Tampak gemerlap cahaya lampu yang memancar dari kediaman keluarga Hansen itu. Malam ini keluarga besar Hansen sedang merayakan hari bahagia mereka. Namun, dalam sedetik saja kebahagiaan itu menjadi buyar.
PRANK !!!
Sebuah vas bunga tidak sengaja ditabrak oleh seorang pemuda yang berjalan sempoyongan dengan mata masih setengah terbuka dan gaya yang acak-acakan. Ia pun terbelalak saat mendengar suara pecahan kaca itu.
" WILLIAM...!" bentak sang ayah dengan raut wajah seramnya.
Ya, dialah William. William Hansen, generasi penerus muda dari keluarga besar Hansen.
" Ayah aku tidak bermaksud,,,,,, Aku tidak sengaja melakukannya," jelas William membela diri.
Tak ada satu pun diantara mereka yang berniat membela William bahkan ibunya sendiri, karena ini bukan hal yang asing lagi bagi mereka. William terlalu sering membuat kesalahan dalam keluarga nya. Walaupun dia telah dinobatkan sebagai penerus keluarga, namun ia masih belum bisa menjaga sikap dan perilaku, banyak kebiasaan buruk yang masih terpelihara dalam dirinya.
" Sudah berkali-kali aku katakan untuk menjaga sikapmu, ingat posisi mu William !" seru sang ayah dengan nada serius.
" Ayah, aku...."
" Kau tahu, itu adalah vas bunga kesayangan eyang mu, mengapa kau malah memecahkannya? Vas bunga antik itu hanya satu satunya di negara kita, eyang mu sudah bersusah payah untuk mendapatkannya, tapi usahanya menjadi sia-sia karena ulah konyol mu itu! Aku tidak ingin mendengar penjelasan mu lagi, hari ini kau mendapat hukuman dari ku!"
" Hanry! Biarkan aku bicara!" pinta eyang Carlos, dengan cepat Hanry pun mengangguk. " William " panggil eyang Carlos dengan tatapan mata setajam silet. William tak berani menatap wajah eyang nya, ia menunduk karena merasa bersalah.
" Soal vas bunga, aku tidak ambil peduli. Tapi, ada satu hal yang harus kau pertanggung jawabkan!"
Seluruh anggota keluarga membisu, tidak tahu apa yang akan dilakukan eyang Carlos dan mereka tak berani berkomentar.
" Menghadapi sikap mu itu bukan dengan kekerasan, tapi ada hal yang lebih baik dari itu, setelah ini temui aku di ruangan ku!" seru eyang Carlos.
" Baik,,,," jawab William dengan takut.
✷✷
TOK TOK TOK !!!
" Eyang ini William!" kata William dari luar. Dengan segala keberanian yang telah terkumpul, William pun akhirnya berhasil mengetok pintu ruangan eyang Carlos.
" Masuk..!" pinta eyang Carlos segera.
" Sebelumnya aku ingin minta maaf soal vas bunga tadi, sekiranya eyang mengasihani dan mau memaafkan aku !" tutur William dengan menunduk sopan, walaupun masih terlintas dalam benaknya pikiran yang konyol.
" Iya, itu bukan masalah bagiku William !"
" Terimakasih eyang !" ucap William senang.
" Tapi kau masih ingat dengan perkataan ku tadi kan ?"
" Ya, tentu saja !"
Eyang Carlos tersenyum senang, tanpa basa-basi yang lama ia pun segera mengatakan maksudnya kepada William.
" Mulai besok kau akan aku kirimkan ke kota Flowerly !"
" Apa? Eyang tidak salah mengirim ku kesana? Bukankah kota itu terlalu kejam untuk orang seperti ku ?"
" Tidak. Itu konsekuensi yang harus kau terima akibat ulahmu sendiri ?"
" Tapi, eyang,,," William memohon dengan sedikit nada memelas. " Aku masih ingin kuliah di campus ku yang sekarang," jelas William berharap eyang Carlos memahaminya.
" Tidak ada tapi-tapian dan negoisasi, aku hanya tidak mau kau tak mandiri. Sebagai penerus keluarga Hansen kau harus turuti ini !"
