Saat adik-adikku sukses
Part 3"Neng, maafin Akang ya!" lirih Hendi dengan keringat yang masih bercucuran.Hendi langsung menurunkan ransel lusuh dari pundaknya, ransel yang hanya berisi pakaian-pakaian butut milik Hendi, bukan baju lebaran seperti yang di harapkan.Nurma menatap mata Hendi yang memerah seperti menahan tangis."Akang minta maaf kenapa?""Akang pulang gak bawa uang sepeserpun Neng, mandornya kabur, Akang bisa pulang juga nebeng-nebeng sama truk." Hendi mengusap wajahnya kasar.Impian Hendi untuk membahagiakan Tedi dan Nurma pupus sudah, Hendi bahkan rela tidak mengambil libur selama satu bulan penuh agar bayaran yang di terima cukup besar."Akang sabar ya, mungkin belum rezekinya keluarga kita," Nurma berusaha membesarkan hati suaminya, meskipun hatinya pun sama kecewanya seperti Hendi.Nurma tahu suaminya itu sudah berusaha keras. Dan untuk saat ini keluarga kecilnya mungkin harus sedikit bersabar lagi."Maafin Akang ya Neng, Akang gak bisa beliin Neng sama Tedi baju baru, padahal kalau mandornya amanah, Akang bisa bawa uang banyak, cukup buat lebaran.""Udah Kang, udah ya! gak beli baju baru juga gak apa-apa kok.""Makasih ya Neng udah sabar, jujur Akang malu sama Neng."___"A Hendi, kata Mama, ke rumah!" seorang anak kecil menepuk pelan tubuh Hendi."Ada apa emang Vin?" tanya Hendi pada anak kecil bernama Davin itu."Gak tahu, katanya ke rumah aja!" ucap Davin.Davin lalu kembali bermain bersama temannya menabuh bedug bersama-sama.Hendi lalu berjalan menuju rumah orang tua Davin yang tidak jauh dari masjid."Maaf Bu, apa Ibu benar manggil saya?" tanya Hendi pada Bu Lela yang kebetulan sedang berada di depan rumahnya."Iya, tunggu dulu ya bentar!" Bu Lela masuk ke dalam.Beberapa saat kemudian Bu Lela kembali ke luar menjinjing sebuah kresek hitam."Ini tolong di terima ya, suami saya tadi beli daging kebanyakan, padahal saya juga udah beli ayam. Mau di simpan di kulkas udah penuh kulkasnya, ini bawa ya, dan ini buat jajan Tedi!" Bu Lela menyelipkan sebuah amplop pada tangan Hendi."Tapi Bu, apa gak kebanyakan? ini seekor utuh ayamnya?" tanya Tedi."Gak apa-apa, udah bawa aja!""Terima kasih banyak Bu, terima kasih," berkali-kali Hendi mengucapkan kata itu.Dengan hati gembira, Hendi membawa ayam pemberian Bu Lela itu pulang ke rumah."Neng, buka Neng!" ucap Hendi sambil mengetuk pintu rumahnya."Akang bawa apa?""Alhamdulilah kita dapat rezeki Neng, Bu Lela ngasih ayam seekor sama ngasih ini buat jajan Tedi katanya." Hendi langsung memberikan ayam dan amplop yang baru saja dia terima.Nurma langsung membuka amplop pemberian Bu Lela, saat di buka, amplop itu berisi dua lembar uang berwarna biru.Bu Lela memang termasuk orang mampu di kampung ini, dia dan suaminya memiliki beberapa usaha, diantaranya toko grosir, pabrik penggilingan padi dan satu pabrik tahu."Alhamdulilah ya Allah," Nurma berkali-kali mengucap syukur, air matanya bahkan menetes tidak kuat menahan haru dengan rasa bahagia yang ia dapat malam ini."Iya alhamdulilah, Neng langsung masak ya, Akang mau takbiran lagi!""Iya Kang."Nurma langsung membawa ayam itu ke dapur, ayam sudah bersih dari bulu dan kotorannya, ia hanya tinggal memotong ayamnya menjadi beberapa bagian. Nurma memisahkan bagian sayap dan paha yang akan di buat ayam goreng untuk Tedi, sementara bagian yang lainnya akan dia olah menjadi semur ayam.Uang dari amplop tadi sebagian Nurma belikan bumbu, minyak dan 5 butir kentang, Nurma sengaja membeli kentang untuk campuran semur ayam.Akhirnya malam ini Nurma bisa memberikan yang Tedi mau, yaitu ayam goreng."Alhamdulilah ada rezeki kamu Nak, besok kamu bisa makan ayam goreng," bisik Nurma pada telinga Tedi.Saeekor ayam tadi sudah berubah menjadi semur ayam satu kuali penuh, Nurma sengaja memasaknya dengan kuah yang cukup banyak.Pukul tiga pagi Hendi kembali ke rumah untuk mandi setelah itu Hendi kembali ke masjid siap-siap melaksanakan shalat idul fitri, Hendi memang biasa menghabiskan waktu satu malam penuh di masjid saat malam takbiran.Setelah adzan subuh berkumandang, Nurma kemudian membangunkan Tedi."Tedi, bangun Nak, yuk sholat subuh dan siap-siap shalat ied," ucap Nurma sambil mengusap lembut tubuh Tedi."Mama udah masak ayam goreng buat Tedi."Tedi hanya menggeliat, namun saat mendengar kata ayam goreng mata Tedi langsung terbuka lebar."Ayam goreng Ma?""Iya, sekarang Tedi mandi dulu ya, udah mandi langsung makan!""Siap Ma,""Pakai baju baru kan Ma?" tanya Tedi setelah selesai mandi."Iya," ucap Nurma sambil membuka lemari kayu sederhana yang pintunya hampir lepas.Beruntungnya sejak jauh-jauh hari, Nurma sudah mempersiapkan baju baru untuk Tedi, meskipun baju itu di dapat dari hasil kredit sehari seribu. Satu stel baju koko dan satu stel lagi baju biasa."Tedi mau makan dulu ya Ma, sekarang gak puasa kan Ma? kan udah lebaran.""Ya udah Tedi makan dulu ya, udah makan langsung susul Bapak ke masjid!"Dengan semangat Tedi berjalan ke dapur."Ayam gorengnya dekat kompor, di bawah tutup panci," teriak Nurma agar Tedi tidak kesulitan mencari makanan yang dia inginkan sejak kemarin sore.Tedi sangat menikmati ayam goreng buatan Ibunya, dia mengambil ayam itu sedikit demi sedikit karena sayang jika buru-buru di habiskan."Tedi ke masjid dulu ya Ma," ucap Tedi pamit setelah perutnya kenyang terisi."Iya, awas ya jangan main-main, jangan ganggu orang lain!" pesan Nurma pada anak satu-satunya itu.Tedi memang sudah terbiasa pergi ke masjid sendirian karena jaraknya dari rumah cukup dekat.Nurma pun langsung bersiap, dia menggunakan pakaian terbaik yang ia punya, lalu melangkahkan kaki ke masjid.Setelah shalat ied selesai, Nurma, Tedi dan Hendi pulang secara bersamaan, sepulang dari masjid mereka langsung saling meminta maaf satu sama lain, lalu mereka menikmati sarapan pertamanya setelah 30 hari berpuasa."Masakan Neng emang enak, lihat tuh, Tedi lahap banget sampai berkali-kali nambah," Hendi memuji masakan istrinya."Langsung ke rumah Ibu, Neng?" tanya Hendi saat makan telah selesai."Iya,""Ya udah Akang tunggu di depan ya!""Iya, Neng beresin dapur dulu ya, sama nyiapin nasi dan semur ayam yang akan di bawa ke sana."Nurma mengambil rantang, kemudian memasukkan nasi dan semur ayam ke dalamnya. Karena hanya itu yang dia punya, meskipun dia sudah bisa menebak Ratri pasti tidak akan menghargai apa yang dia bawa sekarang.Nurma, beserta suami dan anaknya pergi ke rumah Ratri dengam berjalan kaki karena memang rumah Nurma dan Ibunya itu sangat dekat.Sesampainya di sana, rumah Ibunya ternyata sepi tidak ada siapa-siapa, berkali-kali Nurma mengucap salam namun tidak ada jawaban, pintu rumahpun dalam keadaan terkunci, sepertinya Ibu dan adik-adiknya itu memang tidak ada di rumah.Saat adik-adikku suksesPart 4"Pintunya di kunci Kang, kayaknya gak ada siapa-siapa di dalam," ucap Nurma pada Hendi."Terus gimana? kita pulang lagi?""Pulang lagi aja, buat apa di sini juga, kita juga kan gak tahu kapan mereka pulang."Hanya Ratri orang tua yang di miliki Nurma dan Hendi saat ini, karena Hendi sudah menjadi yatim piatu sejak masih bujang, untuk berkunjung ke rumah saudara-saudara Hendi pun jaraknya sangat jauh karena berada di luar kabupaten."Loh, kamu kok ada di sini Nur? gak ikut sama Ibu dan adik-adikmu?" tanya Mbak Ria, tetangga samping rumah Ibunya.Nurma langsung bangkit dari tempat duduknya, dia lmengulurkan tangannya sambil mengucapkan minal aidzin.Mbak Ria memang biasa memanggul Nurma dengan panggilan Nur."Iya Mbak, Mbak tahu Ibu dan adik-adikku pergi ke mana?""Oalah, masa kamu gak tahu sih? emang gak di ajak?""Engga Mbak, aku nggak tahu.""Ibu sama adik-adikmu udah berangkat dari subuh, mereka mau ke rumah calon mertuanya Mala yang ada di luar kota,
Saat adik-adikku suksesPart 5Nurma mempercepat langkahnya agar segera sampai di rumah Ibunya, dia tidak sabar ingin mengetahui kebenaran tentang tanah yang di jual.Nurma masih ingat saat Ibunya meminta di kirim uang untuk membeli tanah itu, saat itu Nurma baru saja mengirim semua gajinya, namun beberapa hari kemudian Ibunya kembali menghubungi Nurma."Kamu gak bisa ngusahain Nurma? ini tanahnya bagus loh, posisinya sangat strategis, yang punyanya lagi kepepet makanya di jual murah, sekarang mana dapat tanah pinggir jalan harga segitu di sampingnya lagi di bangun buat bikin Indo April, itu loh toko yang kalau belanja pake alat yang bunyinya nit nit," ucap Ratri."Gimana ya Bu? kan Ibu tahu semua gaji Nurma sudah di kirim, emang gak ada tabungan sama sekali?""Ya gak ada lah, gajimu itu cuma pas-pasan, biaya kuliah Mala sama Dewi mahal, belum lagi Lukman sekarang udah SMK, dia juga lagi ngerengek minta di beliin motor gede, ayo kamu coba ngomong sama majikan kamu, cuma 25 juta masa g
Saat adik-adikku suksesPart 6"Tunggu, tunggu. Kita tidak bisa menggeledah rumah orang begitu saja, lebih baik bicarakan saja baik-baik!" ucap Pak RT."Gak bisa Pak RT, langsung saja cari uangnya!" Mala tidak setuju dengan apa yang di katakan Pak RT."Kita tidak boleh main hakim sendiri, Nurma apa kami boleh masuk?" tanya Pak RT pada Nurma selaku pemilik rumah."Nurma apa benar kamu mencuri uang Ibu kamu?" tanya Pak RT saat mereka sudah duduk bersama untuk bermusyawarah."Nurma bukan mencuri Pak RT, Nurma hanya mengambil hak Nurma sendiri, tanah yang di jual itu murni hasil kerja keras Nurma selama di luar negeri, jadi Nurma juga berhak atas uang hasil penjualan tanah tersebut," Jawab Nurma tegas."Tapi kan itu tanah atas nama Ibu, jadi yang lebih berhak itu Ibu," Mala tidak mau kalah dengan pendapat kakaknya itu."Meskipun atas nama Ibu, tapi tanah itu tidak akan bisa di miliki jika bukan karena hasil kerja kerasku.""Sepertinya ini hanya kesalahan pahaman saja, sebaiknya selesaikan
Saat adik-adikku suksesPart 7"Kang, dengar penjelasan Neng dulu!""Penjelasan apa Neng? Neng jangan bilang karena nafkah yang Neng terima kurang membuat Neng nekat seperti ini?""Kang, ayo masuk dulu! biar Neng jelasin, Tedi ayo masuk Nak, Mama mau jelasin semua!"Nurma meminta suami dan anaknya masuk ke dalam rumah. Setelah itu lalu ia jelaskan semuanya tentang apa yang terjadi sebenarnya"Oh, jadi seperti itu Neng? terus kenapa Neng gak cerita?""Neng sebenarnya udah ada niat buat cerita sama Akang, tapi gak tahu kenapa lupa terus.""Maafin Akang ya Neng, sudah suudzon." Hendi mengucap lembut pucuk kepala Nurma."Terus Tedi harus gimana Ma? kalau teman-teman ngejek Tedi lagi?""Tedi jawab aja, Mama Tedi bukan pencuri, Mama Tedi di fitnah, udah cukup, kalau mereka gak percaya itu terserah mereka.""Oh, iya Ma, iya, Tedi akan ngomong gitu kalau teman-teman ngejek lagi.""Tedi emang pintar," ucap Nurma.Malam hari di saat suami dan anaknya sedang terlelap, Nurma masih sibuk di dapur,
Saat adik-adikku suksesPart 8"Makanya Nurma jangan bikin dosa sama Ibu kamu sendiri, hidup kamu jadi makin susah kan? sampai jualan keliling gini," ucap Mbak Tuti saat Nurma lewat di depan rumahnya dan menawarkan dagangan yang ia bawa. Mbak Tuti merupakan sahabat karib Ibunya Nurma."Kenapa Mbak Tuti? Mbak Tuti mau jajan?" Nurma pura-pura tidak mendengar apa yang baru saja Tuti katakan."Idih, na jis jajan di anak tukang nyuri kayak kamu, modal dagangnya juga pasti pakai duit haram, uang hasil nyuri.""Kalau gitu mari Mbak Tuti."Mbak Tuti memang terkenal dengan lidahnya yang tajam dan ceplas ceplos, ia tidak bisa menyaring apa yang keluar dari mulutnya.Nurma memilih untuk tidak meladeni sahabat Ibunya itu, jika berurusan dengan Mbak Tuti masalah Nurma akan semakin runyam, apalagi Mbak Tuti salah satu orang yang paling dekat dengan Ibunya."Nurma, sini! jualan apa kamu?" Anis berteriak memanggil Nurma, Anis merupakan teman sebayanya Nurma, dulu saat sekolah mereka pun satu kelas."N
Saat adik-adikku suksesPart 9Nurma tidak habis pikir mengapa ada orang setega itu memfitnah dirinya, orang itu ialah Mbak Tuti yang tidak lain adalah sahabat ibunya sendiri, entah apa tujuan Mbak Tuti sampai berbuat demikian, mungkin ini ada kaitannya dengan kurang harmonisnya hubungan Nurma dengan sang Ibu. padahal Nurma sendiri tidak pernah memiliki masalah apapun dengan Mbak Tuti.Nurma tahu sebagai sahabat pasti ikut kesal jika sahabatnya memiliki masalah dengan orang lain, apalagi masalahnya dengan anak kandung sendiri, tapi tidak seharusnya Mbak Tuti melakukan hal sekeji ini sampai memutus rezeki Nurma dari berjualan.Hari ini uang yang Nurma peroleh dari berdagang hanya sebesar 30 ribu rupiah, jangankan untung untuk menutupi modal saja tidak bisa. Tapi Nurma tetap bersyukur, beruntung ada Anis yang lebih percaya pada dirinya dan tetap mau membeli dagangannya.Karena dagangan masih tersisa begitu banyak, Nurma memutuskan untuk membawanya ke rumah Nenek Hindun, seorang lansia
Saat adik-adikku suksesPart 10"Neng, istighfar Neng, sadar gak ngomong apa?""Neng sadar Kang, Neng cape hidup di hina terus kayak gini.""Maaf kalau Akang egois, tapi sampai kapanpun Akang tidak akan mengizinkan Eneng menjadi TKW lagi, Akang tidak akan membiarkan kita bertukar peran."Nurma hanya menangis mendengar jawaban suaminya."Neng itu tulang rusuk, tugas Neng itu di rumah jaga dan rawat Tedi, urusan nafkah dan mencari uang biar jadi urusan Akang.""Pokoknya mulai dari sekarang Akang janji akan berusaha lebih giat lagi dalam bekerja, