Setelah menyelesaikan urusannya di Bougenville Company, William secepatnya kembali ke kediamannya.
" Leonard! Apa kesan mu tentang Bougenville Company? Apakah perusahaan itu akan cocok dalam kepemimpinan ku ?" tanya William kepada Leonardo yang berada di sebelahnya.
" Ya, tentu saja cocok! Perusahaan itu cukup menarik banyak perhatian para konglomerat Flowerly! Setahuku Bougenville Company menjalani bisnis industri !" jawab Leonardo.
" Industri ?"
" Ya, kenapa ?"
" Tidak! Sebenarnya aku tidak terlalu ahli dalam bidang bisnis industri !"
" Hm, jika kau mau mencoba dan belajar, yakinlah semua akan menjadi keahlian mu !" nasehat Leonardo. William terdiam mendengar nasehat Leonardo yang begitu antusias, ia tahu bahwa Leonardo memang benar peduli padanya.
Kepulangannya dan Leonardo langsung disambut baik oleh mulut aktif si Cedric kecil. Tampaknya Cedric sangat senang setelah melihat kedua orang berwajah tampan itu berada di hadapannya, ia bercerita banyak tentang kegiatannya di rumah penitipan anak kepada Leonardo tentunya William tidak ketinggalan untuk mendengarkan cerita konyol Cedric.
Waktu berputar terlalu cepat, hingga tidak terasa hari sudah mulai petang, jam menunjukkan pukul enam sore. " Sayang sekali kota indah ini dipenuhi kesombongan dan keangkuhan," gumam William dari balik jendela kaca besar di hotel kediamannya.
" Hei, kakak !" sapa Cedric yang datang tiba-tiba. William menoleh sebentar kemudian fokus lagi memandang luar jendela.
" Kakak !" panggil Cedric.
" Ada apa ?" tanya William geram.
" Daddy, dia memanggilmu !" jawab Cedric jahil.
" Hm..?"
" Iya, sekarang Daddy ada di dapur !"
' Ada perlu apa Leonard memanggilku? '. " Baiklah," seru William tanpa curiga sedikitpun. Ia melangkah sedikit cepat untuk menemui Leonardo di dapur. Setibanya di dapur, William terkejut melihat Leonardo yang sedang asyik memasak, ' bukankah dia memanggilku?' pikir William heran.
" Mmh, Leonard! Apa kau memanggilku ?"
" William? Tidak! Mengapa ?"
" Kata__"
" Siapa ?"
" Oh! Tidak jadi! Lanjut saja acara memasakmu !" jawab William cepat. ' awas saja kau bocah '.
Belum sempat Leonardo membalas jawaban William, ia sudah melangkah begitu cepat meninggalkan dapur.
✷✷
Didalam kamar yang lumayan luas itu, William sedang sibuk mengorek informasi terkait perusahaan yang sekarang berada dalam pimpinannya itu. Setelah membaca beberapa artikel, William mulai membuka sedikit hatinya untuk mengatakan bahwa perusahaan itu mengagumkan. Ia, berupaya untuk meningkatkan prestasi lebih dari perusahaan itu selama ia menjabat sebagai CEO di sana. ' Apakah aku benar-benar seorang CEO muda ' kagum William pada dirinya sendiri. Membayangkan dirinya menjadi CEO, membuat William tersenyum-senyum sendiri.
Selagi asyik pada dunianya, tiba-tiba pintu kamar William diketuk oleh seseorang.
Tok tok tok.
" Pintu tidak dikunci, masuk saja !" seru William dari dalam yang mengira itu adalah Leonardo.
" Daddy, menyuruh untuk makan malam lagi !" ucap Cedric dari ambang pintu kamar William.
" Kau..." umpat William. " Kemari kau bocah !" titah William gemas.
" Ada apa ?" tanya Cedric seraya melangkah tanpa ragu. Senyuman licik terukir di wajah tampan William.
" Kemari lah, jangan banyak tanya !" titah William.