William terdiam setelah mendengar perkataan eyang Carlos, ia bukanlah seorang yang mudah ditaklukkan dengan kata-kata, ia tidak seperti Lewis Hansen kakek William.
" Apa yang kau pikirkan? Kau menolak ?"
" Tidak! Jika sudah keputusan eyang aku akan menurutinya !" jawab William pasrah.
" Bagus! Itu baru cicit ku! Kalau begitu akan ku beritahu alasanku mengirim mu ke Flowerly !" eyang Carlos berhenti sebentar dan menarik nafasnya, " Flowerly adalah kota yang rumit, orang kaya yang ada disana sombong dan angkuh terhadap harta mereka, tapi mereka tidak pernah menyadari kalau saja Blue Crystal mencabut semua investasi mereka akan jatuh bangkrut !"
William mendengar dengan seksama tidak paham kemana alurnya alasan ini, walaupun besar di kalangan keluarga pembisnis William tidak pernah tahu bisnis apa yang dikerjakan oleh keluarganya dan tak pernah ambil pusing soal itu.
" Ada sesuatu yang harus kau selesaikan disana !" ucapan eyang Carlos itupun berhasil membuyarkan lamunannya.
" Apa itu ?" tanya William ragu.
" Kau harus segera kesana untuk mengetahuinya !" seru sang eyang. William tidak merespon sampai eyang Carlos memulai topik kembali.
" Besok pagi bersiaplah untuk pergi, malam ini aku beri waktu untuk berkemas barang-barangmu !"
" Baik, aku menurut perintahmu! Tapi bagaimana dengan kuliah ku?"
" Bukan masalah, surat pindah sudah selesai dibereskan, besok atau lusa kau akan kuliah di campus baru !"
" Baiklah, aku pamit untuk berkemas !" ucapnya lagi lagi pasrah dan menurut.
" Jangan salah paham, aku bukan mengusirmu dari kediaman keluarga Hansen! Tapi aku memberi mu misi!" jelas eyang Carlos dengan tegas tatapannya memberikan isyarat meyakinkan. " Silahkan berkemas !" titahnya sebelum William sempat berbicara lagi.
" Baiklah !" jawab William sambil membungkuk sopan. Ia segera meninggalkan ruangan tersebut dan kembali ke kamarnya.
Didalam kamarnya William sibuk membereskan barang-barangnya di bantu oleh seorang pembantu paruh baya yang bekerja sebagai pengasuhnya sejak kecil. William tidak memulai percakapan apapun karena masih mencerna kata-kata eyang Carlos tadi, si pengasuh merasa tidak nyaman dengan suasana ini dan mencoba membuka percakapan.
" Tuan muda benda kesayangan anda ini ingin disimpan dimana?" tanyanya dengan berani.
" Aku tidak membawanya, letakkan saja di lemari !" jawab William datar.
" Baik, Tuan muda! Perlengkapan dan barang-barang anda sudah selesai di kemas ke dalam koper !" ucap pengasuh itu dengan hormat dan segan.
" Ok.... Segeralah kembali !" titah William singkat. Si pengasuh pun menurut dan segera meninggalkan kamar dengan membungkuk sopan, ia sangat paham situasi hati Tuan muda nya saat ini.
Tidak lama setelah pembantu itu keluar, seseorang masuk ke dalam kamar William. Dialah Lewis Hansen kakek William, beliau mendekati William yang sepertinya tidak menyadari kedatangannya.
" Halo, cucuku William !" sapa kakek Lewis dengan suara beratnya.
" Kakek..!" kaget William langsung berbalik arah menghadap kakeknya.
Kakek Lewis adalah satu-satunya orang dalam keluarga Hansen yang sangat menyayangi dan memanjakan William, karena dia cucu sematawayang yang dimiliki kakek Lewis. Tidak heran apapun yang William mau dan inginkan pasti tercapai hanya dengan sekali ucap saja, perlakuan yang beda itu selalu William rasakan daripada orang tuanya yang selalu mendidiknya untuk mandiri sama seperti eyang Carlos. Tapi kakek Lewis tetap tidak berani membantah eyang Carlos walaupun menyangkut tentang William.
