Laura“Apa?” Aku benar-benar terkejut mendengar perkataan yang baru saja kudengar. “Apa yang telah kamu lakukan?”“Sebenarnya, bukan begitu. Maksudku, aku memang tidur dengan wanita lain, tapi sebenarnya itu tanpa persetujuanku… Maksudku, aku sedang mabuk dan Suzy ingin menggunakan hal itu untuk memerasku,” jelasnya dan aku mengedipkan mataku kebingungan.“Suzy?” gumamku. Aku pernah mendengar nama itu sebelumnya, tapi tidak ada yang terbesit di pikiranku kecuali pengakuan yang baru saja dilakukan oleh Tama. “Apa yang kamu bicarakan, Tama? Kamu berselingkuh dari Fia. Apakah kamu paham apa yang telah kamu lakukan? Dia telah sepenuhnya memercayaimu. Apa masalahmu? Apa yang kamu permasalahkan?”Sejujurnya, aku sangat marah mendengar perkataannya. Maksudku, sampai sekarang, aku hanya mengenal sangat sedikit pria yang setia pada pasangannya. Rasanya seperti mereka tidak peduli sama sekali bahwa mereka melukai istri mereka jika mereka melakukannya. Mereka semua tampaknya tenggelam dalam h
LauraProsedur operasi yang telah Fia laksanakan berhasil, tapi dia masih harus tidur di klinik itu untuk berjaga-jaga kalau-kalau dia mengalami komplikasi. Dia begitu menyala ketika Anna dan aku menjenguknya. Tama berada di sisinya, tidak melepaskan tangannya. Aku memutuskan untuk tetap tersenyum supaya tidak menghancurkan kebahagiaan mereka karena ini tentunya bukanlah waktu yang tepat untuk membicarakan ketidaksetiaan Tama.“Aku sangat bahagia, Lau. Aku akhirnya akan menjadi seorang ibu,” katanya dengan berseri-seri. Dia sedang berbaring di ranjang rumah sakit, beristirahat dari prosedur operasi yang baru saja dia lalui.“Kamu benar-benar pantas menjadi seorang ibu, sayangku. Selamat,” kataku, memeluknya dengan penuh kasih sayang.“Akhirnya mimpi kita akan terwujud, ‘kan, sayang?” tanya Tama padanya, yang juga sedang tersenyum, dan dia mencium punggung tangannya, menyebarkan kebahagiaannya.“Iya, akhirnya. Sekarang, kamu dan aku akan bertanggung jawab akan seorang anak,” katany
LauraDia mengejutkanku ketika dia meletakkan tangannya di pahaku, mengelusnya dengan pelan dan lanjut bersikap seolah itu adalah hal paling normal. Aku terkesiap, merasakan berat tangannya di kakiku walaupun ada kain rokku yang menutupi kulitku. Aku menatapnya yang balik menatapku secara refleks dan tersenyum miring dengan tatapan penuh arti.Itu tidak disengaja ketika jantungku berhenti berdetak sesaat karena senyumannya yang menawan. Aku tahu bahwa aku benar-benar tertarik pada pria ini dan hanya dengan satu tindakan konyol darinya, seperti meletakkan tangannya pada kakiku, telah memengaruhi seluruh indraku.Rasanya seperti aku kembali ketika aku berumur 21 tahun ketika Jason menyusuri lorong kampus dan semua hal di sekitarnya menghilang dan aku hanya bisa memperhatikannya seorang. Pada saat itu, membuatnya menyadari kehadiranku adalah hal yang sangat sulit dan paling-paling dia hanya akan mengangguk pelan ke arahku dan melanjutkan langkahnya, meninggalkan jejak aromanya padaku y
