Share

210. Masa Depan Baru

Penulis: Henny Djayadi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-18 17:24:57

“Sepertinya otak cantik calon istriku ini pola pikirnya harus ditata ulang,” ucap Rangga sambil menoel hidung Nadya. “Bu Sekar tidak serendah itu.”

Bagi Rangga, Sekar benar-benar sosok pahlawan yang telah banyak berjasa kepadanya. Dengan segala bantuan yang diberikan Sekar, Rangga mampu mengangkat derajat keluarganya.

“Lalu apa yang diinginkan oleh Bu Sekar darimu?” tanya Nadya terdengar mendesak jawaban secepatnya.

“Bu Sekar memintaku untuk memata-matai setiap gerak-gerik Mas Sean, terutama yang berhubungan dengan perempuan. Tapi aku tidak mau, karena menurutku Mas Sean sudah dewasa dan tahu apa yang dia lakukan.”

“Dia suka main perempuan?”

Rangga tersenyum mendengar pertanyaan Nadya. “Mas Sean bukan lelaki yang seperti itu. Bu Sekar hanya tidak ingin ada skandal yang bisa menghancurkan reputasi perusahaan.”

“Kalau kamu?”

“Maksudnya?” tanya balik Rangga sambil mengerutkan dahinya, tampak bingung dengan pertanyaan yang baru saja terlontar dari calon istrinya.

“Kamu suka main perempuan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   211. Pelampiasan Nafsu Semata

    Podcast bersama Dennis Surahman telah berakhir. Dennis Surahman mengantar Lila sampai di depan studionya.“Ini podcast yang luar biasa banget. Terima kasih, Lila, sudah mau berbagi cerita di sini. Kalau ada kata-kata saya yang salah atau terlalu nyentil, saya minta maaf. Jangan kapok, ya, kalau diundang lagi!” ucap Dennis dengan gayanya yang begitu akrab sambil terkekeh.Lila tersenyum, merasa nyaman dengan suasana santai yang diciptakan Dennis. “Saya justru senang bisa berbagi di sini. Kalau diundang lagi dan ada waktu dengan senang hati saya akan datang,” jawab Lila sambil tertawa kecil.Dennis mengangguk antusias. “Mantap, itu baru jawaban seorang Lila. Oh iya, satu lagi nih sebelum kita tutup. Saya doakan semoga proses persalinannya nanti lancar, bayinya sehat, dan ibunya juga sehat. Kalau lahirnya cowok, boleh dong disekolahin buat jadi atlet basket, biar kaya bapaknya dulu.”Lila mengerutkan keningnya, karena dia tidak pernah mendengar Sean pernah menjadi atlet basket.“Belum pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   212. Adu Domba

    Lila duduk di sofa ruang keluarga, laptop terbuka di depannya. Jari-jarinya mengetik naskah untuk konten berikutnya, tapi pikirannya tidak sepenuhnya fokus. Setiap beberapa menit, dia menoleh ke arah pintu, berharap melihat kemunculan suaminya.Dia menghela napas, mencoba kembali fokus pada pekerjaannya. Namun, bayangan foto-foto Sean dengan Miranda terus mengganggu pikirannya.“Kalau sedang dibutuhkan malah pulang telat," gumamnya pada diri sendiri, mencoba meredakan kegelisahan. Tapi semakin dia berpikir, semakin hatinya terasa berat.Lampu di ruang keluarga menyala temaram, menciptakan suasana yang tenang. Namun, ketenangan itu tidak terasa di hati Lila. Dia menatap layar laptopnya, tapi pikirannya melayang ke berbagai kemungkinan yang membuat dadanya terasa semakin sesak.Suara detik jam dinding terasa semakin jelas di telinganya. Lila menoleh lagi ke arah pintu. Tidak ada tanda-tanda Sean pulang. Dia memejamkan mata sejenak, menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri."Aku h

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   213. Suami yang Tidak Peka

    “Sean, apakah kau masih ingat kejadian saat kita makan siang di kantormu, beberapa hari yang lalu?”Sean tersenyum tipis menatap istrinya. “Kau lebih suka makan siangnya atau sesudahnya?” tanya Sean dengan nada menggoda karena mengira Lila ingin mengulang kembali pergulatan panas siang itu.Tetapi Lila tidak membalas senyum Sean, bahkan tatap matanya tetap serius langsung tertuju ke arah Sean.Senyum Sean perlahan memudar. Dia tahu bahwa istrinya tidak sedang bercanda. Nada suara Lila, tatapan matanya yang serius, menandakan bahwa apa pun yang akan dibicarakannya ini bukan hal sepele.“Bukan itu, Sean. Aku merasa ada yang aneh dengan minuman yang aku minum waktu itu.”“Baik, lalu ….” Sean masih ingat saat pertama meminumnya Lila mengatakan ada yang aneh dengan jus miliknya.Lila menghela napas dalam-dalam, mencoba mengatur emosinya agar bisa berbicara dengan tenang hingga mudah dimengerti oleh Sean.“Setelah makan siang aku merasakan tubuhku memberi reaksi yang berbeda. Aku begitu ing