✷✷Ulah jahil yang dilakukan Cedric semalam masih membuat William jengkel padanya. Hingga pagi ini tidak ada percakapan diantara mereka. Setelah mengantarkan Cedric ditempat penitipan anak, Leonardo kembali mengantarkan William ke kampus. " Bocah sialan itu masih saja membuatku jengkel," umpat William dalam hatinya.
" William, soal Cedric__"
" Tidak perlu dibahas! Aku paham anak kecil !" potong William cepat dengan tersenyum masam.
" Tapi__"
" Aku buru-buru masuk! Sampai nanti !" ujarnya William lagi, enggan sekali memberi Leonardo kesempatan untuk bicara.
" Baiklah !" pasrah Leonardo.
Dengan langkah kaki yang cepat, William telah tiba di sebuah ruangan yang kini menjadi favoritnya sekaligus musibah baginya. Teman-teman sekelas William masih menganggapnya sebagai orang bodoh karena William seperti tidak layak menjadi mahasiswa di kampus itu. Ia yang selalu berpenampilan kekinian membuat William tampil beda dari mahasiswa lain yang berpenampilan formal.
Ya memang, di kota Flowerly memiliki aturan yang bisa dibilang aneh. Karena setiap pemuda pemudi disana yang lahir dari keluarga berada harus mengenakan pakaian formal, tujuannya adalah untuk membedakan kalangan antara keluarga berada dengan keluarga menengah ke bawah. Walaupun yang menengah ke bawah juga harus menggunakan pakaian formal.
Sejak kedatangan William di kota itu, ia pun membawa pengaruh yang cukup besar. Terutama wanita. Para wanita disana sangat terpikat dengan pesonanya yang asing. Di tambah lagi William belum sepenuhnya membuka jati dirinya dan membeberkan wajah tampannya ke publik, maka dari itu para wanita disana sangat penasaran dengan ketampanan William. Namun, berbeda dengan para prianya.
Di dalam kelas Manajemen Bisnis pagi ini, sedikit terjadi kegaduhan. Sebabnya, si ketua kelas Sam memberi pengumuman rencana akhir pekan kelas mereka. Sam yang terkenal angkuh dan sombong itu berbicara di depan kelasnya dengan penuh semangat, ia menjelaskan beberapa hal tentang rencana mereka diakhir pekan. Dengan ditemani Rooney sahabatnya, Sam semakin angkuh. Ia mencoba pamer di depan William yang sedari tadi tidak merespon tingkahnya.
" Oke! Jadi aku putuskan, rencana akhir pekan ini kita akan kumpul disebuah bar VIP di Hotel Sky Diamonds !" ujar Sam dengan menyunggingkan senyumnya.
" Bar ?" gumam seisi kelas.
" Ya! Bukankah usia kita sudah meyakinkan ?" tanya Sam yakin.
" Benar! Apa kalian shock mendengar nama Bar atau Hotel Sky Diamonds ?" timpal Rooney terkekeh.
" Jangan-jangan kalian tidak mampu untuk ke sana ?" ledek Sam.
" Ya, tentu saja. Disana bukan tempat sembarangan. Bayaran untuk kesana juga cukup mahal, mana mungkin dengan mudahnya kita bisa pergi !" celetuk seorang mahasiswa.
" Tenang saja, bro. Aku punya seorang kenalan di sana !" ucap Sam dengan bangganya.
" Wah, Sam hebat sekali. Pantas saja banyak wanita terpikat olehnya !" puji seisi kelas untuk Sam. Sam tersenyum bangga mendengar pujian teman sekelasnya. Namun, William biasa saja mendengarnya dan tidak memberi pujian apapun, sementara Sam mulai jengkel dengan sikap acuh William.
" Heh! Anak baru! Kau tidak berminat untuk pergi ke bar ?" tanya Sam.
" Tidak !" jawab William singkat.
" Mengapa? Uang sakumu tidak mencukupi ?" ledek Sam.
" ...."
" Jangan sombong, William. Anggap saja rencana akhir pekan ini adalah acara untuk merayakan kedatangan mu di kelas kami !" ucap Rooney. " Kami akan mentraktir mu untuk bisa pergi ke sana !" yakin Rooney.
