Share

139. Menghangat

Penulis: Henny Djayadi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-21 17:41:14

Pintu rumah terbuka perlahan, dan Sean melangkah masuk dengan langkah berat. Penampilannya jauh dari kesan rapi seperti biasanya. Jas hitamnya terlipat asal di lengan, dasinya sudah dilepas dan tergantung di saku celana, dan kemeja putihnya penuh kerutan.

Rambutnya yang biasanya tertata rapi kini berantakan, seolah tangannya terlalu sering meraup kepala dalam frustrasi. Wajahnya kusut, lingkar hitam di bawah matanya semakin dalam, mencerminkan kelelahan yang tidak hanya fisik tetapi juga emosional.

Dia menghela napas panjang, membiarkan pintu tertutup di belakangnya. Sean melepaskan sepatu dengan gerakan asal sebelum melangkah ke ruang tengah. Di sana, dia dikejutkan oleh pemandangan yang tidak dia duga.

"Lila?" Sean setengah tidak percaya melihat.

Di sofa ruang tengah, Lila duduk dengan laptop di pangkuannya, matanya terfokus pada layar yang memancarkan cahaya biru samar. Tumpukan buku dan catatan berserakan di sekitarnya.

Sean segera menghampiri, raut wajah lelahnya berganti dengan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   140. Jalan Terjal untuk Rencana Jahat

    Ryan duduk terpaku di kursi ruangannya, memo dari bagian HRD masih berada di tangannya. Surat pengunduran diri Nadya yang baru saja diserahkan pagi itu menjadi pukulan berat yang tidak dia duga. Wajahnya memerah, dan rahangnya mengeras. Dalam hitungan minggu, tiga karyawan terbaik yang selama ini menjadi andalannya, Lila, Rina, dan sekarang Nadya, telah meninggalkan perusahaan.“Mengapa jadi seperti ini?” gumam Ryan sambil meremas memo tersebut.Matanya menatap lurus ke meja, pikirannya berputar dengan berbagai spekulasi. Untuk Lila dan Rina, Ryan tidak bisa menghalangi mereka karena dia sadar itu semua adalah kesalahannya sendiri.Tetapi Nadya? Mengapa dia ikut-ikutan mengundurkan diri seperti dua rekannya?Ryan menyadari kedekatan mereka bertiga, tetapi tidak pernah menduga saat dia mengusik salah satunya, ketiganya akan memilih untuk meninggalkan perusahaannya.Ryan berdiri dari kursinya, berjalan mondar-mandir di ruangannya yang sepi. Tidak bisa dipungkiri, kepergian mereka satu p

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   141. Menyenangkan Istri

    Di ruang kerja yang sunyi, Sean duduk di depan laptopnya. Video lama yang pernah diunggah Lila sedang diputar, menampilkan istrinya dengan ekspresi tenang namun penuh keyakinan. Suaranya yang lembut namun tegas mengisi ruangan, menjelaskan isu ekonomi yang rumit dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami.“Kita tidak bisa menghindari deflasi, tetapi kita bisa belajar untuk menghadapinya,” ujar Lila di video. “Bagi keluarga dari kalangan menengah, penting untuk memahami bagaimana prioritas keuangan harus disesuaikan. Fokus pada kebutuhan primer, kurangi pengeluaran yang tidak perlu, dan jika memungkinkan, cobalah mencari sumber penghasilan tambahan.”Sean menyandarkan tubuhnya ke kursi, matanya tidak lepas dari layar. Kata demi yang terlontar dari mulut Lila terasa begitu mengalir seperti angin segar, membangkitkan semangat dan memberikan perspektif baru.Sean memperhatikan setiap gerakan kecil Lila, caranya menjelaskan dengan tangan, senyum yang sesekali muncul saat dia memberikan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   142. Sesuatu yang Masih Disembunyikan

    Mungkin benar apa yang dikatakan oleh Nadya. Selama Sean memperlakukan dirinya dengan baik, Lila harus bersyukur dan menikmati segala yang dia miliki saat ini. Dia harus fokus pada kehamilan dan proses persalinan yang semakin dekat.Perubahan sikap yang ditunjukkan oleh Sean akhir-akhir ini, membuat Lila merasa jika hubungannya dengan sang suami semakin membaik. Tak ayal hal tersebut membuat Lila merasa bahagia menantikan kelahiran putra pertamanya.Saat Lila sedang merapikan tempat tidurnya, dia dikejutkan oleh tangan kekar yang melingkar di perutnya. Tetapi keterkejutan itu berganti senyum, saat Lila mengenali aroma parfum yang akhir-akhir ini terasa begitu menenangkan baginya. Dan senyum itu semakin lebar, saat Lila menoleh ke belakang dan memastikan jika sang suami adalah pelakunya.“Sudah pulang?” tanyanya lembut.Sean tidak menjawab pertanyaan Lila, dia segera membalikkan tubuh Lila hingga membuat mereka dalam posisi yang saling berhadapan. Sean melabuhkan kecupan hangat di pucu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   143. Hatimu Masih di Sana