Laura“Langit, ketika aku pergi ke sana, biarkan aku bertemu dengan priaku,” Jason bersenandung, mengikuti lirik lagu yang dimainkan di stereo mobil yang dia nyalakan sendiri. “Ini adalah lagu kesukaanmu, ‘kan? Ataukah sudah berubah?” tanyanya sambil tersenyum seraya dia berusaha untuk kembali mengobrol denganku, tapi aku masih tidak menjawabnya.Dia baru saja menyindir secara tidak langsung bahwa hanya karena aku adalah seorang wanita, aku tidak sanggup merawat seorang anak dan sekarang dia ingin aku melupakannya dan bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi. Namun, tidak semudah itu.“Dia adalah matahariku, dia membuatku berbinar seperti berlian,” lanjutnya, menyenandungkan bagian dari lagu itu untuk membuatku bersemangat. “Kamu selalu menyanyikan itu untukku, ingat, sayang?” tanyanya, tapi aku telah bertekad untuk tidak membiarkannya begitu saja, jadi aku menyilangkan tanganku dan menatap ke luar jendela.Di luar sudah mulai gelap. Malam itu diterangi oleh lampu jalanan dan la
”Apa kamu bilang? Apakah kamu serius bertanya hal itu? Sungguh, Laura, kurangnya ambisimu terkadang membuatku terkejut,” katanya, menggelengkan kepalanya.“Aku ambisius, Jason,” jawabku.“Ternyata tidak seambisius itu,” katanya, terkekeh. “Aku tidak bisa membiarkan wanita itu mengambil semuanya yang merupakan milikku seperti itu. Aku akan menjadi orang bodoh kalau begitu,” katanya.“Kamu sudah menjadi orang bodoh karena menandatangani persetujuan itu. Jangan lupakan itu.” Aku mencoba mengingatkannya.“Itu adalah masa-masa kelamku,” ujarnya.“Namun, itu tidak membuatmu menjadi tidak bodoh,” ujarku balik.Dia terkesiap, tampak ditidakadili. “Kenapa kamu menuduhku seperti itu?” tanyanya.“Aku hanya ingin kita segera menyelesaikan permasalahan ini,” kataku.“Aku sudah bilang padamu kalau aku akan mencari cara, tunggulah sedikit lagi. Lalu, hindari bertemu dengan wanita itu sebisa mungkin karena ternyata, dia mampu membuatmu percaya bahwa dia adalah orang yang benar,” katanya, terli
LauraNafasku menjadi tidak teratur karena sentuhannya. Merasakan tangannya mengelus tubuhku dengan penuh apresiasi, hidungnya sibuk mengendus kulitku, dan tangannya yang menarikku untuk mendekat padanya membuatku menutup mataku dan terengah-engah. Aku bisa merasakan badannya yang kokoh seperti tembok di belakangku, begitu pas di tubuhku, lengannya menopangku seolah aku berada di sebuah sarang. Aku merasa bisa mengiyakan hal gila apa pun yang dia sarankan saat itu, tapi kami diganggu.“Nyonya Laura! Untunglah Anda sudah kembali,” kata sebuah suara yang bersemangat yang muncul di pintu masuk lorong. Itu adalah Maryam, juru masak rumah dulu. Dia mundur, merasa malu ketika dia menyadari momen memalukan yang sedang terjadi di antara aku dan Jason. “Oh, mafkan saya… Maafkan saya, saya akan pergi!” Dia meminta maaf, benar-benar merasa malu.“Oh, tidak, tidak usah pergi,” kataku, sudah menjauh dari Jason dan menenangkan diriu sendiri.“Saya benar-benar meminta maaf. Saya tidak berniat men
Laura“Akan kuberi tahu apa yang membuatku merana, Laura. Aku merindukanmu, terbangun sendirian di ranjang ini dan tidak mendapati dirimu berada di sampingku setiap pagi. Apakah terlalu berlebihan jika aku ingin semuanya kembali seperti dulu?” tanyanya, masih terduduk di ranjang, menghadapku.“Kamu tahu aku memiliki tujuan lainnya di kehidupanku dari yang kamu ketahui, Jason,” jawabku.“Aku tahu itu, tapi hari ini kamu menyarankan bahwa aku menerima kehilangan segalanya untuk bersama denganmu, tapi kamu juga tidak bersedia untuk memberikan keseluruhan dirimu padaku,” ujarnya.“Tidak juga, Jason,” kataku.“Kamu mencintaiku lebih dari apa pun, benar? Jadi, kenapa kamu terus melawanku dan cinta yang kamu miliki dalam dirimu?” tanyanya. Aku tidak bisa menjawab. Aku hanya menelan ludah, menatap ke lantai. Jason bangkit sambil menghela nafas dan menghampiriku, begitu dekat denganku dan menatapku. Aku menengadahkan kepalaku untuk menatapnya. Jari-jarinya menyentuh wajahku dan mengusap pi
