Share

209. Jadi Simpanan Sekar

Penulis: Henny Djayadi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-17 21:06:23

Sekar meninggalkan restoran dengan langkah cepat, ekspresinya penuh amarah. Nadya hanya bisa menghela napas panjang, perasaan bersalah menghantui dirinya. Dia sadar, kebodohannya menerima bantuan Sekar tanpa berpikir panjang telah menyeretnya ke dalam masalah besar.

Sambil meremas tasnya erat, Nadya segera memutuskan untuk menemui Rangga. Apapun nanti yang akan terjadi, yang Nadya tahu adalah dia harus jujur tentang masalah ini kepada calon suaminya.

Nadya melangkah gontai menyusuri Lorong rumah sakit. Seharusnya saat ini Rangga bisa fokus pada pemulihan kesehatannya setelah mengalami kecelakaan. Tetapi kebodohannya telah memberi beban berat kepadanya.

Wajah Rangga terlihat letih karena baru saja selesai fisioterapi, tetapi senyum kecil tersungging ketika melihat calon istrinya datang.

“Sudah kangen, ya?” tanya Rangga dengan nada menggoda.

Nadya menggelengkan kepala lemah. Air matanya tidak tertahan lagi, menangisi kesalahan dan kebodohan yang telah dia lakukan.

“Jangan katakana kalau
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Michellyn
Bu Sekar gersang ya sampai mau Rangga jd simpanannya
goodnovel comment avatar
Zhen Zhen
wow thanks thor upnya .. tp blom puas
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   210. Masa Depan Baru

    “Sepertinya otak cantik calon istriku ini pola pikirnya harus ditata ulang,” ucap Rangga sambil menoel hidung Nadya. “Bu Sekar tidak serendah itu.”Bagi Rangga, Sekar benar-benar sosok pahlawan yang telah banyak berjasa kepadanya. Dengan segala bantuan yang diberikan Sekar, Rangga mampu mengangkat derajat keluarganya.“Lalu apa yang diinginkan oleh Bu Sekar darimu?” tanya Nadya terdengar mendesak jawaban secepatnya.“Bu Sekar memintaku untuk memata-matai setiap gerak-gerik Mas Sean, terutama yang berhubungan dengan perempuan. Tapi aku tidak mau, karena menurutku Mas Sean sudah dewasa dan tahu apa yang dia lakukan.”“Dia suka main perempuan?”Rangga tersenyum mendengar pertanyaan Nadya. “Mas Sean bukan lelaki yang seperti itu. Bu Sekar hanya tidak ingin ada skandal yang bisa menghancurkan reputasi perusahaan.”“Kalau kamu?”“Maksudnya?” tanya balik Rangga sambil mengerutkan dahinya, tampak bingung dengan pertanyaan yang baru saja terlontar dari calon istrinya.“Kamu suka main perempuan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   211. Pelampiasan Nafsu Semata

    Podcast bersama Dennis Surahman telah berakhir. Dennis Surahman mengantar Lila sampai di depan studionya.“Ini podcast yang luar biasa banget. Terima kasih, Lila, sudah mau berbagi cerita di sini. Kalau ada kata-kata saya yang salah atau terlalu nyentil, saya minta maaf. Jangan kapok, ya, kalau diundang lagi!” ucap Dennis dengan gayanya yang begitu akrab sambil terkekeh.Lila tersenyum, merasa nyaman dengan suasana santai yang diciptakan Dennis. “Saya justru senang bisa berbagi di sini. Kalau diundang lagi dan ada waktu dengan senang hati saya akan datang,” jawab Lila sambil tertawa kecil.Dennis mengangguk antusias. “Mantap, itu baru jawaban seorang Lila. Oh iya, satu lagi nih sebelum kita tutup. Saya doakan semoga proses persalinannya nanti lancar, bayinya sehat, dan ibunya juga sehat. Kalau lahirnya cowok, boleh dong disekolahin buat jadi atlet basket, biar kaya bapaknya dulu.”Lila mengerutkan keningnya, karena dia tidak pernah mendengar Sean pernah menjadi atlet basket.“Belum pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   212. Adu Domba

