SuzyAku tidak pernah memiliki seorang ibu. Tentunya, para biarawati yang merawat anak-anak di panti asuhan tempatku dibesarkan bukanlah contoh seorang ibu. Aku harus berusaha untuk tetap hidup setiap harinya dan bahkan di ingatan terindahku di masa kanak-kanak tidak akan pernah menggantikan ketiadaan sosok ibu di hidupku. Aku hidup dengan berpura-pura bahwa aku tidak memedulikannya dan tidak mengindahkannya, tapi sejujurnya, aku akan melakukan apa pun untuk memiliki seorang ibu yang mencintaiku seperti Laura mencintai Anna.Kita baru hendak melarikan diri melalui jendela, tapi dia tahu bahwa jika dia ikut melarikan diri, itu akan menjadi akhir dari hidup putrinya. “Kumohon, pergilah,” pintanya, menatapku dengan penuh kesedihan seolah dia sedang meminta sejuta hal padaku dan melepaskan tanganku dari pundaknya, mendorongku menjauh, dan menutup jendela di hadapanku.Aku ingin berdebat dan memintanya untuk mengubah pikirannya, tapi kami tidak memiliki waktu dan aku harus bertindak deng
Aku akhirnya bisa bernafas lega walaupun bahuku berdenyut kesakitan. Aku menyadari bahwa ban belakang mobilku kempes, mungkin Richard sialan itu telah menembak bannya juga, tapi aku tidak bisa berhenti sekarang sampai aku yakin bahwa dia tidak mengikuti kami.“Anna? Anna, sayang,” panggilku padanya yang masih terbaring dengan tidak berdaya di kursi penumpang. Aku bahkan belum memasangkan sabuk pengaman padanya karena aku terburu-buru untuk kabur dari Richard. Aku menjulurkan tanganku dan membetulkan posisi duduknya, lalu aku memasangkan sabuk pengaman padanya dengan kesusahan karena aku harus mengendalikan setir mobil dengan tanganku yang kesakitan. Rasanya sakit sekali, seperti bahuku sedang terbakar.“Kamu harus hidup, aku tidak bisa hidup dengan rasa bersalah ini, tolonglah,” kataku, melihat gadis itu yang masih memejamkan matanya dan terdiam, dengan kepalanya jatuh ke depan tanpa keseimbangan apa pun. Aku meluruskan kepalanya dan menepuk pundaknya sambil melaju dalam kecepatan pe
JasonAku sedang mencari Laura dan putriku seperti orang gila. Apakah itu benar? Seseorang tidak akan menghilang seperti itu tanpa meninggalkan jejak. Ketika aku menelepon sekolah Anna, mereka bilang bahwa ibunya telah mengirimkan seseorang untuk menjemputnya lebih cepat, tapi bahkan jika Laura sudah pergi, dia pasti akan memberi tahu Fia yang merupakan sahabatnya, tapi dia bahkan tidak memberi tahu Fia. Aku tidak mengetahui apa-apa yang membuat semuanya tidak masuk akal.“Sejujurnya, tidak ada hal yang menyanggah bahwa dia memutuskan untuk pergi,” komentar Tama melalui telepon denganku.“Astaga, Tama, diamlah,” kataku, benar-benar frustrasi. Aku tidak ingin memikirkan kemungkinan mengerikan bahwa Laura akan meninggalkan aku dan pergi bersama Anna.Aku tidak ingin memikirkan kemungkinan itu karena kemungkinan besar bahwa itu memang benar. Maksudku, sejak kami kembali bersama, Laura dan aku tidak pernah berhenti memiliki masalah. Dia telah memaafkan masa laluku, tapi walaupun begitu
JasonTiga jam telah berlalu sejak aku mengetahui kebenaran mengenai hilangnya Laura dan Anna. Mereka telah diculik oleh Richard yang penakut itu dan sekarang hanya Langit yang tahu apa yang sedang mereka lalui. Aku telah mengumpulkan seluruh pasukan polisi yang bisa kukumpulkan dalam kurun waktu yang singkat dan mereka sekarang sedang melacak keberadaan Richard.Masalahnya adalah psikopat sialan itu benar-benar teliti dan tampaknya dia telah merencanakan penculikan itu dari lama. Bajingan berengsek. Segalanya begitu sempurna dan tertata dengan rapi sehingga para profesional kesulitan melakukan pekerjaan mereka.“Ponsel pelaku menunjukkan bahwa dia sedang berada di Bali sekarang,” kata seorang agen sambil memandang layar komputer.“Bagaimana dia bisa berada di Bali sekarang jika siang ini dia menculik putriku dari sekolah?” tanyaku, benar-benar kebingungan. Aku hampir tidak bisa menahan amarahku. Aku tidak sabar ingin menghajar pria berengsek itu.“Dia mungkin tidak menculik anak
”Baguslah, kita mendapatkannya! Kita harus pergi ke sana sekarang,” kata detektif yang memimpin.“Aku ikut denganmu. Aku akan mengikutimu dengan helikopterku,” kataku.“Tuan Santoso, mungkin saja akan ada baku tembak di sana, akan sangat berbahaya,” kata detektif itu.“Aku tidak peduli. Kita sedang membicarakan istriku dan anakku!” teriakku marah.Pria itu mengangguk. “Baiklah, kalau begitu. Ayo pergi,” katanya, menggerakkan semua garda terdepan.Untuk keamanan, mereka mengenakan rompi antipeluru dan sekarang kami sedang melayang di atas Jakarta. Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari bawah sana, yang mana aku hanya bisa melihat lautan dan ujung pepohonan. Fajar terus membentang dan aku merasa sedikit lagi kami akan menemukan Laura dan Anna. Rasa gelisah menggerogotiku dengan dahsyat.Segera ketika helikopter mendarat di ruang terbuka di depan sebuah rumah kayu, polisi mengatur penyerangan, mengacungkan senjata mereka dan menunggu perintah dari atasan mereka. Ada cahaya redu
SuzyAku berdiri di depan rumah besar yang sangat mewah, terkagum melihat tempat itu. “Ini tempat tinggalmu?” tanyaku, masih terpaku.“Iya, tapi rumah kami ada di sebelah sana,” kata Anna. Kami berdua masih di dalam mobil dan aku khawatir mobil tuaku tidak akan dibiarkan masuk oleh para satpam karena mobilku tidak cocok dengan tempat itu.“Wah, beruntungnya dirimu, Anna, pewaris miliarder,” komentarku, menyalakan mobil dan melaju menuju rumah mewah itu.Rumah Anna adalah rumah besar berwarna putih dan dari tampilannya saja, aku yakin mereka tidak makan pasta dan sosis untuk makan malam. Sekarang sudah pukul 4:45 pagi dan hari mulai cerah. Anna masih sedikit mengomel mengenai kakinya walaupun aku sudah memberinya obat pereda sakit dan bahuku rasanya makin parah. Aku turun dari mobil dengan kesulitan dan beranjak untuk membukakan pintu Anna, menggendongnya di tanganku karena anak itu tidak bisa berjalan sendiri.“Ayo, Anna. Mari kita pergi ke papamu,” kataku, menghampiri rumah utama
”Kamulah yang menculik putriku, ‘kan, dasar jalang?” tanya pria itu dengan alisnya yang membentuk huruf V. Mata cokelatnya terlihat membara dan dia tidak terlihat sedang bercanda.Dia mencengkeram leherku dengan begitu kencang sampai jika dia terus melakukan itu sedikit lagi, dia pasti akan mencekikku. Aku mulai kehabisan nafas. Aku mencoba menepis tangan dan lengannya, ingin dia melepaskan aku , tapi pria itu pasti ingin membunuhku.“Tidak, Papa. Jangan lukai dia. Dia adalah temanku,” pinta Anna, memegang lengan ayahnya ketakutan. Dia datang berlari ke ruangan itu untuk membantuku.“Dia menculikmu, Anna. Dia pantas untuk mati,” tuntut pria itu, mengencangkan cengkeramannya pada leherku. Pandanganku mulai berkunang-kunang.“Namun, hanya dialah yang bisa membantu Mama,” pinta Anna lagi, menangis. Baru saat itulah pria itu melepaskan aku, membuat tubuhku menghantam ranjang dengan kasar. Aku mulai terbatuk dan bernafas dengan keras. Dasar berengsek… Dia benar-benar ingin membunuhku.