" Kakek mengapa tidak membelaku ?" tanya William sedikit cemberut. Kakek Lewis yang sudah terbiasa dengan sikapnya itupun menjawab apa adanya.
" Karena ini titah eyang Carlos !" jawabnya santai.
" Huh! Aku tidak mau jauh dari kakek !" jelas William. Hampir menginjak usia 19 tahun di bulan depan, tapi William tetap bersikap manja jika berhadapan dengan kakeknya ini. Tidak bisa ia menolak untuk tidak manja seperti ini.
" Oh, kau masih saja merengek seperti bayi. Bagaimana bisa mendapat pacar jika begini ?" tanya Kakek Lewis merayu senyuman manis William untuk keluar dari persembunyiannya. Kulit wajah William menampilkan rona merah dan senyuman manis yang terukir diwajahnya, ia tersipu dengan kata-kata itu.
" Kakek aku serius !" seru William mencoba mengalihkan topik.
" Oh, cucuku sudah dewasa. Sudah bisa menanggapi percakapan dengan serius !"
" Huuh! Kakek ada apa dengan mu ?"
" Sebenarnya Kakek sedih jika kau benar-benar pergi, tidak ada lagi yang menemani kakek di sini." curhat Kakek Lewis pada William, ia tidak pernah kepikiran kalau kakeknya akan sesedih ini.
" Aku juga !" tambah William.
" Kakek menghampiri mu untuk mengucapkan salam perpisahan, kakek tidak bisa membantumu banyak kali ini, Kakek berharap kau tetap yang terbaik !"
" Kakek aku tidak pergi lama, mengapa sampai repot untuk salam perpisahan ?"
" Kau akan mengerti setelah ini! Tidurlah sebelum pagi menjemput lelapmu !"
" Baiklah ," tanpa membantah lagi William segera membenamkan wajahnya di balik selimut yang tebal itu. Sedangkan kakek Lewis setia menunggu sampai William benar-benar terlelap, ia mengelus pelan puncak kepala William. Setelahnya ia pun segera meninggalkan kamar dan membiarkan William beristirahat.
✷✷
Waktu masih dini hari, William sudah diberangkatkan keluarga nya ke kota Flowerly. Sengaja mengambil jadwal dini hari agar orang-orang tidak melihat William diasingkan dari kediaman keluarga Hansen. Memang, identitas William sangat ditutupi dan dirahasiakan oleh keluarganya tidak tahu mengapa, bahkan orang-orang saja mengira keluarga Hansen tidak memiliki penerus baru setelah Hanry ayah William. " Selamat menempuh hidup baru di kota baru !" ucap keluarganya sebelumnya William menaiki kendaraan mewah yang akan mengantarkan nya. Jelas terlihat raut wajah yang tidak rela dari orang-orang rumah, apalagi kakek Lewis dan ibunya Lilian. Kendaraan mewah itu semakin hilang dari pandangan dan menjauh dari halaman rumah yang sudah mirip dengan istana megah itu. William merenung dalam diam, masih tak menyangka ia benar-benar diasingkan. Perjalanannya menuju bandara lumayan memakan waktu lama, tetapi tetap terasa dekat bagi William karena ini bukanlah k
Leonardo keluar dari rumah penitipan anak sambil menggendong seseorang dalam pelukan nya. Ia berlari kecil menuju mobil, cuaca panas itu membuatnya enggan berlama lama diluar. Leonardo mendudukkan putra kecilnya di bangku belakang tak lupa juga memasang sabuk pengaman pada putranya, Cedric." Daddy, siapa itu ?" tanya Cedric kecil penasaran sambil menunjuk ke arah William. Leonardo menghela nafas pelan, ia menoleh pada Cedric sembari tersenyum." Dia Bos muda, Daddy !" jawab Leonardo. " Sapalah, dia dengan sopan dan jaga sikapmu !" titah Leonardo, Cedric tak banyak membantah ia menuruti apa perintah Leonardo. William yang merasa sedikit geli tadi, sekarang mengukir senyuman di wajahnya. Setelah mendengar suara kanak-kanak Cedric dia jadi tersipu." Leonard, anakmu sangat penurut !" puji William berbisik di sebelah Leonardo." Ya, begitulah," ucap Leonardo terkekeh.Mereka kemudian melanjutkan perjalanan ke restoran, di perjalana