Laura“Apakah kalian akan mengadopsi seorang bayi? Wah, berita yang baik!” seruku dalam panggilan dengan Fia. Dia sudah meninggalkan klinik dan pulang ke rumahnya dengan aman dan sekarang memberi tahu berita tersebut padaku bahwa Tama dan dia telah memutuskan untuk mengadopsi seorang anak.“Luar biasa, ‘kan? Kami akan memiliki dua anak dan kami akan menyaksikan mereka tumbuh besar bersama,” katanya di ujung telepon, bersemangat.Aku mengedipkan mataku berkali-kali, mencoba menyambungkan informasi tersebut. Ada masalah yang Tama beri tahu padaku di klinik itu dan ada kemungkinan besar bahwa Fia akan meninggalkannya jika dia mengetahui hal tersebut, dan di tengah-tengah semua hal itu, memiliki seorang anak lainnya bukanlah hal yang bijaksana.“Aku senang mendengarnya, sayang. Jaga dirimu, oke?” kataku, mendoakan yang terbaik untuknya.“Aku akan menjaga diriku. Kamu juga jaga dirimu, oke?” katanya.“Iya, sayang. Sampai jumpa lagi,” kataku berpamitan padanya.“Sampai jumpa lagi, Lau
Beberapa minggu kemudianLauraSaat itu adalah hari Minggu siang. Anak-anak sedang bermain di kolam renang. Jason dan teman-temannya sedang berbincang dan meminum bir sambil mempersiapkan barbeku. Ibuku dan Rosa sedang berjemur di samping kolam sambil bersenang-senang melihat anak-anak bermain. Fia dan aku sedang berbagi pengalaman di dapur selagi kami mempersiapkan makan siang.Sebenarnya, akulah yang mempersiapkan makan siang karena Fia tidak bisa masak dan sangat ceroboh di dapur. Namun, aku tidak peduli. Aku malah merasa itu lucu. Belum lagi, aku suka memasak untuk semua orang, termasuk Fia. Dia telah melakukan banyak hal untukku sehingga aku berterima kasih padanya meskipun dia hanya melakukan hal yang minimum.“Wah! Saladnya terlihat luar biasa, Lau. Kamu hebat sekali,” puji Fia dengan gembira saat dia melihat makanannya.“Terima kasih banyak, sayang. Ini namanya salad khas Milan dan ini cocok sekali dimakan dengan daging merah,” kataku sambil tersenyum.“Oh, benar. Itu kel
Laura“Astaga, kamu terlihat cantik sekali!” seru Fia, senang sekali, memandangku dengan mata yang penuh perasaan.“Apakah menurutmu aku benar-benar terlihat cantik?” tanyaku sambil tersenyum kecil seraya aku memandang cermin dan meluruskan gaunku.Aku sudah selesai berdandan dan siap untuk pernikahannya. Tidak seperti gaun yang pertama, gaun ini lebih sederhana dan lebih nyaman. Ada karangan bunga di kepalaku dan rambutku digerai di sekitar pundakku. Riasan wajahku ringan dan percaya diri. Senyumanku cantik di wajahku.“Kamu terlihat memesona, Laura. Aku yakin Jason akan jatuh cinta lagi ketika dia melihatmu,” jawabnya dengan semangat.“Bibi Fia benar, Mama,” kata Anna sambil memandangku dengan mata penuh cinta. “Mama terlihat cantik bagaimanapun itu.”“Astaga, sayangku.” Aku tersenyum dan memeluknya. “Terima kasih, tuan putriku. Sekarang, sebaiknya kita pergi, Papa telah menunggu lama sekali.”Tidak seperti pagi itu ketika Jason dan aku akan menikah di kapel, sekarang kami mem