Laura“Hei, sayang, bangunlah sebelum kita terlambat,” kata seseorang seraya bahuku terasa digoyangkan. Aku perlahan membuka mataku, hanya untuk mendapati wajah Richard sangat dekat denganku. Aku menjauh darinya, menggunakan seluruh kekuatan yang kumiliki, tapi dia memegangku dengan erat dan menarikku ke pelukannya. “Semangatlah. Kamu tidak perlu bersikap seperti itu,” katanya.“Tolong lepaskan aku,” pintaku dengan suara yang lemah, tapi dia tidak mendengarkan. Dia membawaku turun dari ranjang dan beranjak ke lantai bawah sambil masih memegangiku dengan erat, lalu kami beranjak keluar rumah itu, yang mana kami bertemu dengan seorang pria dengan sebuah amplop di tangannya di sana.“Masuklah ke dalam mobil, sayang, aku hanya akan mengobrol sebentar dengan temanku di sini,” kata Richard, tersenyum padaku. Aku bergidik ngeri karena sikapnya yang sinis, benar-benar merasa jijik, lalu aku beranjak ke arah mobil, tapi pria yang memegang amplop di tangannya itu menghentikan aku.“Tunggu se
Suzy“Dengar, Tama, aku serius. Kamu tidak perlu berusaha sekeras ini hanya karena kamu merasa itu adalah hal yang benar, oke? Tolong hentikan itu. Ini semua sangat memalukan bagiku, aku tidak bisa menerima rumah ini begitu saja dan berpura-pura semuanya baik-baik saja,” kataku pada Tama setelah dia menawarkan untuk membelikan rumah untukku dan putriku.“Namun, kenapa kamu berkata begitu? Niatku baik …,” ujarnya, tapi pada saat itu, Fia dan Laura memasuki ruangan. Kedua wanita itu sedang membawa buket bunga tulip yang mirip.“Apa itu? Apakah kedua wanita kaya ini berbelanja di toko bunga yang sama?” tanyaku sambil tertawa mengejek. Lagi pula, apa artinya itu? Apakah mereka berdua berteman lagi dan memutuskan untuk membawa buket bunga konyol ini bersama untukku?Laura memandang buket bunga di tangannya, lalu menggumamkan sesuatu yang tidak terdengar seakan-akan dia telah melupakannya. Fia melempar buket bunga itu ke sebuah pojokan dan langsung berlari ke arah suaminya, memegang peru
Laura“Menarik sekali bagaimana kamu terburu-buru melindungi wanita itu dan tidak memihakku, padahal aku selalu berada di sisimu sejak awal, Laura. Ternyata, kamu tidak tahu berterima kasih, ya?” Di tengah-tengah perdebatan, Fia melontarkan hal itu padaku.“Apa yang kamu bicarakan, Fia?” Aku ingin tahu, tidak paham apa yang dia maksud dengan hal itu. “Apakah aku tidak berterima kasih padamu? Apa yang kulakukan hingga membuatmu berpikir aku tidak berterima kasih padamu?”“Jangan melucu, Laura. Itu tidak cocok denganmu,” katanya sambil memasang raut wajah jijik.“Apakah kamu berpikir aku berutang sesuatu padamu?” tanyaku. Mungkin itu karena dia terus berada di sisiku selama masa pascaperpisahan yang kulakui setelah aku bercerai dengan Jason, saat-saat ketika dia meminjamkan uang padaku supaya aku bisa bertahan hidup dalam tahun-tahun pertama itu dan tidak pernah mau menerima uangnya kembali, meskipun aku menghindarinya dan tidak pernah berbagi banyak hal dengannya. Mungkin juga karen
