, aku suka tenderloin, tapi aku juga ingin fetucini. Aduh, ya ampun, aku harus bagaimana sekarang?” Aku menghela napas sambil berbicara padanya di telepon. Aku sedang berada di tempat kerjaku sambil fokus pada pekerjaanku dan, pada saat yang sama, berbicara dengan suamiku di telepon.“Aku bisa buatkan dua-duanya kalau kamu mau,” usul Jason setelah terkekeh.“Aduh, seharusnya aku pilih satu saja,” gumamku. Jason terkekeh lagi.“Ini bukan salahmu, kamu hanya tidak dapat menahan masakanku, jadi sulit untuk memutuskan. Kamu tahu aku mahir dalam segala hal yang kulakukan,” sombongnya, seperti biasa.“Hm, karena kamu bersikeras, aku ingin dua-duanya,” kataku padanya, tersinggung.“Astaga, aku tahu kamu senang menghukumku, ‘kan, wanita? Namu

  • Kembalilah Padaku   Bab 480

    AnnaMalam itu, Panca dan aku bersenang-senang bersama. Kami menjahili Paman Juan dan tunangannya, hal-hal yang tidak benar-benar menyakiti mereka, tapi itu merenggut kedamaian mereka. Misalnya, menuangkan minyak zaitun ke dalam anggur Paman Juan, menambahkan garam pada potongan kue pernikahannya, meletakkan bantal kentut di tempat duduknya, dan ketika dia duduk, dia membuat suara kentut yang konyol yang membuat semua orang menertawainya, dan hal-hal semacamnya.Itu sangat menyenangkan bagiku. Meskipun itu belum cukup bagi Panca, melihat Paman Juan mengalami semua hal-hal menyebalkan itu sudah membuatnya lebih gembira. Namun, kami tertangkap di penghujung pesta. Karena kami hanyalah dua anak-anak, tidak ada yang menganggapnya serius. Ayahku dan Paman Juan meneriaki kami dan bilang mereka akan menghukum kami, jadi Panca dan aku berlari untuk bersembunyi ketika para orang dewasa sedang mengomel tentang kami.“Itu luar biasa! Gila,” seru Panca sambil tertawa ketika kami berhasil melari

  • Kembalilah Padaku   Bab 479

    AnnaIni semua dimulai ketika aku berusia 11 tahun dan Panca Mardian ingin membunuh ayah tirinya.“Apakah ayahmu punya pistol?” tanyanya ketika dia dan aku sedang bersembunyi di langit-langit ruang dansa, tempat pernikahan Paman Juan dan ibunya diadakan.“Apa?” Sesaat, kukira aku salah dengar, jadi aku bertanya.Dia menatapku, mata cokelat tuanya mencolok. Dia masih praremaja, tapi dia sudah sangat misterius dan membuatku penasaran. “Aku butuh pistol untuk membunuh ayah baruku,” ungkapnya padaku.“Paman Juan? Kenapa kamu ingin melakukan itu? Dia adalah orang yang baik,” jawabku dengan marah.Dia menggerutu jijik dan kembali melihat ke lantai bawah. Para orang dewasa sedang berbincang dengan satu sama lain, menikmati pesta pernikahannya. “Pria itu mengirimkan ayahku ke penjara,” kata Panca, kata-katanya penuh oleh amarah.“Namun, itu adalah pekerjaan dia. Paman Juan adalah seorang polisi. Dia memasukkan orang-orang jahat ke dalam penjara,” kataku padanya, sedikit takut ketika aku

  • Kembalilah Padaku   Bab 478

    AnnaSaat guruku pergi setelah kelasnya berakhir, anak-anak di ruang kelas mulai membuat suara gaduh seperti biasa ketika mereka berbincang dengan satu sama lain. Aku masih tidak bisa percaya bahwa anak yang duduk di belakangku benar-benar Panca Mardian, jadi aku berbalik ke arahnya karena aku sudah memiliki sesuatu untuk dibicarakan, yaitu tentang tugas yang telah diberikan oleh guru aljabar kami.“Kamu mau mengerjakan tugas ini bagaimana? Kita bisa bertemu di mana?” tanyaku padanya, tapi dia hanya mengangkat bahunya sambil mencorat-corat buku tulisnya.“Terserah kamu saja. Aku tidak peduli,” jawabnya, tidak menatapku sama sekali. Dia benar-benar tidak mengenaliku dan aku tidak dapat memercayainya.Astaga, dia telah banyak berubah, dia telah bertumbuh begitu besar. Apa yang telah terjadi padanya selama bertahun-tahun kami jauh dari satu sama lain? Apakah dia telah membuat teman-teman baru? Apakah dia bahkan sudah punya pacar sekarang?Namun, aku terkesiap pelan ketika aku melihat