LauraAku sedang mengenakan jubah berbulu setelah mandi dengan air panas, jadi aku bisa pulang dengan aman bersama keluargaku dan orang-orang yang kusayangi.Fia ada di sana bersamaku, merawatku dan menghiburku melalui peristiwa menegangkan yang baru saja kualami beberapa saat yang lalu.“Bagaimana reaksi para tamu ketika kamu harus mengumumkan bahwa pernikahannya dibatalkan?” tanyaku padanya saat dia dengan pelan menyisir rambutku.Dia terkekeh dengan lemah sekarang. “Seperti biasa, terkejut dan berspekulasi, tapi kamu tidak perlu memikirkan hal itu. Yang penting adalah kamu ada di sini dengan aman,” katanya padaku.“Hmm, tidak apa-apa.”“Kuharap Suzy tidak pernah keluar dari penjara lagi dan dia akan dikirimkan ke penjara dengan keamanan tingkat tertinggi di sisi lain dunia supaya dia tidak pernah bisa melarikan diri dari sana,” katanya, membuatku sedikit tertawa.“Itu benar, Fia. Kinan juga mendapatkan akhir yang dia cari, semua karena keserakahannya,” komentarku, lalu aku me
LauraAir di dalam danau itu dingin meskipun saat itu masih musim kemarau. Tubuh Kinan dan perabotan masih terikat denganku, mencengkeramku dan menarikku ke dasar danau. Aku mencoba membebaskan diriku dari mayatnya, mendorongnya menjauh dariku, dan mencoba berenang ke permukaan. Akan tetapi, dengan tangan yang terikat, itu bukanlah hal yang mudah.Ada air yang memasuki lubang hidung dan mulutku, membuatku panik. Aku mencoba melepaskan diriku dari ikatan di pergelangan tanganku dan mencoba memperjuangkan hidupku. Namun, dengan tangan yang terikat, aku pasti mati. Ketika aku mempertimbangkan untuk menyerah, aku merasa tangan Jason yang kuat mencengkeram pinggulku dan menarikku ke permukaan.Jason berenang bersamaku ke dek yang ada di dekat sana. Petugas polisi dan petugas pemadam kebakaran menarik kami keluar dari air. Aku terbatuk-batuk dan memuntahkan air yang telah kutelan. Gaun pengantin dan rambutku basah oleh air. Tubuhku gemetar karena kedinginan dan Jason pun memelukku. Mereka
Laura“Sudah kubilang lepaskan dia!” Matanya menyala dengan amarah.Kinan terlepas dariku dan berdiri di samping Suzy, menertawaiku dengan lantang. Suzy tetap mengarahkan pistolnya kepadaku, menatapku dengan tajam, seakan-akan dia sudah mendapatkan aku di tempat yang dia inginkan.“Apakah kamu tahu sudah berapa kali aku memimpikan momen ini, Laura? Aku akhirnya akan membunuhmu,” katanya, hatinya dipenuhi oleh kebencian dan dendam.Aku menghela napas di saat itu. Bayangan anak-anakku dan suamiku terbesit di benakku. Aku memikirkan tentang hal-hal yang masih bisa kulalui bersama mereka dan ditemani mereka. Meskipun aku sangat menyesali hal itu di hatiku pada saat itu, aku tidak takut mati. Aku memiliki jiwa yang bersih dan tidak memiliki penyesalan sedikit pun.“Aku hanya bisa berduka tentangmu, Suzy,” kataku pada akhirnya, berpikir hidupku akan berakhir pada saat itu.Namun, mengejutkan bagiku, ketika dia menarik pelatuknya, seseorang mendorongnya dengan sangat keras sehingga dia
LauraAku sedang menunggu sebuah kesempatan untuk kabur dari tempat itu. Itu tidak semudah yang kubayangkan dan mereka tidak memberiku jeda sedikit pun. Tepat ketika kukira aku memiliki waktu untuk merencanakan pelarian diri, Kinan dan Suzy melepaskan ikatanku dan membawaku ke sebuah kapal pesiar kecil. Mereka terlihat gugup, seakan-akan mereka telah menerima sebuah peringatan atau semacamnya.“Apa yang kalian lakukan? Kalian mau membawaku ke mana?” tanyaku seraya mereka memaksaku untuk berjalan di dek danau. Gaun pengantinku merayap di bawah papan kayu, tanganku masih terikat.“Diam saja. Itu bukan urusanmu,” jawab Kinan dengan kasar.Aku menghela napas pasrah dan memandang ke semua tempat untuk fokus pada apa pun yang bisa membantuku nanti. Namun, dalam gelombang harapan, aku sudah mendengar suara-suara helikopter beroda mobil menghampiri tempat itu. Jason telah menangkap mereka. Akhirnya!“Itu Jason,” gumamku dengan penuh emosi. Sesaat, aku sempat kehilangan harapan dan berpiki