LauraAku mengambil kesempatan untuk mandi dan berganti pakaian di rumah Jason, lalu aku pergi ke rumah sakit tempat Suzy sedang dirawat. Setelah banyak berdiskusi, Jason tidak mau membiarkan aku membawa Anna ke rumah sakit.“Ada banyak kontaminasi di rumah sakit. Putri kita bisa masuk ke tempat itu dalam keadaan sehat dan pulang dalam keadaan sakit. Lagi pula, setelah apa yang terjadi kemarin, Anna mungkin akan merasa terpengaruh ketika dia mengunjungi kembali lingkungan itu dan mengingat momen ketika dia diculik oleh kakakmu,” katanya padaku.“Jangan sebut Graham kakakku. Dia bukan kakakku. Kalaupun dia sebelumnya memang kakakku, maka dia bukan kakakku lagi,” kataku padanya, menegurnya.Dia mengangkat bahunya. “Terserah. Daripada membawa Anna ke rumah sakit, bagaimana kalau kamu membawa dia ke pusat perbelanjaan atau taman hiburan? Kamu tidak pernah melakukan itu untuknya,” kritiknya padaku.Aku tertawa skeptis. “Tentu saja aku melakukan itu, Jason. Kenapa kamu mencoba membuatku
Suzy“Apa? Kamu mau membelikanku rumah karena putriku?” tanyaku pada Tama ketika dia memberitahuku hal itu.“Iya, aku berencana begitu. Kamu tidak memiliki sumber pendapatan yang jelas. Kamu harus mengatur kehidupan finansialmu terlebih dulu, tapi sekarang Emy dan kamu membutuhkan dukungan. Akan lebih logis bagimu untuk menerima penawaranku,” jelasnya sambil mengangkat bahunya seolah-olah itu adalah hal yang sudah jelas.Seperti yang diharapkan, para dokter menyerahkan putriku padaku siang itu, jadi sekarang aku bisa menggendongnya di pelukanku dan melihatnya dari dekat. Dia begitu manis, sangat menggemaskan. Rambut dan matanya sejernih Tama, tapi aku juga bisa melihat beberapa detail diriku pada anak itu.Anehnya, Tama terus berada di rumah sakit itu sampai sekarang. Sejak kemarin, dia hanya pergi ke apartemen Laura untuk mengambilkan barang-barang yang putriku dan aku perlukan, lalu dia dengan cepat kembali. Aku tidak bisa tidak berterima kasih dan mengatakan bahwa bantuannya san
TamaAku masih terkejut oleh perkataan Jason. Aku tidak mengerti kenapa dia terus mendesak percintaan di antara aku dan Suzy meskipun dia tahu aku sudah menikah dan, maka dari itu, kendati segalanya, aku masih mencintai istriku.Setelah itu, aku pergi ke apartemen Laura. Ketika aku tiba di sana, aku melihat bahwa ada petugas polisi dan penjaga keamanan dengan pakaian polos. Aku telah mendengar seseorang ditemukan meninggal di tempat itu, tapi para forensik telah pergi dengan tubuh korban tersebut dan tidak ada penyelidikan yang benar karena rekaman kamera pengawas menunjukkan bahwa Graham adalah pembunuhnya.Begitu aku diperbolehkan memasuki rumahnya, aku mencari kamar Suzy dan mengambil perlengkapan bayi yang Suzy bilang sudah dia persiapkan untuk kelahiran putri kami. Kemudian, aku kembali ke mobil dengan kekhawatiran lainnya. Aku menelan perasaanku dan menelepon Jason meskipun aku tahu aku baru saja meneriakinya.“Ada apa? Kenapa kamu meneleponku setelah kamu mematikan telepon t
TamaSehari sebelumnya, segala hal begitu kacau ketika Suzy harus segera dirawat di ruang gawat darurat dan harus melahirkan. Selain itu, dia harus berjuang mempertahankan hidupnya, jadi dia bahkan tidak dapat mempersiapkan dirinya dengan baik untuk keseluruhan proses melahirkan itu. Putri kami akan meninggalkan tempat penitipan bayi dalam beberapa jam lagi dan kami bahkan belum menyiapkan popok. Bagian terburuknya adalah Suzy masih belum sehat. Dia hampir tidak bisa berdiri karena operasi caesar yang telah dilakukannya dan lain sebagainya.“Apa-apaan! Seharusnya tidak seperti ini. Aku sudah mempersiapkan segalanya untuk tanggal jatuh tempo kelahiran Emy yang seharusnya masih tiga minggu lagi,” komentarnya, merasa frustrasi. Semuanya benar-benar kacau. Bahkan Clara, temannya, tidak dapat membantunya pada saat itu karena luka yang dia terima dari penculikan Lukman dan para bawahannya.“Emy? Apakah itu nama yang kamu pilih untuk putri kita?” tanyaku dengan penasaran.Dia terkekeh mes