" Iya, jika uang sakumu tidak mencukupi! Kami akan mentraktir mu !" imbuh Sam meledek. Lagi-lagi William ditertawakan oleh teman sekelasnya, hanya karena masalah sepele seperti ini.
✷✷
Dibawah pohon beringin yang rindang itu, William duduk menyendiri sambil melepaskan kekesalannya karena ucapan Sam dan Rooney tadi. Menyendiri sambil menikmati hembusan angin siang itu membuat William sedikit tenang.
Dari kejauhan tampak sosok wanita yang melangkah ke arahnya dengan anggun, ia tidak lain adalah Jessie. Seorang wanita yang sempat dikenali William saat mereka berada di kantin waktu itu. Setelah berada tepat di hadapan William, Jessie melebar senyum sapanya. Aura kecantikan yang terpancar di wajah sempat membuat William terpaku beberapa saat. " Dia cantik," puji William.
" Hai !" sapanya lembut.
"H-hai..." balas William gugup.
" Aku tidak mengganggu waktu mu kan ?" tanya Jessie ragu.
" Oh, tentu saja tidak !"
" Hmm, aku ingin bertanya sesuatu! Kau tidak keberatankan untuk menjawab ?"
" Tidak, ingin bertanya apa ?"
" Mengapa kau tidak ingin pergi ke Bar bersama teman sekelas kita ?"
" Umur belum cukup! Ditambah aku tidak suka bau alkohol dan tidak menyukai suasana Bar !" jawab William terkekeh.
" Oh begitu! Usia mu sekarang berapa ?"
" Bulan depan tepat 19 tahun !"
" Hah? Wah... Kau lebih muda dari ku !" jelas Jessie membelalakkan matanya.
" I-iya, memangnya usiamu berapa ?"
" Beberapa bulan yang akan datang usiaku menginjak 20 tahun !" jawab Jessie terkekeh.
William menahan tawanya saat tahu Jessie lebih tua setahun darinya. Mereka pun berbincang sampai waktunya tiba untuk masuk kelas kembali.
✷✷
Beberapa hari kemudian...... Malam di hotel Sky Diamonds. Sam dan Rooney tampak memandu rombongannya menuju bar VIP di hotel Sky Diamonds yang telah mereka pesan beberapa hari lalu. Mereka terlihat menunggu seseorang yang belum hadir juga dalam rombongan kelas. " Hei! Apakah kalian ada melihat William ?" tanya Sam pada teman-temannya. " Sepertinya dia memang tidak datang !" jawab Jessie. "...." Seisi kelas dibuat bingung oleh jawaban Jessie. Dari awal, Jessie memang terlihat akrab dengan William. Oleh karena itu, Sam dibuat cemburu. Ia menyukai Jessie sejak awal mereka masuk kuliah, namun Jessie tidak pernah menanggapi perasaannya itu. Sebanyak apapun usaha Sam untuk mendekati Jessie, tetap saja Jessie tidak akan luluh dan menerima perasaannya. Hingga hadirnya William membuat Sam tambah cemburu, karena ia merasa kalah dengan William yang merupakan mahasiswa baru di kelas mereka dapat dengan mudah melulu
2 tahun kemudian.... Setelah menetap 2 tahun lamanya di kota Flowerly, akhirnya William mendapatkan apa yang diharapkan dan diimpikannya selama ini. Pahit manisnya kehidupan telah dilewatinya di kota ini, berkat kesabaran dan kecerdasannya menjalani kehidupan, kini William pun menjadi sosok yang sukses dan berpengaruh di kota Flowerly, walaupun masih banyak yang tidak mengetahuinya. Di usianya yang genap 21 tahun, William berhasil menyelesaikan kuliah S2 di Saffron Crocus University. Ia bangga dengan hasil yang diperoleh nya saat ini, menjadi mahasiswa terbaik yang mencetak peringkat bersejarah di kampusnya. Setelah mendapat penghargaan dan berbagai hal berharga lainnya, William segera pulang kerumahnya dan berencana mengadakan pesta kecil bersama Leonardo dan putranya Cedric. William pun mengendarai mobilnya dengan cepat. Kini William tidak lagi tinggal di hotel yang menjadi kediamannya saat pertama kali datang di kota Flowerly. William s