    Lila duduk di sofa ruang keluarga, laptop terbuka di depannya. Jari-jarinya mengetik naskah untuk konten berikutnya, tapi pikirannya tidak sepenuhnya fokus. Setiap beberapa menit, dia menoleh ke arah pintu, berharap melihat kemunculan suaminya.Dia menghela napas, mencoba kembali fokus pada pekerjaannya. Namun, bayangan foto-foto Sean dengan Miranda terus mengganggu pikirannya.“Kalau sedang dibutuhkan malah pulang telat," gumamnya pada diri sendiri, mencoba meredakan kegelisahan. Tapi semakin dia berpikir, semakin hatinya terasa berat.Lampu di ruang keluarga menyala temaram, menciptakan suasana yang tenang. Namun, ketenangan itu tidak terasa di hati Lila. Dia menatap layar laptopnya, tapi pikirannya melayang ke berbagai kemungkinan yang membuat dadanya terasa semakin sesak.Suara detik jam dinding terasa semakin jelas di telinganya. Lila menoleh lagi ke arah pintu. Tidak ada tanda-tanda Sean pulang. Dia memejamkan mata sejenak, menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri."Aku h

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   213. Suami yang Tidak Peka

    “Sean, apakah kau masih ingat kejadian saat kita makan siang di kantormu, beberapa hari yang lalu?”Sean tersenyum tipis menatap istrinya. “Kau lebih suka makan siangnya atau sesudahnya?” tanya Sean dengan nada menggoda karena mengira Lila ingin mengulang kembali pergulatan panas siang itu.Tetapi Lila tidak membalas senyum Sean, bahkan tatap matanya tetap serius langsung tertuju ke arah Sean.Senyum Sean perlahan memudar. Dia tahu bahwa istrinya tidak sedang bercanda. Nada suara Lila, tatapan matanya yang serius, menandakan bahwa apa pun yang akan dibicarakannya ini bukan hal sepele.“Bukan itu, Sean. Aku merasa ada yang aneh dengan minuman yang aku minum waktu itu.”“Baik, lalu ….” Sean masih ingat saat pertama meminumnya Lila mengatakan ada yang aneh dengan jus miliknya.Lila menghela napas dalam-dalam, mencoba mengatur emosinya agar bisa berbicara dengan tenang hingga mudah dimengerti oleh Sean.“Setelah makan siang aku merasakan tubuhku memberi reaksi yang berbeda. Aku begitu ing

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   214. Persaingan Sengit

    Di sebuah kafe remang yang penuh atmosfer santai, Bella duduk bersama Vicky. Di meja kecil mereka, hidangan telah terhidang, tapi hanya sedikit yang disentuh. Vicky menyeruput kopinya perlahan, pandangannya tertuju pada Bella yang terlihat begitu bersemangat bercerita tentang masa lalunya.“Awal aku kerja di perusahaan itu, aku sebenarnya sekretarisnya Bu Sekar,” ujar Bella sambil menatap Vicky dengan mata berbinar. Senyumnya lebar, seakan sedang menghidupkan kembali kenangan yang manis.“Bu Sekar itu keras, tapi dia pemimpin yang baik. Dia sering memuji kerja kerasku. Bahkan, pernah suatu kali dia bilang, ‘Bella, kalau kamu jadi menantuku, aku pasti sangat beruntung.’”Vicky tersenyum kecil, tertarik mendengar cerita itu. "Serius dia ngomong kaya gitu?"Bella mengangguk. "Iya. Waktu itu Sean masih kuliah di luar negeri. Setelah dia lulus dan Bu Sekar memutuskan mundur, Sean langung menggantikan posisi mamanya. Dan dia tetap mempertahankan aku sebagai sekretarisnya."Bella terdiam sej

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   215. Calon Suami Idaman

    Sean melangkah masuk ke kamar rawat Rangga dengan langkah ringan. Di tangan kirinya, ia membawa sekantong buah segar yang sempat dia beli di perjalanan. Wajah Sean memancarkan kelegaan ketika melihat Rangga duduk santai di atas ranjang, tersenyum menyambut kedatangannya. “Bagaimana keadaanmu, Ngga?” tanya Sean sambil meletakkan buah di meja samping ranjang. “Sudah jauh lebih baik, Mas. Dokter bilang kalau semuanya berjalan lancar, beberapa hari lagi aku sudah boleh pulang,” jawab Rangga dengan senyum kecil. Sean menghela napas panjang, matanya sedikit menatap langit-langit seakan mengucap syukur dalam hati. “Syukurlah. Sudah diperiksa semua? Aku khawatir kalau harus ada komplikasi lain.” Rangga mengangguk pelan. “Semua sudah diperiksa, dan terkendali. Organ-organ dalam semua bagus, termasuk organ reproduksi.” Sean tersenyum kecil sambil menggelengkan kepala. “Itu yang paling penting,” ucap Sean dengan nada bercanda. Sean menarik kursi lalu duduk di samping brankar Rangga. Merek