    Lila masih terpaku di posisinya, air mata mengalir tanpa bisa dia kontrol. Rasanya, seluruh tubuhnya lumpuh, tidak sanggup melangkah pergi dari kenyataan yang baru saja dia temukan.Suara gemericik air di kamar mandi berhenti. Lalu, pintu kamar mandi terbuka, memperlihatkan Sean yang melangkah keluar sambil mengeringkan tangannya.“Lila?” Suara Sean terdengar terkejut.Sean berhenti di ambang pintu, melihat istrinya berdiri kaku di depan meja kerjanya, dengan mata sembab dan pipi basah. Pandangan Sean beralih ke laptopnya yang masih terbuka, lalu kembali ke wajah Lila. Wajah Sean seketika berubah tegang, menyadari telah melakukan sebuah keteledoran.“Kenapa kamu di sini?” tanya Sean dengan suara yang terdengar lirih, hampir seperti bisikan yang bercampur dengan kegugupan.Lila mendongak perlahan, matanya yang memerah menatap Sean dengan luka yang begitu nyata. “Apa maksud semua ini, Sean?” tanya Lila dengan suara parau, tangannya menunjuk layar laptop yang masih menyala.Sean tidak me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   144. Kesungguhan Hati Sean

    Sean memandang tangga dengan napas tertahan, perutnya seakan diikat rasa cemas. Lila, dengan perut besarnya, telah berlari menaikinya tanpa memperhatikan kondisi tubuhnya.Sean tahu jika dia harus segera menyusul untuk menyelesaikan masalah. Tetapi ada rasa takut, jika saat dia mengejar Lila menjadi panik dan terpeleset. Akhirnya Sean memutuskan tetap memperhatikan setiap langkah Lila sambil berdoa untuk keselamatan anak dan istrinya.Setelah beberapa saat, ketika rumah kembali sunyi dan yakin Lila sudah masuk ke kamar, Sean akhirnya melangkah naik. Tangannya gemetar saat menyentuh kenop pintu kamar mereka yang terkunci. Ia mengetuk perlahan, mencoba menjaga nada suaranya tetap tenang meski hatinya sedang kacau.“Lila,” panggil Sean pelan. “Boleh aku masuk? Kita harus bicara.”Tidak ada jawaban dari dalam kamar, hanya keheningan yang terasa menyesakkan. Sean mengetuk lagi, kali ini sedikit lebih keras. “Lila, aku tahu aku salah. Aku tidak bermaksud menyakitimu. Tolong buka pintunya.”

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   145. Serangan Balik

    Rangga menjalankan perintah Sean dengan baik. Tidak butuh waktu yang lama acara tersebut sudah siap.Dengan langkah tegas, Sean melangkah menuju tempat konferensi pers yang telah dipenuhi wartawan. Cahaya lampu kamera berkedip-kedip, menyorot wajahnya yang tegas hingga mampu menutupi segala beban. Sean tidak menunjukkan keraguan, dia tahu ini adalah langkah yang harus diambil, bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk masa depan keluarganya.Setelah mengambil tempat yang telah dipersiapkan, Sean mengambil mikrofon. Ruangan yang semula dipenuhi suara bisik-bisik langsung hening. Sean menatap para wartawan dengan mata penuh ketegasan, lalu menghela napas panjang sebelum memulai.“Saya mengundang kalian semua ke sini hari ini untuk menjelaskan beberapa hal yang selama ini menjadi tanda tanya di publik,” Sean memulai. Suaranya mantap, meski ada sedikit getar yang tertahan.“Saya ingin dengan tegas menyatakan bahwa hubungan saya dengan Miranda Manuella telah berakhir. Hubungan tersebut

