“Chaning kenapa kita di sini?” tanya Leary yang tidak tahu apapun.Chaning melepaskan genggaman tangannya dan duduk. “Kau pilih saja semua kue yang kau mau, setelah ini pulanglah ke rumah.”Leary terpaku, gadis kecil itu melihat etalase lalu melihat Chaning lagi dengan bingung, Leary tidak mengerti dengan ucapan Chaning yang baik kepadanya.“Tuan Chaning sudah memborong semua kue di toko ini, jadi Anda bebas memilih kue yang ingin Anda cicipi jika mau. Saya dengar Anda ulang tahun, mungkin bisa memilih kue ulang tahun,” jelas Romero.Leary terperangah, gadis kecil itu sampai terdiam begitu lama dan meremas permukaan gaun yang dia kenakan.Pandangan Leary dan Chaning saling bertemu. Tubuh Chaning menegak melihat mata Leary yang kini berkaca-kaca dan bergetar. “Apa saya pantas mendapatkannya? Hari ini Chaning sudah memberi banyak hadiah.”Chaning membuang napasnya dengan berat. “Sekarang kau ulang tahun, ambil saja apa yang sudah di berikan orang lain kepadamu, jika tidak suka pulang s
“Saya tidak akan melupakan hari membahagiakan ini, saya sangat berterima kasih, ini..” Leary mengangkat wajahnya dan terisak menatap semua orang dengan air mata yang bercucuran, bibir mungil Leary gemetar mencoba melanjutkan kata-kata yang belum selesai terucap. “Ini hari ulang tahun terindah yang saya pernah miliki. Saya akan mengingatnya. Semoga Tuhan melindungi Chaning dan paman-paman di sini agar kalian sehat dan kita bisa berteman selamanya.”Semua orang semakin dibuat diam dan saling melihat, mereka bertanya-tanya mengapa anak sekecil itu bisa merangkai kata dan mengucapkan sesuatu yang dalam seperti itu?Romero langsung menarik boneka dalam pelukan Leary dan meletakannya di sisi kursi. “Sekarang kau harus memotong kuemu,” ucap Romero dengan senyuman lebarnya terlihat sedang mencoba membangun suasana menjadi kembali menyenangkan.Veloz memberikan pisau kuenya kepada Leary dan memintanya untuk segera melanjutkan pesta. Sementara Chaning, pria itu diam membeku terpaku melihat Lear
“Siapa nama panjangmu?”Leary menggaruk pipinya yang tidak gatal. “Leary McCwin Stone.”Romero menganga semakin terkejut. “Kau anak Darrel McCwin?”Kali ini Leary terdiam, namun bibirnya membentuk senyuman pahit dan mengangguk pelan. “Paman jangan bilang-bilang tuan Darrel, dia akan marah jika saya mengaku anaknya. Tuan Darrel bukan ayah saya lagi.”“Ke-kenapa?” Romero terbata.“Tuan Darrel membenci saya,” lirih Leary terdengar pelan dan menyakitkan. “Paman, terima kasih sudah mengantar saya.”Leary bergeser dan membuka pintu, dengan cepat dia melompat turun dan tersenyum lebar dengan lambaian di tangannya. Leary segera berlari pergi memasuki rumah, meninggalkan Romero yang kini masih mematung karena kaget.“Boss harus tahu. Ini penting dan darurat,” bisik Romero terdengar begitu serius.Romero langsung membelokan kendaraannya dan pergi dengan kecepatan tinggi karena ada kabar penting yang harus dia sampaikan kepada Chaning maupun Liebert.***“Anda ke mana saja? Sejak tadi saya menc
Wajah Leary terangkat dalam cengkraman tangan Vika yang memaksanya untuk membuka mata.“Dengarkan aku. Kau itu anak sialan, karena kehadiranmu, kau sudah memisahkan tuan petri dengan ibunya, kau sudah membuat nona Ellis menderita, kau sudah membuat Megi dipecat, kau juga sudah membuat Burka dipecat, sekarang kau mau membuatku dipecat juga hah? Aku benar-benar tidak sudi! Kau itu pembawa sial. Seharusnya kau bersyukur masih bisa hidup dengan baik di rumah ini. Jika kau menyesal atas perbuatanmu, katakan kepada tuan Petri jika aku tidak boleh dipecat!”Leary tertunduk menggigit bibirnya dengan kuat menahan isakan lebih keras karena mendengar ucapan menyakitkan yang keluar dari mulut Vika.Leary tidak bisa berpikir, dia ingin ingin menjerit tidak mampu menerima kekerasan dan ucapan kejam Vika yang tertuju kepadanya.“Arght, sakit…” rintih Leary dengan napas tersenggal merasakan cubitan keras Vika di pinggangnya.“Jawab aku, katakan padaku jika kau akan mengatakan kepada tuan Petri bahwa