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   216. Sebuah Tantangan

    Sean menatap Rangga dengan sorot mata tegas, namun tetap hangat. Di antara mereka, udara terasa berat oleh kebimbangan yang tergambar jelas di wajah Rangga. Sean menghela napas dalam-dalam. “Kamu fokus saja pada kesehatanmu. Masalah biaya pernikahan biar aku yang urus,” ucap Sean terdengar penuh ketulusan Rangga menggeleng pelan, wajahnya dipenuhi rasa bersalah. “Tapi itu banyak banget, Mas. Belum lagi biaya ….” Sean tersenyum tipis, mencoba meredakan keresahan adiknya. “Selamat mewujudkan pernikahan impian untuk Nadya. Urusan ini biar jadi tanggung jawabku.” Tetapi, Rangga berusaha bertahan dengan keputusannya. “Aku bisa mencicil. Potong saja gajiku setiap bulan sampai lunas. Aku sudah menerima banyak dari Ibu dan Mas Sean. Untuk hal-hal yang sangat mendesak aku bisa terima, tapi untuk pesta pernikahan … sepertinya terlalu berlebihan.” Sean terdiam sejenak, pikirannya melayang pada sang mama, yang selalu menggunakan uang sebagai alat untuk mendapatkan kendali. Kala itu Sekar me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   217. Yang Terlewatkan

    Sekar menatap Sean dengan sorot mata yang penuh luka dan kemarahan. Wajahnya yang cantik kini memucat, garis-garis usia tampak jelas ketika dia mencoba menahan amarah yang menggelegak dalam dada. Amarah yang selama ini dia pendam, akhirnya meledak juga. “Mama sudah banyak mengalah. Mama tidak memenjarakan papamu dan gundiknya. Mama tetap membiarkan papamu hidup sejahtera dari perusahaan yang modalnya dari uang mama. Kurang mengalah apa lagi, Sean?” Suara Sekar bergetar, tidak bisa menutupi rasa sakit yang mengendap bertahun-tahun di dalam dirinya. Sepertinya Sekar sudah tidak bisa menahan lagi amarah yang sudah lama dia pendam selama ini. Tidak mudah baginya untuk melupakan perselingkuhan yang telah dilakukan oleh suami yang sangat dia cintai. Dari bukan siapa-siapa, dia angkat derajatnya, tetapi setelah di atas, Andika justru meninggalkannya demi perempuan lain. “Papamu sudah merampas semua milik mama,” tambahnya dengan suara parau, mencoba menekan emosi. Sean menarik napas panj

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20

Bab terbaru

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   406. Saat Jatuh Terpuruk

    Begitu melihat Ryan, mata Renasya langsung berbinar. Tanpa ragu, bocah itu berlari ke arahnya dan melompat ke dalam pelukannya.“Papa!” serunya, memeluk erat seolah takut kehilangan lagi. Ryan membalas pelukan itu, mencium puncak kepala putrinya, merasakan kehangatan yang lama ia abaikan.Renasya menatap wajah papanya dengan polos. “Papa sudah nggak pusing lagi?” tanya Renasya, karena setiap kali dia bertanya kenapa harus tinggal bersama Brilian, orang dewasa di rumah itu mengatakan jika papanya sedang pusing.“Kayak Papa Brilian yang selalu pusing, terus minta dimanja sama Mama Lila?” sambung Renasya yang pernah tanpa sengaja melihat Sean yang mengatakan pusing dan langsung mendepat pelukan dari Lila sebelum akhirnya keduanya menuju ke kamar.Ryan mengerutkan kening, sedikit bingung. Ia melirik Sekar, yang hanya menatapnya dengan ekspresi datar.“Papa Brilian kalau pusing, katanya Mama harus peluk dia, harus elus kepalanya, biar cepet sembuh.” Renasya melanjutkan dengan nada serius.

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   405. Melampiaskan Kesedihan

    Setiap orang memiliki cara sendiri-sendiri untuk menyingkirkan rasa sedihnya. Ryan lebih memilih diam menyendiri mengasingkan diri dari orang lain. Sepulang kerja, dia akan menyendiri di ruang kerja atau di kamar Risda.Seperti saat ini, Ryan duduk sendiri di ruang kerjanya ditemani secangkir kopi yang sudah dingin dibiarkan begitu saja. Hatinya masih terasa berat. Kepergian Andika meninggalkan lubang besar dalam dirinya, begitu pula kepergian Risda yang masih menyisakan luka.Sungguh jauh berbeda dengan Sean yang memilih untuk sibuk, Ryan justru semakin tenggelam dalam kesedihan. Ia butuh waktu untuk menerima semuanya.Di sisi lain, Sean sibuk membenamkan diri dalam pekerjaan. Setiap harinya ia pulang lebih larut, mencari cara agar pikirannya tidak terlalu banyak melayang pada kehilangan yang ia rasakan.Menjalani biduk rumah tangga hampir delapan tahun, membuat Lila bisa memahami suasana kebatinan suaminya. Termasuk bagaimana dia harus mempersiapkan diri di hadapan Sean dan menuruti