" Leonard !" seru William gugup." Ya, ada apa William? Kau melupakan sesuatu ?" tanya Leonardo keheranan.-_-;Hari ini adalah hari pertama William menginjakkan kakinya di Saffron Crocus University. Seperti halnya sebagai orang penting William masuk melalui ruang VIP. James Arthur menyambut kedatangan William dengan senang hati." Selamat pagi, Tuan muda !" sapa James ramah." Pagi !"" Karena anda sudah siap untuk kuliah hari ini, mari saya antar anda ke kelas !" tawar James." Tidak paman! Cukup tunjukkan darimana jalan menuju kelasku !"" Baiklah, jika itu mau Tuan muda! Setelah keluar dari ruang saya, Tuan muda hanya perlu melewati dua gedung, gedung ketiga dari ruangan saya itu adalah gedung dimana kelas anda, berada di lantai empat dan letaknya di tengah-tengah antara kanan dan kiri !" jelas James." Ok, terimakasih !" ucap William setelahnya." Ya, sama-sama Tuan muda
Malam di villa Aster, keluarga besar Khanza sedang mengadakan perjamuan makan malam bersama, tuan Aron Khanza mengundang ketiga anaknya, menantunya, dan cucunya untuk membicarakan hal penting. Usai menyelesaikan makan malam, mereka mulai membahas topik yang telah ditemukan tuan Aron. " Aku mendengar sebuah berita dari rekanku, katanya anak perusahaan keluarga Hansen sedang mencari CEO baru ?" kata tuan Aron sambil menikmati anggur merah kesukaannya. " Ya, Ayah. Aku juga mendengar berita itu, tapi belum mendengar sampai detailnya !" ucap Razman Khanza sebagai anak pertama. " Ya, aku juga mendengar berita itu. Dan juga, ada yang mengatakan kalau keluarga Hansen tidak memiliki penerus baru setelah tuan Hanry Hansen, aku pikir itu adalah satu alasan mereka mencari CEO luar untuk anak perusahaan mereka tersebut !" jelas Rafael Khanza anak kedua. " Benarkah? Itu berita bagus! Kita sebagai keluarga elit di Flowerly tidak boleh kalah oleh kelua
Usai jam kuliah, William segera menuju kantor anak perusahaan keluarganya sesuai alamat yang di berikan oleh eyang Carlos. Bougenville Company adalah anak perusahaan terbesar kedua di Flowerly milik keluarga Hansen, setelah CEO pertama mereka mengundurkan diri, jabatan CEO di perusahaan itu kosong dan menjadi rebutan banyak keluarga besar di Flowerly. Untung saja Hansen family sudah mengetahuinya dan bertindak cepat. Setelah setengah jam berkemudi, tiba juga William dan Leonardo di Bougenville Company. " William kita sudah tiba di Bougenville Company !" seru Leonardo. " Hm, baiklah !" " Kau mau ditemani ?" tanya Leonardo ragu. " Tidak perlu! Aku akan menelpon mu jika tidak ada yang tidak beres !" " Okay! Aku harus ke tempat parkiran mobil dulu !" " Ya...," William segera menuju ke dalam perusahaan, langkah kakinya yang lebar membuat William tidak perlu lama untuk tiba di da
Setelah menyelesaikan urusannya di Bougenville Company, William secepatnya kembali ke kediamannya. " Leonard! Apa kesan mu tentang Bougenville Company? Apakah perusahaan itu akan cocok dalam kepemimpinan ku ?" tanya William kepada Leonardo yang berada di sebelahnya. " Ya, tentu saja cocok! Perusahaan itu cukup menarik banyak perhatian para konglomerat Flowerly! Setahuku Bougenville Company menjalani bisnis industri !" jawab Leonardo. " Industri ?" " Ya, kenapa ?" " Tidak! Sebenarnya aku tidak terlalu ahli dalam bidang bisnis industri !" " Hm, jika kau mau mencoba dan belajar, yakinlah semua akan menjadi keahlian mu !" nasehat Leonardo. William terdiam mendengar nasehat Leonardo yang begitu antusias, ia tahu bahwa Leonardo memang benar peduli padanya. Kepulangannya dan Leonardo langsung disambut baik oleh mulut aktif si Cedric kecil. Tampaknya Cedric sangat senang setelah melihat kedua oran