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   146. Sama-sama Berubah

    "Sial!" gumam Andreas pelan, tetapi tidak bisa menutupi amarah dan kebenciannya. "Apakah kau sudah melihat video yang diposting temannya Lila? Video itu benar-benar mampu menarik simpati publik dan memojokkan dirimu. Andreas berdiri gelisah, mondar-mandir di depan Miranda yang duduk di sofa. Wajah Miranda tampak lelah, dengan riasan yang mulai memudar, namun matanya masih tajam memandang sang papa yang terus meluapkan kegelisahannya. “Pelantikan tinggal hitungan hari!” seru Andreas, suaranya memantul di ruangan. “Jika dia dilantik, semua koneksi kita di pemerintahan akan musnah. Bisnis kita bisa hancur, Miranda! Hancur!” Miranda mendesah, menyandarkan punggungnya ke sofa. “Aku tahu itu, Pa. Tapi berteriak-teriak di sini tidak akan menyelesaikan masalah.” Andreas berhenti melangkah, menatap Miranda dengan wajah penuh amarah. “Kamu tidak mengerti tekanan yang sedang kita hadapi. Jika masalah hukum ini muncul ke permukaan, kita bisa kehilangan semuanya, rumah ini, perusahaan, bahkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   147. Hilang Kendali

    Sean duduk di kursinya dengan ekspresi yang sulit ditebak, layar laptop di depannya menampilkan video yang diunggah Nadya di media sosial.Sebelumnya Sean tidak pernah peduli dengan platform semacam itu, tapi kali ini dia tak bisa mengalihkan perhatian. Nadya berbicara dengan nada tenang namun penuh emosi, menjelaskan kisah yang selama ini tidak pernah Sean ketahui.“Saya bertemu dengan Lila di Mahendra Securitas. Beberapa teman pria mencoba mendekatinya, tapi dengan jujur dia mengatakan status jandanya,” ujar Nadya dalam video itu.Sean mengepalkan tangannya dengan kuat seolah ingin menyalurkan amarah yang tidak dia ketahui penyebabnya.“Aneh, kejujurannya tidak mendapat apresiasi tetapi justru stigma buruk sebagai seorang janda. Di tempat kerja, banyak yang berbisik di belakangnya.” Nadya menundukkan kepala, seolah berat untuk mengungkap kebenaran. Karena mengingatnya, membuat Nadya merasa bersalah menjadi salah satu dari bagian mereka.“Apa lagi saat mengetahui Lila sedang hamil. M

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25

Bab terbaru

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   326. Ancaman Sekar

    Pagi itu, meja makan keluarga Wismoyojati penuh dengan aroma hangat dari nasi goreng, omelet, dan teh hangat. Lila memastikan segala sesuatu tersaji dengan baik untuk kedua orang tuanya sebelum mereka pulang.“Kakek beneran mau pulang hari ini?” tanya Brilian seolah belum sembuh rasa rindunya kepada sang kakek.Waluya mengangguk sambil mengambil sepotong roti. “Iya, Nak. Ayam-ayam kakek nanti tidak ada yang memberi makan,” jawabnya sambil menatap Brilian yang sedang menikmati susu hangatnya.“Mengapa orang dewasa lebih sayang pekerjaannya daripada anaknya, Oma?”Semua yang berada di ruang makan tertawa mendengar pertanyaan polos dari Brilian. Bagi bocah itu hanya, sang oma yang menyayanginya sepenuhnya, karena selalu ada untuknya.“Bukan begitu Brili,” ucap Sekar dengan lembut. “Orang dewasa bekerja untuk menunjukkan kasih sayangnya kepada anak-anak mereka. Dengan bekerja mereka bisa memberi makan, menyekolahkan, liburan bersama. Kalau mereka tidak bekerja, anak-anaknya akan kelaparan

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   325. Dicintai dan Diratukan

    Lila diam, merasakan kehangatan di pelukan Sean, tetapi ada sesuatu dalam kata-katanya yang membuatnya ragu.Dia menarik napas pelan, lalu menoleh sedikit, mencoba melihat wajah suaminya. “Sean … kau yakin ingin punya anak lagi?”Sean mengendurkan pelukannya, memberi ruang untuk Lila berbalik menghadapnya. Mata Lila mencari sesuatu di wajahnya, sesuatu yang bisa meyakinkannya bahwa ini bukan sekadar keinginan sesaat.“Aku yakin,” jawab Sean mantap penuh rasa yakin.Lila mengalungkan lengannya ke leher Sean. “Kita bisa mulai sekarang?”Sean tertawa renyah mendengar betapa bersemangat istrinya. Tetapi dia tidak ingin gegabah. Ada banyak hal harus dia pertimbangkan.Sean menggenggam tangan istrinya, ibu jarinya mengusap punggung tangan Lila dengan lembut.“Kita tidak harus buru-buru,” ucap Sean dengan lembut. “Aku ingin kita konsultasi dulu ke dokter. Aku ingin tahu bagaimana kondisimu, apakah kau siap untuk hamil lagi.”Lila mengangguk pelan. “Kau sekhawatir itu?”“Tentu saja,” kata Se