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   404. Celoteh Anak Kecil

    Malika duduk di sudut ruangan, memeluk boneka kelinci kesayangannya sambil memperhatikan Brilian dan Renasya. Matanya menyipit sedikit, menunjukkan perasaan yang tidak bisa ia sembunyikan, cemburu.Brilian tampak begitu bersemangat memperkenalkan Renasya kepada Malika. “Ini Renasya! Dia adikku!” ucap Brlian dengan bangga, tangannya menggandeng Renasya seolah ingin melindungi adik sepupunya tersebut.Malika menggigit bibirnya, merasa ada sesuatu yang berubah. Selama ini, Brilian selalu dekat dengannya, selalu melindungi dan menjaganya seperti kakak sendiri. Tapi sekarang, perhatian Brilian sepenuhnya tertuju pada Renasya.“Kamu kenapa diam saja, Malika?”Malika menggeleng pelan, tapi matanya masih terpaku pada Brilian dan Renasya. Lalu dengan berat hati akhirnya menerima uluran tangan Renasya.Renasya tersenyum saat Malika menggenggam tangannya. “Namaku Rena, aku adiknya Kak Brili. Kita bisa main bersama.”Suasana hati Malika tampaknya sedang tidak baik. Dia tidak seantusias biasanya s

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   403. Duka Mendalam

    Suasana duka menyelimuti rumah Andika. Cahaya lampu yang temaram dan lantunan doa-doa menciptakan keheningan yang mencekam. Sekar berdiri di sudut ruangan, memperhatikan Sean dan Ryan, tampak keduanya sama-sama dirundung kesedihan.Dalam hati Sekar bertanya, kebaikan apa yang membuat Andika begitu dicintai oleh kedua anaknya. Meski sebagai seorang ayah, Andika telah melakukan sebuah kesalahan fatal yang meninggalkan luka mendalam, baik itu kepada Sean maupun Ryan.Sean, meskipun wajahnya tidak berhiaskan senyum, tetapi dia tetap terlihat tegar. Ia menyapa tamu yang datang, memberi arahan kepada para pelayan agar memastikan segala sesuatu berjalan dengan baik. Namun, sesekali, tatapannya melayang ke arah jenazah sang papa, seolah masih berusaha menerima kenyataan pahit ini.Sementara itu, Ryan duduk diam di samping jenazah Andika, wajahnya kaku tanpa ekspresi. Tidak ada air mata yang jatuh, tetapi kesedihan terpancar jelas di matanya. Ryan seperti sedang menunggu sang papa tertidur, be

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   402. Asa yang Telah Padam

    Sekar menguatkan hatinya melangkah mendekati ranjang perawatan Andika dengan perasaan yang tak menentu. Napas pria itu tersengal, dengan mata yang setengah terbuka, seolah ingin menangkap sosok Sekar untuk terakhir kalinya. Di sekeliling mereka, suara alat medis terus berbunyi, menjadi latar yang tak bisa diabaikan.Sekar menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan air matanya. Dengan tangan gemetar, ia menggenggam tangan Andika yang terasa semakin dingin. Perasaan bersalah dan kepedihan bersarang dalam hati perempuan paruh baya itu. Bagaimana mungkin cinta mereka yang pernah menggebu-gebu kini berakhir di sini?Sekar mendekatkan mulutnya tepat di telinga Andika. Dengan suara pelan dan bergetar, perempuan paruh baya itu membisikkan sebuah doa, seperti yang pernah ia ucapkan kala melepas kepergian sang papa beberapa tahun yang lalu.Bayangan kebersamaan mereka yang dulu kembali menghampiri pikirannya, berputar-putar tanpa henti.Andika dengan tatap mata kosong yang menerawang, mencoba

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   401. Setelah Maaf Terucap