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   214. Persaingan Sengit

    Di sebuah kafe remang yang penuh atmosfer santai, Bella duduk bersama Vicky. Di meja kecil mereka, hidangan telah terhidang, tapi hanya sedikit yang disentuh. Vicky menyeruput kopinya perlahan, pandangannya tertuju pada Bella yang terlihat begitu bersemangat bercerita tentang masa lalunya.“Awal aku kerja di perusahaan itu, aku sebenarnya sekretarisnya Bu Sekar,” ujar Bella sambil menatap Vicky dengan mata berbinar. Senyumnya lebar, seakan sedang menghidupkan kembali kenangan yang manis.“Bu Sekar itu keras, tapi dia pemimpin yang baik. Dia sering memuji kerja kerasku. Bahkan, pernah suatu kali dia bilang, ‘Bella, kalau kamu jadi menantuku, aku pasti sangat beruntung.’”Vicky tersenyum kecil, tertarik mendengar cerita itu. "Serius dia ngomong kaya gitu?"Bella mengangguk. "Iya. Waktu itu Sean masih kuliah di luar negeri. Setelah dia lulus dan Bu Sekar memutuskan mundur, Sean langung menggantikan posisi mamanya. Dan dia tetap mempertahankan aku sebagai sekretarisnya."Bella terdiam sej

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   215. Calon Suami Idaman

    Sean melangkah masuk ke kamar rawat Rangga dengan langkah ringan. Di tangan kirinya, ia membawa sekantong buah segar yang sempat dia beli di perjalanan. Wajah Sean memancarkan kelegaan ketika melihat Rangga duduk santai di atas ranjang, tersenyum menyambut kedatangannya. “Bagaimana keadaanmu, Ngga?” tanya Sean sambil meletakkan buah di meja samping ranjang. “Sudah jauh lebih baik, Mas. Dokter bilang kalau semuanya berjalan lancar, beberapa hari lagi aku sudah boleh pulang,” jawab Rangga dengan senyum kecil. Sean menghela napas panjang, matanya sedikit menatap langit-langit seakan mengucap syukur dalam hati. “Syukurlah. Sudah diperiksa semua? Aku khawatir kalau harus ada komplikasi lain.” Rangga mengangguk pelan. “Semua sudah diperiksa, dan terkendali. Organ-organ dalam semua bagus, termasuk organ reproduksi.” Sean tersenyum kecil sambil menggelengkan kepala. “Itu yang paling penting,” ucap Sean dengan nada bercanda. Sean menarik kursi lalu duduk di samping brankar Rangga. Merek

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   216. Sebuah Tantangan

    Sean menatap Rangga dengan sorot mata tegas, namun tetap hangat. Di antara mereka, udara terasa berat oleh kebimbangan yang tergambar jelas di wajah Rangga. Sean menghela napas dalam-dalam. “Kamu fokus saja pada kesehatanmu. Masalah biaya pernikahan biar aku yang urus,” ucap Sean terdengar penuh ketulusan Rangga menggeleng pelan, wajahnya dipenuhi rasa bersalah. “Tapi itu banyak banget, Mas. Belum lagi biaya ….” Sean tersenyum tipis, mencoba meredakan keresahan adiknya. “Selamat mewujudkan pernikahan impian untuk Nadya. Urusan ini biar jadi tanggung jawabku.” Tetapi, Rangga berusaha bertahan dengan keputusannya. “Aku bisa mencicil. Potong saja gajiku setiap bulan sampai lunas. Aku sudah menerima banyak dari Ibu dan Mas Sean. Untuk hal-hal yang sangat mendesak aku bisa terima, tapi untuk pesta pernikahan … sepertinya terlalu berlebihan.” Sean terdiam sejenak, pikirannya melayang pada sang mama, yang selalu menggunakan uang sebagai alat untuk mendapatkan kendali. Kala itu Sekar me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   217. Yang Terlewatkan