Tampak gemerlap cahaya lampu yang memancar dari kediaman keluarga Hansen itu. Malam ini keluarga besar Hansen sedang merayakan hari bahagia mereka. Namun, dalam sedetik saja kebahagiaan itu menjadi buyar.PRANK !!!Sebuah vas bunga tidak sengaja ditabrak oleh seorang pemuda yang berjalan sempoyongan dengan mata masih setengah terbuka dan gaya yang acak-acakan. Ia pun terbelalak saat mendengar suara pecahan kaca itu." WILLIAM...!" bentak sang ayah dengan raut wajah seramnya.Ya, dialah William. William Hansen, generasi penerus muda dari keluarga besar Hansen." Ayah aku tidak bermaksud,,,,,, Aku tidak sengaja melakukannya," jelas William membela diri.Tak ada satu pun diantara mereka yang berniat membela William bahkan ibunya sendiri, karena ini bukan hal yang asing lagi bagi mereka. William terlalu sering membuat kesalahan dalam keluarga nya. Walaupun dia telah dinobatkan sebagai penerus keluarga, namun ia masih belum bi
Waktu masih dini hari, William sudah diberangkatkan keluarga nya ke kota Flowerly. Sengaja mengambil jadwal dini hari agar orang-orang tidak melihat William diasingkan dari kediaman keluarga Hansen. Memang, identitas William sangat ditutupi dan dirahasiakan oleh keluarganya tidak tahu mengapa, bahkan orang-orang saja mengira keluarga Hansen tidak memiliki penerus baru setelah Hanry ayah William. " Selamat menempuh hidup baru di kota baru !" ucap keluarganya sebelumnya William menaiki kendaraan mewah yang akan mengantarkan nya. Jelas terlihat raut wajah yang tidak rela dari orang-orang rumah, apalagi kakek Lewis dan ibunya Lilian. Kendaraan mewah itu semakin hilang dari pandangan dan menjauh dari halaman rumah yang sudah mirip dengan istana megah itu. William merenung dalam diam, masih tak menyangka ia benar-benar diasingkan. Perjalanannya menuju bandara lumayan memakan waktu lama, tetapi tetap terasa dekat bagi William karena ini bukanlah k
Leonardo keluar dari rumah penitipan anak sambil menggendong seseorang dalam pelukan nya. Ia berlari kecil menuju mobil, cuaca panas itu membuatnya enggan berlama lama diluar. Leonardo mendudukkan putra kecilnya di bangku belakang tak lupa juga memasang sabuk pengaman pada putranya, Cedric." Daddy, siapa itu ?" tanya Cedric kecil penasaran sambil menunjuk ke arah William. Leonardo menghela nafas pelan, ia menoleh pada Cedric sembari tersenyum." Dia Bos muda, Daddy !" jawab Leonardo. " Sapalah, dia dengan sopan dan jaga sikapmu !" titah Leonardo, Cedric tak banyak membantah ia menuruti apa perintah Leonardo. William yang merasa sedikit geli tadi, sekarang mengukir senyuman di wajahnya. Setelah mendengar suara kanak-kanak Cedric dia jadi tersipu." Leonard, anakmu sangat penurut !" puji William berbisik di sebelah Leonardo." Ya, begitulah," ucap Leonardo terkekeh.Mereka kemudian melanjutkan perjalanan ke restoran, di perjalana
" Leonard !" seru William gugup." Ya, ada apa William? Kau melupakan sesuatu ?" tanya Leonardo keheranan.-_-;Hari ini adalah hari pertama William menginjakkan kakinya di Saffron Crocus University. Seperti halnya sebagai orang penting William masuk melalui ruang VIP. James Arthur menyambut kedatangan William dengan senang hati." Selamat pagi, Tuan muda !" sapa James ramah." Pagi !"" Karena anda sudah siap untuk kuliah hari ini, mari saya antar anda ke kelas !" tawar James." Tidak paman! Cukup tunjukkan darimana jalan menuju kelasku !"" Baiklah, jika itu mau Tuan muda! Setelah keluar dari ruang saya, Tuan muda hanya perlu melewati dua gedung, gedung ketiga dari ruangan saya itu adalah gedung dimana kelas anda, berada di lantai empat dan letaknya di tengah-tengah antara kanan dan kiri !" jelas James." Ok, terimakasih !" ucap William setelahnya." Ya, sama-sama Tuan muda