“Kenapa diam? Cepat kemari!”Perlahan Leary membungkuk di lantai dan merangkak di lantai mendekati ranjang, anak itu menahan ringisannya sesekali merasakan lututnya yang masih terluka harus menekan lantai dan punggungnya yang sempat terpukul semakin panas,Hati Petri tertohok begitu dalam, begitu menyesakkan melihat bagaimana Ellis memperlakukan Leary semaunya sendiri.Dalam keraguan Petri mendekat dan berdiri di balik pintu yang terbuka.“Mana?” tanya Ellis dengan ketus.Leary berusaha bangkit dan berdiri dengan lututnya, lalu memberikan paper bag itu kepada Ellis. Tanpa sengaja, Leary melihat sebuah photo besar Ellis bersama seorang wanita.Seluruh kulit Leary meremang, kepalanya terasa pusing berputar-putar karena wanita yang berada di photo itu cukup Leary kenal. Tiba-tiba tubuh Leary terjatuh ke lantai, teringat bayangan suara tangisan ibunya mendengar ucapan kasar sumpah serapah wanita dan mendapatkan pukul beberapa pria besar, sementara Leary yang bersembunyi di dalam lemari h
Liebert membuang napasnya dengan sesak sampai pada akhirnya sebuah cerita terucap, “Ada banyak rahasia yang dimiliki Alice ketika dia memaksa berhenti dari organisasi. Kelompoknya merasa terancam, jika Alice keluar, maka dia diburu banyak organisasi lain karena rahasia yang dia miliki sangat penting dan berhubungan dengan beberapa mata-mata. Satu-satunya cara untuk bisa mengamankan rahasia adalah membuat Alice tidak berdaya.”Liebert berhenti berbicara karena merasakan sesak di dadanya, dengan berat pria itu kembali berkata. “Alice dijebak oleh bajingan-bajingan itu beberapa tahun yang lalu, penglihatannya berkurang dan mereka mematahkan kakinya hingga membuat Alice tidak memiliki kemampuan apapun lagi apalagi untuk berlari. Kehidupannya di dikte dan penuh dengan pengintaian. Mereka tetap mempertahankan Alice karena Alice masih tutup mulut, menyimpan banyak rahasia yang dicari banyak organisasi. Mereka membiarkan Alice hidup, mereka menunggu Alice membuka suara dan memberitahu apa saj
Bibir Leary gemetar hebat, wajah mungilnya tersembunyi di atas rerumputan. Rintihan kesakitannya semakin terdengar samar. Leary tidak memiliki tenaga lagi untuk menangis, bahkan untuk menarik napas saja tubuhnya terasa begitu sakit. “Ibu, maafkan aku, aku tidak bisa menepati janjiku. Aku tidak bisa menjadi anak yang kuat seperti yang sudah kujanjikan kepada ibu, aku melanggar janjiku, jika ibu melihat ini, jangan membenciku, maafkan aku..” lirih Leary terdengar begitu menyakitkan.“Sakitt..” rintih Leary begitu merasakan seseorang membalik tubuhnya dan menariknya.Dalam pandangan yang mengabur terhalang oleh air mata, samar Leary melihat Petri yang kini duduk bersimpuh di sisinya terlihat menangis, memeluknya pelan-pelan seakan takut Leary akan hancur bila dia peluk lebih erat.Tangan Petri gemetar, mengusap kepala Leary dan menggenggam tangannya.“Kau anak yang baik dan kuat, kau tidak perlu meminta maaf. Aku yang seharusnya meminta maaf kepada ibu karena sudah menjadi kakak yang ja
“Apa bibi itu sering menemui ibu?”Leary mengangguk pelan dan tersenyum sedih. “Setiap kali bibi itu datang, saya disuruh bersembunyi di lemari atau atap rumah. Ibu tidak ingin bibi itu tahu ibu memiliki saya.”“Mengapa?”Leary terdiam, matanya kembali berkaca-kaca teringat setiap nasihat Olivia yang tidak pernah berhenti memberitahu Leary disetiap kali Leary akan tidur malam.Wajah mungil Leary kembali basah oleh air mata. “Ibu bilang, bibi itu jahat, jika dia melihat saya, dia akan mengambil saya seperti dia mengambil keluarga ibu dan mengambil cawan kesayangannya.”Rasa sesak mencekik Petri, tanpa bisa berkata-kata lagi Petri kembali mendekat dan memeluk Leary begitu hati-hati. Sebuah tangisan mendesak dada Petri, namun dia berusaha untuk menahannya, Petri harus segera pergi menemui Darrel dan memberitahu semuanya.Petri tidak tahan lagi menjalani kehidupan yang seperti ini, penuh kepalsuan dan terlibat dengan orang-orang jahat yang sesungguhnya.***Pengap dan usang, itulah yang E