    Sekar menatap Sean dengan sorot mata yang penuh luka dan kemarahan. Wajahnya yang cantik kini memucat, garis-garis usia tampak jelas ketika dia mencoba menahan amarah yang menggelegak dalam dada. Amarah yang selama ini dia pendam, akhirnya meledak juga. “Mama sudah banyak mengalah. Mama tidak memenjarakan papamu dan gundiknya. Mama tetap membiarkan papamu hidup sejahtera dari perusahaan yang modalnya dari uang mama. Kurang mengalah apa lagi, Sean?” Suara Sekar bergetar, tidak bisa menutupi rasa sakit yang mengendap bertahun-tahun di dalam dirinya. Sepertinya Sekar sudah tidak bisa menahan lagi amarah yang sudah lama dia pendam selama ini. Tidak mudah baginya untuk melupakan perselingkuhan yang telah dilakukan oleh suami yang sangat dia cintai. Dari bukan siapa-siapa, dia angkat derajatnya, tetapi setelah di atas, Andika justru meninggalkannya demi perempuan lain. “Papamu sudah merampas semua milik mama,” tambahnya dengan suara parau, mencoba menekan emosi. Sean menarik napas panj

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   218. Dendam Membakar Hati

    Hari masih pagi, tetapi energi Sean rasanya sudah hampir terkuras habis. Sean tidak bisa membiarkan sang mama berbuat semena-mena terhadap orang lain, tetapi dia pun tidak mungkin mengabaikan luka hatinya. Sebagai seorang anak, ingin rasanya Sean bisa menjadi penengah yang akan menjembatani perdamaian kedua orang tuanya. Dia ingin papa dan mamanya menikmati masa tua dengan bahagia, meski tidak harus bersama. Kesibukannya pagi ini membuat Sean terpaksa terlambat tiba di kantornya. Sean melangkah cepat melewati meja resepsionis hingga tiba di ruang sekretaris pribadinya. Sekilas dia melirik Bella yang sedang sibuk mengetik sesuatu di laptopnya. Tanpa memperlambat langkah, Sean memberi isyarat dengan tangan dan berkata singkat, "Bella, ke ruangan saya sekarang!" Bella mendongak, matanya berbinar. Ada senyum kecil yang terlukis di wajahnya, seolah-olah perintah Sean adalah penghargaan yang menegaskan posisinya. Betapa Sean sangat membutuhkan dan bergantung kepadanya. Bella seger

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20

Bab terbaru

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   450. Lamaran

    Ruangan terasa lebih berat dari sebelumnya. Saat Prabu Yudistira melangkah masuk, aura wibawanya memenuhi setiap sudut ruangan. Sean yang duduk di sofa menegakkan bahunya, sementara Ryan dan Rina mulai menyesuaikan sikap mereka. Kecuali Lila, perut yang berisi dua janin itu membuatnya tidak terus bersandar.Tidak ada lagi candaan atau komentar sarkastik seperti sebelumnya. Mereka menyambut tamu dengan hormat.Dua pemuda yang mengiringi Prabu kini duduk di kiri dan kanannya. Tatapan mereka tajam, penuh kewaspadaan, seperti dua pengawal yang siap menjaga ayah mereka. Meski tanpa seragam, cara mereka membawa diri menunjukkan bahwa mereka terbiasa dengan disiplin dan otoritas.Prabu menatap Sekar dengan ekspresi yang sulit dibaca. Biasanya, ketika mereka hanya berdua, ada senyum genit dan godaan ringan yang kerap keluar dari bibirnya. Namun, kali ini, tidak ada tanda-tanda pria yang sering menggoda Sekar dengan panggilan manja.Ia menoleh ke Sean, lalu berbicara dengan nada formal. “Saya

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   449. Hari yang Tak Biasa

    449Sekar tidak pernah membayangkan akan membuat keputusan sebesar ini. Setelah pengkhianatan Andika, yang terbersit dibenaknya hanya membesarkan Sean, menikahkan putra semata wayangnya, lalu mengisi masa tua dengan momong cucu-cucunya.Tapi kini, pada saat menantunya akan melahirkan untuk kedua kalinya, justru pikirannya disibukkan dengan pernikahan.Sekar menatap bunga-bunga di taman yang tersorot matahari pagi, kicauan burung yang diiringi suara air gemericik air terjun buatan membuat suasana alami yang menenangkan.Mata Sekar menangkap bayangan Sean yang melangkah mendekatinya. Dia tahu putranya itu pasti akan membicarakan tentang Prabu Yudistira.“Pagi, Ma!” sapa Sean dengan lembut, lalu duduk di samping sang mama.Sekar mengangkat cangkir tehnya, meniup uap yang masih mengepul sebelum menyeruputnya perlahan untuk menutupi rasa gugup yang mendera. Matanya tetap tertuju pada Sean, tapi ia tidak segera menjawab.Sean menunggu, membaca ekspresi mamanya yang tenang, tapi sorot matany