  • Kembalilah Padaku   Bab 477

    AnnaAku memutuskan untuk mengabaikan segala hal yang sedang kupikirkan dan fokus saja pada jadwalku. Aku sejauh ini adalah siswa terbaik di kelasku. Aku selalu berdedikasi dan bekerja keras. Aku tidak pernah diomeli. Guru-guru menyukaiku karena aku adalah siswa teladan untuk pada siswa lainnya. Itulah sebabnya mereka telah memilihku sebagai perwakilan kelas. Selain itu, akulah yang paling tahu bagaimana caranya memimpin dan bagaimana caranya mewakili kelas, karena itulah mereka sangat memercayaiku.Jadi, hari ini pun tidak ada bedanya. Ketika guru-guru masuk dan mengajar kami, aku selalu melihat diriku sebagai orang pertama untuk mengajukan diri untuk segala hal, selalu menyelesaikan pertanyaan paling sulit dalam matematika dan pelajaran lainnya yang ditakuti dan tidak disukai semua orang. Aku menantang diriku sendiri untuk selalu menjadi yang terbaik. Aku ingin membuat semua orang bangga karena aku akan menggunakan potensiku untuk menjadi lebih baik daripada orang tuaku dan membuat

  • Kembalilah Padaku   Bab 476

    AnnaKetika aku kembali ke mobil dan melihat kaca spion seraya aku melaju menuju pintu masuk sekolahku, aku bisa melihat Ciko dengan tangan di kepalanya dan pundak yang merosot, terlihat sedih tentang apa yang baru saja terjadi. Aku menghela napas pasrah dan memutuskan untuk melihat ke depan dan melanjutkan hidupku. Itu adalah hal terbaik yang bisa kulakukan.“Hei, Anna,” panggil Abel padaku begitu dia melihatku berjalan memasuki aula sekolah.“Hai, Abel.” Aku tersenyum kepadanya saat aku melihat dia, beranjak untuk memeluknya. Abel adalah anak kandung dari Bibi Fia, sahabat ibuku. Dia dan aku tumbuh besar bersama sebagai teman dan selalu terhubung dengan satu sama lain.“Apa yang terjadi? Kamu sedikit terlambat hari ini,” katanya sambil memandangku.“Em … itu karena aku tadi berbicara dengan Ciko di luar,” kataku padanya sambil menyelipkan rambutku di belakang telingaku, merasa tidak nyaman hanya memikirkan tentang Ciko.“Oh! Ciko ada di luar? Astaga, dia manis sekali! Kamu beru

  • Kembalilah Padaku   Bab 475

    Anna“Aku ingin putus denganmu, Ciko.”Ketika kata-kata itu akhirnya keluar dari mulutku, aku hampir tidak dapat memercayainya. Aku sudah ingin mengatakannya sejak lama sekali hingga aku berpikir bahwa saat ini aku hanya membayangkan diriku sendiri mengatakannya seperti sebelum-sebelumnya. Namun, kali ini, itu sungguhan. Aku bisa melihat wajah Ciko hancur di hadapanku—wajahnya yang sesaat yang lalu penuh harapan, sekarang terkejut dan bahkan merasa jijik dengan kata-kataku.Dia tersenyum dengan lemah, seakan-akan dia tidak memahami apa pun. “Kamu ingin putus denganku? Apa maksudmu? Apa yang kamu bicarakan?” tanyanya, terlihat benar-benar kebingungan.Aku menghela napas, menyadari bahwa aku seharusnya tidak mengatakan itu padanya tanpa pendahuluan apa-apa. Namun, aku bukannya bersikap tidak sensitif, itu hanyalah cinta monyet dan aku berhak mengakhirinya.“Kurasa sebaiknya kita bicara lagi nanti, Ciko,” kataku dan berbalik untuk pergi, tapi dia tidak membiarkan aku pergi menjauh da

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status