Malam di villa Aster, keluarga besar Khanza sedang mengadakan perjamuan makan malam bersama, tuan Aron Khanza mengundang ketiga anaknya, menantunya, dan cucunya untuk membicarakan hal penting. Usai menyelesaikan makan malam, mereka mulai membahas topik yang telah ditemukan tuan Aron. " Aku mendengar sebuah berita dari rekanku, katanya anak perusahaan keluarga Hansen sedang mencari CEO baru ?" kata tuan Aron sambil menikmati anggur merah kesukaannya. " Ya, Ayah. Aku juga mendengar berita itu, tapi belum mendengar sampai detailnya !" ucap Razman Khanza sebagai anak pertama. " Ya, aku juga mendengar berita itu. Dan juga, ada yang mengatakan kalau keluarga Hansen tidak memiliki penerus baru setelah tuan Hanry Hansen, aku pikir itu adalah satu alasan mereka mencari CEO luar untuk anak perusahaan mereka tersebut !" jelas Rafael Khanza anak kedua. " Benarkah? Itu berita bagus! Kita sebagai keluarga elit di Flowerly tidak boleh kalah oleh kelua
Usai jam kuliah, William segera menuju kantor anak perusahaan keluarganya sesuai alamat yang di berikan oleh eyang Carlos. Bougenville Company adalah anak perusahaan terbesar kedua di Flowerly milik keluarga Hansen, setelah CEO pertama mereka mengundurkan diri, jabatan CEO di perusahaan itu kosong dan menjadi rebutan banyak keluarga besar di Flowerly. Untung saja Hansen family sudah mengetahuinya dan bertindak cepat. Setelah setengah jam berkemudi, tiba juga William dan Leonardo di Bougenville Company. " William kita sudah tiba di Bougenville Company !" seru Leonardo. " Hm, baiklah !" " Kau mau ditemani ?" tanya Leonardo ragu. " Tidak perlu! Aku akan menelpon mu jika tidak ada yang tidak beres !" " Okay! Aku harus ke tempat parkiran mobil dulu !" " Ya...," William segera menuju ke dalam perusahaan, langkah kakinya yang lebar membuat William tidak perlu lama untuk tiba di da
2 tahun kemudian.... Setelah menetap 2 tahun lamanya di kota Flowerly, akhirnya William mendapatkan apa yang diharapkan dan diimpikannya selama ini. Pahit manisnya kehidupan telah dilewatinya di kota ini, berkat kesabaran dan kecerdasannya menjalani kehidupan, kini William pun menjadi sosok yang sukses dan berpengaruh di kota Flowerly, walaupun masih banyak yang tidak mengetahuinya. Di usianya yang genap 21 tahun, William berhasil menyelesaikan kuliah S2 di Saffron Crocus University. Ia bangga dengan hasil yang diperoleh nya saat ini, menjadi mahasiswa terbaik yang mencetak peringkat bersejarah di kampusnya. Setelah mendapat penghargaan dan berbagai hal berharga lainnya, William segera pulang kerumahnya dan berencana mengadakan pesta kecil bersama Leonardo dan putranya Cedric. William pun mengendarai mobilnya dengan cepat. Kini William tidak lagi tinggal di hotel yang menjadi kediamannya saat pertama kali datang di kota Flowerly. William s