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   448. Karma Baik

    Sean berdiri terdiam di dekat jendela kamarnya, tatap matanya menerawang jauh ke luar. Cahaya matahari senja memantulkan warna keemasan di wajahnya, tetapi pikirannya tetap kelam.Lila mengeratkan pelukannya dari belakang, merasakan ketegangan di tubuh suaminya."Susah sekali peluk kamu," gumam Lila dengan nada manja, mencoba mencairkan suasana.Sean tersentak kecil, lalu tanpa berkata-kata, ia berbalik. Wajahnya masih muram, tetapi senyum lembut muncul saat matanya bertemu dengan Lila. Ia merengkuh istrinya ke dalam pelukan erat, mencium pucuk kepala dengan penuh kasih sambil mengusap lembut perut yang sempat menghalangi."Aku hanya butuh waktu," bisik Sean lirih.Lila menatapnya, tangannya naik ke wajah Sean, membelai pelan garis rahangnya. "Aku tahu ini berat buat kamu. Tapi setidaknya, dengarkan dulu penjelasan Mama. Jangan langsung menutup hati."Sean menghela napas panjang. "Kamu tahu bagaimana perasaanku soal ini, kan?"Lila mengangguk. "Aku tahu. Tapi Mama pasti punya alasan.

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   447. Sean oh Sean

    Sekar menghela napas panjang, membiarkan tatapannya lepas dari foto pernikahan yang tadi menggiringnya ke masa lalu. Suara tawa di luar kamar membuatnya tersadar kembali ke kenyataan. Dengan perlahan wanita paruh baya itu melangkahkan kaki keluar kamarnya.Sean dan Lila baru saja memasuki rumah, tawa mereka ringan, penuh kebahagiaan. Sekar tidak bisa menahan senyum. Putranya dan menantunya baru saja melewati badai besar, dan mereka berhasil bertahan. Sekar melihat kehangatan dalam cara Sean merangkul Lila, dalam cara Lila menatap Sean dengan penuh cinta.Sekar melanjutkan langkahnya menuju ruang keluarga. Sean sudah melepas jasnya, duduk santai di sofa sementara Lila tersenyum manis duduk bersandar di dada bidang Sean, tangannya bertumpu di perut yang mulai membesar."Mama …." Lila tampak salah tingkah, saat mengetahui keberadaan ibu mertuanya. Meski mereka sudah lama menikah, tetapi Lila tidak pernah menunjukkan kemesraan berlebih di luar kamar.Mungkin efek kelelahan, Lila langsung

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   446. Sumpah Sang Prabu

    Masa itu, Sekar masih muda, penuh semangat dan idealisme. Dia baru saja menyelesaikan studinya dan kembali ke rumah, tetapi ayahnya, Adiraga Wismoyojati, sudah menyiapkan sebuah rencana besar untuknya.Di ruang tamu rumah mereka, Adiraga duduk dengan tenang, menyodorkan sebuah foto kepada Sekar. Foto seorang pria berseragam polisi, tampan dan gagah, dengan tatapan mata tajam penuh wibawa.“Namanya Prabu Yudistira. Perwira muda dengan masa depan cemerlang,” ucap Adiraga dengan nada penuh puja dan harapan.Sekar hanya melirik sekilas sebelum melengos. Dia bersandar di sofa, menyilangkan tangan di dada. “Aku tidak tertarik, Pa.”Adiraga menghela napas. “Sekar, kau bahkan belum mengenalnya.”“Untuk apa mengenalnya? Dia polisi. Dan aku tidak percaya polisi,” jawab Sekar tajam. Ada kebencian yang jelas di matanya, bukan pada Prabu Yudistira secara pribadi, tetapi pada profesinya.Adiraga menatap putrinya lama, lalu berkata dengan tenang, “Tidak semua polisi korup, Nak. Prabu Yudistira berbe