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   324. Aksi Nekat Delisa

    Sean diam saat melihat bayangan Delisa di cermin. Dia tahu arah pembicaraan ini, dan dia tidak ingin mendengarnya.Tangannya masih di bawah air, air terus mengalir. Dia tidak menoleh, hanya berharap Delisa pergi sebelum ada yang melihat mereka di sini dan menyebabkan kesalahpahaman.Tapi Delisa tetap di tempatnya, seolah ada pesan yang belum dia sampaikan.“Aku tahu kalau Mas Sean sangat mendambakan anak perempuan,” lanjut Delisa pelan. “Dan aku juga tahu Mbak Lila tidak bisa lagi melahirkan anak untuk Mas Sean.”Sean mematikan keran. Hening. Hanya suara tetesan air yang jatuh ke wastafel.Dia menarik napas dalam, lalu berbalik. Wajahnya tenang, tetapi sorot matanya tajam.“Delisa ….” Suaranya dingin, nyaris berbisik. Kalimat itu tidak berlanjut karena Sean terlihat bingung untuk merangkai kata.Delisa menatapnya, senyum kecil di sudut bibirnya, seakan dia sudah tahu reaksi ini sejak awal.“Aku bisa mewujudkan keinginan Mas Sean ….”Sean mengangkat tanganya seolah memberi tanda kepada

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   323. Adik untuk Brilian

    Pesta ulang tahun telah usai, menyisakan kehangatan di rumah besar keluarga Wismoyojati. Para tamu sudah pulang, dan kini hanya keluarga inti yang tersisa, menikmati momen-momen kebersamaan setelah hari yang penuh keceriaan.Waluya dan Inayah, orang tua Lila dan Delisa, duduk di ruang keluarga bersama Sekar dan beberapa anggota keluarga lainnya. Mereka sengaja datang dari jauh demi merayakan ulang tahun cucu kesayangan mereka.Waluya bangga melihat cucunya yang masih sibuk bermain dengan beberapa hadiah ulang tahunnya. "Dulu waktu lihat dia baru lahir sangat kecil. Sekarang sudah sebesar ini."Waluya tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya bisa berkumpul dengan cucunya. Selama ini dia hanya bisa menghubungi Brilian melalui ponsel. Bukan karena tidak sayang, Waluya jarang mengunjungi cucunya. Selain kesibukannya, dia juga tidak ingin terlalu merepotkan Sean, yang akan memberi banyak bawaan saat pulang.Inayah tersenyum dan mengusap lembut kepala Brilian yang duduk di dekatnya. "Dia pa

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   322. Pergi Sebelum Pesta Usai

    Rangga menggendong Malika yang masih sesenggukan, langkahnya mantap menuju meja di sudut taman, tempat Nadya duduk menikmati hidangan.Perut Nadya yang membesar membuatnya duduk dengan sedikit bersandar, sesekali mengusap perutnya seolah menenangkan bayi di dalam kandungannya. Saat melihat suaminya datang dengan wajah lelah dan putrinya yang masih terisak, Nadya mengangkat alis penuh tanya."Malika kenapa, Mas?" tanyanya lembut, tangannya terulur mengusap kepala gadis kecil itu.Rangga duduk di sebelah Nadya sambil memangku putrinya. Dengan nada ringan, seolah ini bukan masalah besar, ia berkata, "Dia sedih karena Brilian ngasih potongan pertama kuenya ke temannya, bukan ke dia."Nadya terdiam sejenak. Matanya beralih dari putrinya ke arah tengah pesta, tempat Brilian kini tertawa bersama teman-temannya. Wajahnya tampak polos dan ceria, seolah tak menyadari ada hati kecil yang terluka karena perbuatannya.Nadya kemudian melirik Sekar, yang berdiri tak jauh dari Brilian. Sejak tahu bah