Beberapa hari kemudian...... Malam di hotel Sky Diamonds. Sam dan Rooney tampak memandu rombongannya menuju bar VIP di hotel Sky Diamonds yang telah mereka pesan beberapa hari lalu. Mereka terlihat menunggu seseorang yang belum hadir juga dalam rombongan kelas. " Hei! Apakah kalian ada melihat William ?" tanya Sam pada teman-temannya. " Sepertinya dia memang tidak datang !" jawab Jessie. "...." Seisi kelas dibuat bingung oleh jawaban Jessie. Dari awal, Jessie memang terlihat akrab dengan William. Oleh karena itu, Sam dibuat cemburu. Ia menyukai Jessie sejak awal mereka masuk kuliah, namun Jessie tidak pernah menanggapi perasaannya itu. Sebanyak apapun usaha Sam untuk mendekati Jessie, tetap saja Jessie tidak akan luluh dan menerima perasaannya. Hingga hadirnya William membuat Sam tambah cemburu, karena ia merasa kalah dengan William yang merupakan mahasiswa baru di kelas mereka dapat dengan mudah melulu
Setelah menyelesaikan urusannya di Bougenville Company, William secepatnya kembali ke kediamannya. " Leonard! Apa kesan mu tentang Bougenville Company? Apakah perusahaan itu akan cocok dalam kepemimpinan ku ?" tanya William kepada Leonardo yang berada di sebelahnya. " Ya, tentu saja cocok! Perusahaan itu cukup menarik banyak perhatian para konglomerat Flowerly! Setahuku Bougenville Company menjalani bisnis industri !" jawab Leonardo. " Industri ?" " Ya, kenapa ?" " Tidak! Sebenarnya aku tidak terlalu ahli dalam bidang bisnis industri !" " Hm, jika kau mau mencoba dan belajar, yakinlah semua akan menjadi keahlian mu !" nasehat Leonardo. William terdiam mendengar nasehat Leonardo yang begitu antusias, ia tahu bahwa Leonardo memang benar peduli padanya. Kepulangannya dan Leonardo langsung disambut baik oleh mulut aktif si Cedric kecil. Tampaknya Cedric sangat senang setelah melihat kedua oran
Usai jam kuliah, William segera menuju kantor anak perusahaan keluarganya sesuai alamat yang di berikan oleh eyang Carlos. Bougenville Company adalah anak perusahaan terbesar kedua di Flowerly milik keluarga Hansen, setelah CEO pertama mereka mengundurkan diri, jabatan CEO di perusahaan itu kosong dan menjadi rebutan banyak keluarga besar di Flowerly. Untung saja Hansen family sudah mengetahuinya dan bertindak cepat. Setelah setengah jam berkemudi, tiba juga William dan Leonardo di Bougenville Company. " William kita sudah tiba di Bougenville Company !" seru Leonardo. " Hm, baiklah !" " Kau mau ditemani ?" tanya Leonardo ragu. " Tidak perlu! Aku akan menelpon mu jika tidak ada yang tidak beres !" " Okay! Aku harus ke tempat parkiran mobil dulu !" " Ya...," William segera menuju ke dalam perusahaan, langkah kakinya yang lebar membuat William tidak perlu lama untuk tiba di da
Malam di villa Aster, keluarga besar Khanza sedang mengadakan perjamuan makan malam bersama, tuan Aron Khanza mengundang ketiga anaknya, menantunya, dan cucunya untuk membicarakan hal penting. Usai menyelesaikan makan malam, mereka mulai membahas topik yang telah ditemukan tuan Aron. " Aku mendengar sebuah berita dari rekanku, katanya anak perusahaan keluarga Hansen sedang mencari CEO baru ?" kata tuan Aron sambil menikmati anggur merah kesukaannya. " Ya, Ayah. Aku juga mendengar berita itu, tapi belum mendengar sampai detailnya !" ucap Razman Khanza sebagai anak pertama. " Ya, aku juga mendengar berita itu. Dan juga, ada yang mengatakan kalau keluarga Hansen tidak memiliki penerus baru setelah tuan Hanry Hansen, aku pikir itu adalah satu alasan mereka mencari CEO luar untuk anak perusahaan mereka tersebut !" jelas Rafael Khanza anak kedua. " Benarkah? Itu berita bagus! Kita sebagai keluarga elit di Flowerly tidak boleh kalah oleh kelua