Beberapa hari kemudian...... Malam di hotel Sky Diamonds. Sam dan Rooney tampak memandu rombongannya menuju bar VIP di hotel Sky Diamonds yang telah mereka pesan beberapa hari lalu. Mereka terlihat menunggu seseorang yang belum hadir juga dalam rombongan kelas. " Hei! Apakah kalian ada melihat William ?" tanya Sam pada teman-temannya. " Sepertinya dia memang tidak datang !" jawab Jessie. "...." Seisi kelas dibuat bingung oleh jawaban Jessie. Dari awal, Jessie memang terlihat akrab dengan William. Oleh karena itu, Sam dibuat cemburu. Ia menyukai Jessie sejak awal mereka masuk kuliah, namun Jessie tidak pernah menanggapi perasaannya itu. Sebanyak apapun usaha Sam untuk mendekati Jessie, tetap saja Jessie tidak akan luluh dan menerima perasaannya. Hingga hadirnya William membuat Sam tambah cemburu, karena ia merasa kalah dengan William yang merupakan mahasiswa baru di kelas mereka dapat dengan mudah melulu
2 tahun kemudian.... Setelah menetap 2 tahun lamanya di kota Flowerly, akhirnya William mendapatkan apa yang diharapkan dan diimpikannya selama ini. Pahit manisnya kehidupan telah dilewatinya di kota ini, berkat kesabaran dan kecerdasannya menjalani kehidupan, kini William pun menjadi sosok yang sukses dan berpengaruh di kota Flowerly, walaupun masih banyak yang tidak mengetahuinya. Di usianya yang genap 21 tahun, William berhasil menyelesaikan kuliah S2 di Saffron Crocus University. Ia bangga dengan hasil yang diperoleh nya saat ini, menjadi mahasiswa terbaik yang mencetak peringkat bersejarah di kampusnya. Setelah mendapat penghargaan dan berbagai hal berharga lainnya, William segera pulang kerumahnya dan berencana mengadakan pesta kecil bersama Leonardo dan putranya Cedric. William pun mengendarai mobilnya dengan cepat. Kini William tidak lagi tinggal di hotel yang menjadi kediamannya saat pertama kali datang di kota Flowerly. William s
2 tahun kemudian.... Setelah menetap 2 tahun lamanya di kota Flowerly, akhirnya William mendapatkan apa yang diharapkan dan diimpikannya selama ini. Pahit manisnya kehidupan telah dilewatinya di kota ini, berkat kesabaran dan kecerdasannya menjalani kehidupan, kini William pun menjadi sosok yang sukses dan berpengaruh di kota Flowerly, walaupun masih banyak yang tidak mengetahuinya. Di usianya yang genap 21 tahun, William berhasil menyelesaikan kuliah S2 di Saffron Crocus University. Ia bangga dengan hasil yang diperoleh nya saat ini, menjadi mahasiswa terbaik yang mencetak peringkat bersejarah di kampusnya. Setelah mendapat penghargaan dan berbagai hal berharga lainnya, William segera pulang kerumahnya dan berencana mengadakan pesta kecil bersama Leonardo dan putranya Cedric. William pun mengendarai mobilnya dengan cepat. Kini William tidak lagi tinggal di hotel yang menjadi kediamannya saat pertama kali datang di kota Flowerly. William s