LauraTangan-tanganku terikat di belakang tubuhku di sebuah kursi seraya aku menghadap Suzy di hadapanku. Aku tidak tahu bagaimana dia telah berhasil melarikan diri dari penjara dan memasuki mansion untuk menculikku dan membawaku ke tempat ini. Aku mencoba memahami itu semua. Itu adalah hari pernikahanku, tapi tetap saja, orang-orang ini tidak mau membiarkan aku sendirian.“Bagaimana kamu bisa kabur dari penjara, Suzy?” tanyaku padanya sambil menatapnya dengan tajam. Aku sedang mengambil kesempatan. Sekarang aku berkomunikasi dengannya karena Kinan telah beristirahat sebentar. Kami sedang berada di rumah kayu di dekat danau kecil. Ada pohon-pohon rindang yang menutupi seluruh tempat itu.Keseluruhan skenario itu, cara dia dan Kinan bersikap, membuatku berpikir mereka telah merencanakan hal ini sejak lama.Suzy terkekeh sinis seraya dia mengikat kakiku dengan tali tambang yang kuat, menggagalkan rencanaku untuk mencoba kabur. “Ternyata, bukan kamu saja yang memiliki sekutu, Laura,”
Jason“Tidak apa-apa, Kinan. Aku akan mengirimkan uangnya, cukup berikan nomor rekeningmu dan aku akan mengirimkannya hari ini,” kataku padanya, mendapatkan anggukan setuju dari Juan.Namun, Kinan, di ujung telepon lainnya, menertawaiku seakan-akan aku adalah orang bodoh. “Kamu pikir aku benar-benar akan menerima uang elektronik? Kamu sangat meremehkanku, ya? Aku ingin kamu memenuhi satu mobil, dua mobil, atau seratus mobil, terserah! Aku ingin kamu mengisi mereka dengan uang tunai sah dan bawa itu semua padaku. Barulah saat itu aku akan membebaskan wanita j*lang ini. Kamu dengar, ‘kan?” katanya, berteriak.Aku sangat terkejut oleh kata-katanya. Juan maupun aku tidak menduga hal itu. Kinan telah memetakan rencananya dengan sangat baik dan itu adalah tantangan bagi kami.“Kenapa, Jason? Kenapa kamu diam sekali sekarang? Lidahmu dicuri kucing?” ejeknya.“Tidak apa-apa, Kinan. Kamu ingin uang triliunan rupiah, ‘kan? Kalau begitu, aku akan memberimu uangnya. Dalam bentuk uang tunai, s
JasonTiba-tiba, pintu ruangan terbuka dan Anna berlari ke arahku dengan wajah yang khawatir. “Apakah benar Mama menghilang, Papa? Di mana dia? Di mana Mama?” Dia ingin tahu, ketakutan, matanya dipenuhi oleh rasa takut.Aku menoleh ke atas dan melihat Fia berjalan memasuki ruangan sambil memegangi si kembar. Aku merasa terganggu bahwa dia telah membawa anak-anak pada saat itu. Ini semua sudah sulit untuk dipahami, lebih baik jangan libatkan anak-anak untuk sekarang. Fia, melihat ekspresiku yang tidak senang, menggelengkan kepalanya dengan raut wajah tidak berdaya. “Anna ada di sampingku ketika Tama meneleponku. Mustahil untuk menahannya,” jelasnya.Si kembar, meskipun sangat muda, bisa menafsirkan bahwa ada yang salah hanya dari ketegangan di tempat itu.“Kumohon, Papa, jawab aku. Di mana Mama?” tanya Anna lagi, hampir menangis.Aku berlutut untuk menyesuaikan diri dengan tingginya dan memegang pundaknya, menghela napas. “Aku tidak bisa menjawab ini sekarang, tuan putriku, tapi ak