" Leonard !" seru William gugup." Ya, ada apa William? Kau melupakan sesuatu ?" tanya Leonardo keheranan.-_-;Hari ini adalah hari pertama William menginjakkan kakinya di Saffron Crocus University. Seperti halnya sebagai orang penting William masuk melalui ruang VIP. James Arthur menyambut kedatangan William dengan senang hati." Selamat pagi, Tuan muda !" sapa James ramah." Pagi !"" Karena anda sudah siap untuk kuliah hari ini, mari saya antar anda ke kelas !" tawar James." Tidak paman! Cukup tunjukkan darimana jalan menuju kelasku !"" Baiklah, jika itu mau Tuan muda! Setelah keluar dari ruang saya, Tuan muda hanya perlu melewati dua gedung, gedung ketiga dari ruangan saya itu adalah gedung dimana kelas anda, berada di lantai empat dan letaknya di tengah-tengah antara kanan dan kiri !" jelas James." Ok, terimakasih !" ucap William setelahnya." Ya, sama-sama Tuan muda
Leonardo keluar dari rumah penitipan anak sambil menggendong seseorang dalam pelukan nya. Ia berlari kecil menuju mobil, cuaca panas itu membuatnya enggan berlama lama diluar. Leonardo mendudukkan putra kecilnya di bangku belakang tak lupa juga memasang sabuk pengaman pada putranya, Cedric." Daddy, siapa itu ?" tanya Cedric kecil penasaran sambil menunjuk ke arah William. Leonardo menghela nafas pelan, ia menoleh pada Cedric sembari tersenyum." Dia Bos muda, Daddy !" jawab Leonardo. " Sapalah, dia dengan sopan dan jaga sikapmu !" titah Leonardo, Cedric tak banyak membantah ia menuruti apa perintah Leonardo. William yang merasa sedikit geli tadi, sekarang mengukir senyuman di wajahnya. Setelah mendengar suara kanak-kanak Cedric dia jadi tersipu." Leonard, anakmu sangat penurut !" puji William berbisik di sebelah Leonardo." Ya, begitulah," ucap Leonardo terkekeh.Mereka kemudian melanjutkan perjalanan ke restoran, di perjalana
Waktu masih dini hari, William sudah diberangkatkan keluarga nya ke kota Flowerly. Sengaja mengambil jadwal dini hari agar orang-orang tidak melihat William diasingkan dari kediaman keluarga Hansen. Memang, identitas William sangat ditutupi dan dirahasiakan oleh keluarganya tidak tahu mengapa, bahkan orang-orang saja mengira keluarga Hansen tidak memiliki penerus baru setelah Hanry ayah William. " Selamat menempuh hidup baru di kota baru !" ucap keluarganya sebelumnya William menaiki kendaraan mewah yang akan mengantarkan nya. Jelas terlihat raut wajah yang tidak rela dari orang-orang rumah, apalagi kakek Lewis dan ibunya Lilian. Kendaraan mewah itu semakin hilang dari pandangan dan menjauh dari halaman rumah yang sudah mirip dengan istana megah itu. William merenung dalam diam, masih tak menyangka ia benar-benar diasingkan. Perjalanannya menuju bandara lumayan memakan waktu lama, tetapi tetap terasa dekat bagi William karena ini bukanlah k
Tampak gemerlap cahaya lampu yang memancar dari kediaman keluarga Hansen itu. Malam ini keluarga besar Hansen sedang merayakan hari bahagia mereka. Namun, dalam sedetik saja kebahagiaan itu menjadi buyar.PRANK !!!Sebuah vas bunga tidak sengaja ditabrak oleh seorang pemuda yang berjalan sempoyongan dengan mata masih setengah terbuka dan gaya yang acak-acakan. Ia pun terbelalak saat mendengar suara pecahan kaca itu." WILLIAM...!" bentak sang ayah dengan raut wajah seramnya.Ya, dialah William. William Hansen, generasi penerus muda dari keluarga besar Hansen." Ayah aku tidak bermaksud,,,,,, Aku tidak sengaja melakukannya," jelas William membela diri.Tak ada satu pun diantara mereka yang berniat membela William bahkan ibunya sendiri, karena ini bukan hal yang asing lagi bagi mereka. William terlalu sering membuat kesalahan dalam keluarga nya. Walaupun dia telah dinobatkan sebagai penerus keluarga, namun ia masih belum bi