Beberapa hari kemudian...... Malam di hotel Sky Diamonds. Sam dan Rooney tampak memandu rombongannya menuju bar VIP di hotel Sky Diamonds yang telah mereka pesan beberapa hari lalu. Mereka terlihat menunggu seseorang yang belum hadir juga dalam rombongan kelas. " Hei! Apakah kalian ada melihat William ?" tanya Sam pada teman-temannya. " Sepertinya dia memang tidak datang !" jawab Jessie. "...." Seisi kelas dibuat bingung oleh jawaban Jessie. Dari awal, Jessie memang terlihat akrab dengan William. Oleh karena itu, Sam dibuat cemburu. Ia menyukai Jessie sejak awal mereka masuk kuliah, namun Jessie tidak pernah menanggapi perasaannya itu. Sebanyak apapun usaha Sam untuk mendekati Jessie, tetap saja Jessie tidak akan luluh dan menerima perasaannya. Hingga hadirnya William membuat Sam tambah cemburu, karena ia merasa kalah dengan William yang merupakan mahasiswa baru di kelas mereka dapat dengan mudah melulu
Setelah menyelesaikan urusannya di Bougenville Company, William secepatnya kembali ke kediamannya. " Leonard! Apa kesan mu tentang Bougenville Company? Apakah perusahaan itu akan cocok dalam kepemimpinan ku ?" tanya William kepada Leonardo yang berada di sebelahnya. " Ya, tentu saja cocok! Perusahaan itu cukup menarik banyak perhatian para konglomerat Flowerly! Setahuku Bougenville Company menjalani bisnis industri !" jawab Leonardo. " Industri ?" " Ya, kenapa ?" " Tidak! Sebenarnya aku tidak terlalu ahli dalam bidang bisnis industri !" " Hm, jika kau mau mencoba dan belajar, yakinlah semua akan menjadi keahlian mu !" nasehat Leonardo. William terdiam mendengar nasehat Leonardo yang begitu antusias, ia tahu bahwa Leonardo memang benar peduli padanya. Kepulangannya dan Leonardo langsung disambut baik oleh mulut aktif si Cedric kecil. Tampaknya Cedric sangat senang setelah melihat kedua oran
Usai jam kuliah, William segera menuju kantor anak perusahaan keluarganya sesuai alamat yang di berikan oleh eyang Carlos. Bougenville Company adalah anak perusahaan terbesar kedua di Flowerly milik keluarga Hansen, setelah CEO pertama mereka mengundurkan diri, jabatan CEO di perusahaan itu kosong dan menjadi rebutan banyak keluarga besar di Flowerly. Untung saja Hansen family sudah mengetahuinya dan bertindak cepat. Setelah setengah jam berkemudi, tiba juga William dan Leonardo di Bougenville Company. " William kita sudah tiba di Bougenville Company !" seru Leonardo. " Hm, baiklah !" " Kau mau ditemani ?" tanya Leonardo ragu. " Tidak perlu! Aku akan menelpon mu jika tidak ada yang tidak beres !" " Okay! Aku harus ke tempat parkiran mobil dulu !" " Ya...," William segera menuju ke dalam perusahaan, langkah kakinya yang lebar membuat William tidak perlu lama untuk tiba di da
Malam di villa Aster, keluarga besar Khanza sedang mengadakan perjamuan makan malam bersama, tuan Aron Khanza mengundang ketiga anaknya, menantunya, dan cucunya untuk membicarakan hal penting. Usai menyelesaikan makan malam, mereka mulai membahas topik yang telah ditemukan tuan Aron. " Aku mendengar sebuah berita dari rekanku, katanya anak perusahaan keluarga Hansen sedang mencari CEO baru ?" kata tuan Aron sambil menikmati anggur merah kesukaannya. " Ya, Ayah. Aku juga mendengar berita itu, tapi belum mendengar sampai detailnya !" ucap Razman Khanza sebagai anak pertama. " Ya, aku juga mendengar berita itu. Dan juga, ada yang mengatakan kalau keluarga Hansen tidak memiliki penerus baru setelah tuan Hanry Hansen, aku pikir itu adalah satu alasan mereka mencari CEO luar untuk anak perusahaan mereka tersebut !" jelas Rafael Khanza anak kedua. " Benarkah? Itu berita bagus! Kita sebagai keluarga elit di Flowerly tidak boleh kalah oleh kelua