    Sekar melangkah keluar dari ruang perawatan Andika dengan gurat wajah penuh kekesalan. Ia tidak ingin berlama-lama di tempat itu, karena hanya akan mengingatkan kembali pada luka lama yang sampai saat ini belum bisa sembuh sepenuhnya.Seandainya bukan untuk memberi kejelasan tentang hubungan mereka, bagi Sekar pertemuan ini hanya membuang waktunya. Andika sudah menjadi bagian dari masa lalu yang tak perlu diungkit lagi.Namun, baru beberapa langkah dari pintu, suara langkah kaki yang tergesa-gesa membuatnya berhenti. Sekar menoleh dan melihat seorang dokter bersama beberapa perawat bergegas masuk ke ruang perawatan Andika. Wajah mereka tegang, gerakan mereka cepat dan menunjukkan suasana darurat.Hatinya mendadak berdebar kencang. Sekar bisa saja mengabaikan, dan terus berjalan seperti yang ia rencanakan sejak awal. Namun, tanpa sadar, kaki perempuan paruh baya itu justru melangkah kembali ke arah pintu.Sekar berdiri di ambang pintu, menyaksikan dokter dan perawat mengelilingi Andika

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   400. Harapan Andika

    Brilian dengan antusias menceritakan pertemuannya dengan Renasya kepada Sekar. Bocah itu duduk di sofa sambil mengayunkan kakinya, wajahnya bersinar penuh semangat.“Oma, ternyata aku sudah punya adik.”Sekar menatap cucunya. Biasanya yang dia sebut adik adalah Malika dan Mikaila anak dari Rangga dan Nadya.“Namanya Renasya, Oma. Dia cantik sekali! Rambutnya panjang wangi, dia juga lucu, suka tertawa. Tidak cengeng seperti Malika,” cerita Brilian dengan penuh semangat.Sekar, yang sedang membaca majalah di sebelahnya, hanya menanggapi dengan anggukan kecil. “Oh ya?”Brilian mengangguk cepat. “Iya! Aku suka main sama dia. Kalau nanti dia main ke sini, aku mau ngajarin dia main basket.”Sekar tersenyum kecil, tapi tak ada antusiasme di matanya. Ia mendengar cerita cucunya, tapi hatinya tetap dingin. Meski dia sadar jika Renasya tidak berdosa, tetapi Sekar belum bisa menerima Renasya ataupun Ryan sepenuhnya.Bagi Sekar, meski Risda sudah tiada, jejak kesalahan wanita itu masih terasa dal

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   399. Terminal Lucidity

    Suasana di ruang perawatan Andika dipenuhi kebahagiaan. Sean dan Ryan datang bersama keluarga mereka, membawa serta anak dan istri masing-masing. Andika tersenyum melihat dua putranya berdiri berdampingan, membawa keluarga kecil mereka ke hadapannya."Papa, ini Renasya," ujar Ryan sambil menggendong putrinya yang masih malu-malu.Andika menatap gadis kecil itu dengan penuh kasih. "Renasya, ke mari, Nak."Renasya menoleh ke Ryan, memastikan bahwa dia boleh mendekat, lalu dengan ragu melangkah ke tempat tidur Andika. Saat Andika mengulurkan tangannya, Renasya tersenyum dan menggenggam jemari rentanya."Opaaaa!" serunya girang.Andika melihat Brilian yang masih berada di samping Sean. Mereka sudah beberapa kali bertemu, pertemuan yang dirahasiakan dari Sekar tentunya.“Brili tidak kangen opa?” tanya Andika sambil mengulurkan tangannya. “Sini dekat dengan adikmu.”“Dia kakakku?” tanya Renasya dengan polosnya.Bocah yang baru berusia tiga tahun kembali melihat ke arah kedua orang tuanya se

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   398. Sekali Saja

    Sean setengah berlari menuju ruang perawatan Andika. Napasnya memburu, tapi hatinya penuh harapan. Begitu membuka pintu, matanya langsung menangkap pemandangan yang membuatnya terdiam sesaat.Andika terbaring di atas brankar dengan mata terbuka, menatap ke arahnya dengan senyum tipis. Di sampingnya, Ryan duduk dengan ekspresi penuh kebahagiaan.“Papa sudah sadar!” seru Ryan, suaranya terdengar lega.Sean nyaris tidak percaya. Ia segera mendekat, meraih tangan sang papa dengan erat. “Papa…” suaranya bergetar. “Akhirnya…”Andika menatap kedua putranya dengan mata berkaca-kaca. “Kalian di sini…” suaranya lemah, tapi penuh kehangatan.Untuk pertama kalinya Andika menyaksikan kedua putranya berada dalam satu tempat dalam keadaan kompak dan rukun.“Papa sudah lama tertidur,” ujar Ryan, mencoba menahan emosinya. “Kami menunggu Papa sadar.”Sean mengangguk cepat. “Kami pikir… Papa tidak akan bangun lagi.”Andika tersenyum samar, menatap mereka satu per satu. “Tuhan masih memberiku waktu… untu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status