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   321. Pesta Ulang Tahun

    Tanpa terasa waktu terasa berlalu begitu cepat. Hari-hari bahagia mereka lalui, meski kadang ada saja ujian dan pertengkaran kecil yang mewarnai keluarga kecil mereka. Tetapi mereka mampu menghadapinya dengan tetap rukun dan harmonis.Kini, Sean dan Lila tengah merayakan ulang tahun kelima putra mereka, Brilian Anugrah Wismoyojati. Rumah mereka yang luas dipenuhi balon warna-warni dan dekorasi bertema favorit Brilian, dinosaurus.Tawa riang anak-anak terdengar mengisi udara, sementara para tamu, yang sebagian besar adalah kolega dan rekan kerja Sean, berbincang sambil mengawasi anak-anak mereka yang berlarian.Sean dan Lila, sebagai tuan rumah, tampak kompak dan mempesona. Sean mengenakan kemeja putih dengan lengan tergulung, memberi kesan santai namun tetap karismatik. Di sisinya, Lila mengenakan gaun sederhana berwarna pastel yang mempertegas keanggunannya. Keduanya selalu tersenyum hangat saat menyambut tamu yang datang, memastikan semua merasa nyaman.“Terima kasih sudah datang,”

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   320. Bucin Paripurna

    Sean membuka pintu kamar hotel dengan santai, bathrobe putih membalut tubuhnya, rambutnya masih sedikit basah setelah mandi. Dengan senyum hangat, dia menerima trolley yang berisi makan siang mereka dari petugas room service."Terima kasih," ucap Sean sebelum menutup pintu kembali.Lila masih berbaring di atas ranjang, matanya terpejam sejenak, menikmati kenyamanan kasur empuk setelah pergulatan panas yang cukup melelahkan. Kesibukan membuat mereka harus pintar-pintar mencari waktu untuk bisa menjaga keharmonisan rumah tangga.Saat Sean menghampiri dengan meja makan yang telah disiapkan, Lila perlahan mengubah posisinya menjadi duduk. Ada rasa kecewa saat melihat istrinya mulai mengenakan jubah tidur, karena sebenarnya Sean ingin makan sambil menatap tubuh indah istrinya.Sean harus menekan ego dan imajinasi liarnya tersebut, karena baginya kenyamanan Lila lebih penting."Ayo makan," kata Sean sambil menuangkan segelas air putih untuk Lila. Setelah mendapat pelayanan yang sangat memua

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   319. Pasrah

    Lila berpikir cepat. Dia tidak ingin membuat Sean menunggu lama di hotel, tetapi juga tahu jika menolak permintaan Delisa begitu saja. Adiknya itu pasti akan mengadu pada Ibu mereka, jika keinginannya tidak terpenuhi. Ujung-ujungnya, Lila akan menerima ceramah panjang lebar yang menyakitkan hati dari sang ibu."Sebagai mbak, kamu itu harusnya lebih sayang sama adikmu!" Inayah pasti akan berkata begitu. "Dulu kita sama-sama hidup susah, setelah hidup enak kenapa sekarang lupa pada adikmu?" "Delisa itu adikmu, Lila. Kalau bukan kamu yang memperhatikannya, siapa lagi?" Kalimat-kalimat yang sebenarnya menyakitkan bagi Lila, seolah-olah selama ini dia tidak pernah peduli pada adiknya. Seolah-olah semua yang sudah dia lakukan tidak ada artinya.Lila menarik napas panjang, menahan kesal yang mulai menguasai pikirannya. Dia tidak ingin berdebat dengan Inayah lagi. Lila berusaha berpikir cepat agar bisa menemukan solusi lain.Tanpa ragu, Lila mengeluarkan ponselnya dan segera memesan makana

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   318. Makan Siang di Hotel Bintang Lima

    Ryan menunduk, suaranya nyaris tenggelam dalam riuh rendah restoran. "Ibuku seorang penderita skizofrenia."Rina terkejut. Matanya membulat, menatap Ryan yang kini tampak begitu rapuh di hadapannya. Ia tidak menyangka, di balik sikapnya yang selalu tenang dan terkendali, Ryan menyimpan luka sedalam ini.Rina bertanya dalam hati, apakah ini yang membuatnya selalu terlihat murung?Ryan menghela napas, menatap ke arah lain. "Aku sadar, menikah denganku tidak akan mudah, Rina. Aku tidak bisa menjanjikan hidup yang sempurna. Aku tidak bisa menjanjikan segalanya akan baik-baik saja. Tapi ..." Ia menatap Rina, dalam dan tulus. "Aku bisa menjanjikan ketulusan."Rina masih diam, hatinya berkecamuk. Ia tidak pernah membayangkan beban yang harus ditanggung Ryan. Ia tahu, memiliki anggota keluarga dengan gangguan mental bukanlah sesuatu yang mudah. Ada tanggung jawab, ada pengorbanan, ada kesedihan yang mungkin tidak bisa dimengerti orang lain.Tanpa sadar, Rina meraih tangan Ryan. Ia menggenggam

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status