" Leonard !" seru William gugup." Ya, ada apa William? Kau melupakan sesuatu ?" tanya Leonardo keheranan.-_-;Hari ini adalah hari pertama William menginjakkan kakinya di Saffron Crocus University. Seperti halnya sebagai orang penting William masuk melalui ruang VIP. James Arthur menyambut kedatangan William dengan senang hati." Selamat pagi, Tuan muda !" sapa James ramah." Pagi !"" Karena anda sudah siap untuk kuliah hari ini, mari saya antar anda ke kelas !" tawar James." Tidak paman! Cukup tunjukkan darimana jalan menuju kelasku !"" Baiklah, jika itu mau Tuan muda! Setelah keluar dari ruang saya, Tuan muda hanya perlu melewati dua gedung, gedung ketiga dari ruangan saya itu adalah gedung dimana kelas anda, berada di lantai empat dan letaknya di tengah-tengah antara kanan dan kiri !" jelas James." Ok, terimakasih !" ucap William setelahnya." Ya, sama-sama Tuan muda
Leonardo keluar dari rumah penitipan anak sambil menggendong seseorang dalam pelukan nya. Ia berlari kecil menuju mobil, cuaca panas itu membuatnya enggan berlama lama diluar. Leonardo mendudukkan putra kecilnya di bangku belakang tak lupa juga memasang sabuk pengaman pada putranya, Cedric." Daddy, siapa itu ?" tanya Cedric kecil penasaran sambil menunjuk ke arah William. Leonardo menghela nafas pelan, ia menoleh pada Cedric sembari tersenyum." Dia Bos muda, Daddy !" jawab Leonardo. " Sapalah, dia dengan sopan dan jaga sikapmu !" titah Leonardo, Cedric tak banyak membantah ia menuruti apa perintah Leonardo. William yang merasa sedikit geli tadi, sekarang mengukir senyuman di wajahnya. Setelah mendengar suara kanak-kanak Cedric dia jadi tersipu." Leonard, anakmu sangat penurut !" puji William berbisik di sebelah Leonardo." Ya, begitulah," ucap Leonardo terkekeh.Mereka kemudian melanjutkan perjalanan ke restoran, di perjalana
Waktu masih dini hari, William sudah diberangkatkan keluarga nya ke kota Flowerly. Sengaja mengambil jadwal dini hari agar orang-orang tidak melihat William diasingkan dari kediaman keluarga Hansen. Memang, identitas William sangat ditutupi dan dirahasiakan oleh keluarganya tidak tahu mengapa, bahkan orang-orang saja mengira keluarga Hansen tidak memiliki penerus baru setelah Hanry ayah William. " Selamat menempuh hidup baru di kota baru !" ucap keluarganya sebelumnya William menaiki kendaraan mewah yang akan mengantarkan nya. Jelas terlihat raut wajah yang tidak rela dari orang-orang rumah, apalagi kakek Lewis dan ibunya Lilian. Kendaraan mewah itu semakin hilang dari pandangan dan menjauh dari halaman rumah yang sudah mirip dengan istana megah itu. William merenung dalam diam, masih tak menyangka ia benar-benar diasingkan. Perjalanannya menuju bandara lumayan memakan waktu lama, tetapi tetap terasa dekat bagi William karena ini bukanlah k
Tampak gemerlap cahaya lampu yang memancar dari kediaman keluarga Hansen itu. Malam ini keluarga besar Hansen sedang merayakan hari bahagia mereka. Namun, dalam sedetik saja kebahagiaan itu menjadi buyar.PRANK !!!Sebuah vas bunga tidak sengaja ditabrak oleh seorang pemuda yang berjalan sempoyongan dengan mata masih setengah terbuka dan gaya yang acak-acakan. Ia pun terbelalak saat mendengar suara pecahan kaca itu." WILLIAM...!" bentak sang ayah dengan raut wajah seramnya.Ya, dialah William. William Hansen, generasi penerus muda dari keluarga besar Hansen." Ayah aku tidak bermaksud,,,,,, Aku tidak sengaja melakukannya," jelas William membela diri.Tak ada satu pun diantara mereka yang berniat membela William bahkan ibunya sendiri, karena ini bukan hal yang asing lagi bagi mereka. William terlalu sering membuat kesalahan dalam keluarga nya. Walaupun dia telah dinobatkan sebagai penerus keluarga, namun ia masih belum bi