Laura“Apa yang kamu bicarakan, Jason? Kenapa Anna dan kamu akan mengacaukan sesuatu?” tanyaku padanya, ingin tahu apa yang dia maksud. “Apakah menurutmu aku merasa menyesal karena berbicara dengan pacarku saat Anna dan kamu ada di sini? Mengapa aku harus merasa bersalah? Apa salahku? Aku benar-benar berterima kasih padamu karena telah sangat membantuku kemarin, tapi jangan berpikir macam-macam, Santoso. Kamu tahu betul kisah kita sudah berakhir.” Aku memastikan untuk mengatakan itu padanya.Jakunnya bergerak di tenggorokannya seraya dia menelan ludah, merasa gugup mendengar perkataanku. “Aku tahu kita sudah putus, tapi sejujurnya, aku masih merasa itu sangat disayangkan, Laura. Apakah kamu tahu apa yang Anna katakan padaku kemarin? Dia bilang dia berharap kita tinggal bersama lagi sebagai sebuah keluarga, seperti seharusnya. Tidakkah kamu pikir putri kita pantas mendapatkan itu, Laura?” tanyanya dengan penuh harap, alisnya berkerut dengan ekspresi yang sangat sedih. Jelas sekali dia
Laura“Jason? Apakah dia bersamamu?” Di panggilan telepon itu, Gideon bertanya padaku setelah aku merangkum sedikit mengenai hariku yang rumit kemarin. Aku baru saja menyebutkan Jason di laporanku dan bahkan tidak menyadari bahwa itu dapat membuat Gideon cemburu.Aku menggigit bibirku, merasa gelisah, mengingat bagaimana Jason hampir selalu ada dan membantuku dengan hampir segalanya kemarin. Bukankah itu akan membuat Gideon khawatir karena Jason tetaplah mantan suamiku dan kami masih memiliki masalah yang belum terselesaikan?“Oh, iya. Jason muncul di tengah-tengah semua kebingungan ini dan membantuku. Kamu tahu dia dan aku tinggal di kota yang sama,” jawabku, memperbaiki rambut pirangku yang sudah memudar. Mungkin aku harus kembali mengecatnya dengan warna cokelat seperti dulu.“Sungguh, dia muncul untuk membantumu? Untunglah dia ada di sana untuk membantu. Lagi pula, Anna adalah putrinya juga. Akan aneh jika dia tidak ada di sana dalam situasi yang mengkhawatirkan itu,” katanya,
Laura“Jangan terlalu memercayai Graham, Lau. Kamu tahu dia hanya memberitahumu semua kebohongan itu untuk membuatmu kebingungan dan menculik putrimu,” kata Suzy dari ujung telepon lainnya, menunjukkan bahwa dia tidak percaya kalau dia dan aku bersaudara.Aku tidak bisa menyangkal bahwa aku sedikit kecewa dengan jawabannya karena, jika dipikirkan baik-baik kisah kami dan hal-hal yang kami lalui di masa lalu, ada konsistensi yang kuat bahwa, terlepas dari segalanya, Graham telah mengatakan yang sebenarnya. Sebenarnya, mudah untuk mengakui itu, tapi Suzy bersikap seakan-akan dia tidak ingin hubungan ini ada di antara kami dan aku tidak dapat memahaminya.“Iya, Graham memang sangat jahat, tentunya,” jawabku sambil tertawa pelan. “Namun, dengan begini, kita bisa melakukan tes DNA sederhana hanya untuk memastikannya,” saranku seolah-olah aku tidak menginginkan apa-apa.“Oh, kamu tidak perlu mengkhawatirkan itu, Laura. Itu tidak penting sekarang. Ada hal-hal yang lebih penting dan mendes