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   445. Yang Pernah Ditolak

    Di dalam mobil yang melaju mulus, Lila bersandar dengan nyaman. Senyum tipis terukir di wajahnya saat tangannya perlahan mengusap perutnya.Pikirannya masih dipenuhi dengan kata-kata Miranda. Meski dominan dengan kesedihan, tetapi ada bagian yang sampai saat ini masih membuatnya tidak percaya.Sean mengalami tremor saat mencium Miranda. Benarkah? Sulit dipercaya oleh Lila tentunya. Bagaimana tidak, selama ini Sean seperti laki-laki tidak kuat iman saat berdua dengannya. Sedikit saja pakaian Lila terbuka, membuat Sean begitu jahil ingin menyentuhnya. Dan sedikit saja Sean menyentuhnya, hasratnya harus dituntaskan.Lila mengenal Sean lebih dari siapa pun. Jika Sean masih terguncang saat itu, berarti ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar perasaan lama. Mungkin cinta yang sesungguhnya tak pernah hilang.Mobil berhenti dengan lembut di depan gedung kantor Sean. Seorang petugas keamanan segera menghampiri dan membukakan pintu untuk Lila.Lila melangkah turun dengan anggun, mengenakan ga

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   444. Pengakuan Miranda

    “Bisakah meninggalkan kami berdua?” tanya Miranda dengan tatap mata memohon kepada Chiara. Ya, Miranda ingin berbicara berdua hanya dengan Lila saja.Lila menatap Miranda dengan ekspresi penuh tanya. Udara di antara mereka terasa berat meskipun ruangan itu cukup terang. Chiara baru saja meninggalkan mereka berdua, memberikan kesempatan bagi Miranda untuk berbicara.Miranda menggigit bibirnya, menahan emosi yang seolah ingin meledak. Dia menunduk sejenak sebelum akhirnya mengangkat wajahnya, mata berkaca-kaca."Lila, aku minta maaf." Suara Miranda bergetar, tapi tetap jelas. "Aku tahu, aku tidak pantas meminta ini, tapi aku ingin kau tahu sesuatu."Lila mengangguk pelan, memberi Miranda ruang untuk melanjutkan.Setetes air mata jatuh di pipi Miranda. Dia mengusapnya cepat, lalu tersenyum kecil yang lebih terlihat seperti kepedihan."Sean beruntung memiliki istri sepertimu," ucap Miranda dengan suara yang sarat emosi. "Aku mengira bisa mendekatinya lagi ... tapi sepertinya aku salah."L

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   443. Prabu Menagih

    Berita tentang perselingkuhan Satrio dengan Sandrina Louisa masih panas di media, tetapi gelombang lebih besar segera menyusul. Perlahan, satu per satu borok yang selama ini tertutup rapat mulai terbongkar.Bisnis ilegal yang dijalankan Satrio akhirnya mencuat ke permukaan. Mulai dari tambang tanpa izin, pencucian uang, hingga keterlibatannya dalam jaringan suap. Media mulai menggali lebih dalam, menghubungkan setiap kepingan informasi yang tersebar.Semua hal yang berhubungan dengan Satrio, dihubungkan dengan nama besar sang ayah yang merupaka seorang jenderal polisi Bintang tiga, Gunawan Wibisono. Mau tak mau nama itu ikut terseret dalam pusaran skandal ini.Gunawan, yang selama ini dikenal sebagai sosok kuat dengan pengaruh besar dalam institusinya, kini menghadapi tekanan yang belum pernah ia alami sebelumnya. Kedekatannya dengan berbagai lingkaran kekuasaan yang selama ini menjadi tamengnya perlahan runtuh di hadapan desakan publik."Gunawan Wibisono terlibat dalam perlindungan b

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   442. Karma Instan

    Podcast dengan Dennis Surahman berjalan dengan lancar. Dan hasil yang didapatkan sesuai harapan. Bukan hanya membuka mata publik, tetapi ini adalah serangan balik yang sangat efektif. Seperti dua gol Marselino Ferdinand ke gawang Arab Saudi dalam pertandingan Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia Round 2.Belum reda pembicaraan di media tentang podcast Dennis Surahman, publik kembali dikejutkan oleh kabar penggerebekan Satrio Wibisono dan Sandrina Louisa langsung meledak di berbagai media. Berita itu memenuhi laman utama portal berita online, trending di media sosial, dan menjadi perbincangan hangat di berbagai forum."Pengusaha Muda Satrio Gunawan Digerebek Bersama Artis Cantik Sandrina Louisa di Hotel Bintang Lima!""Istri Teraniaya, Suami Tertangkap Bersama Wanita Lain, Karma yang Datang Cepat!""Selingkuh dan Skandal: Kehidupan Ganda Satrio Wibisono Terbongkar!"Judul-judul berita itu terpampang di mana-mana, lengkap dengan foto Satrio yang digiring keluar dari kamar hotel dalam keada

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status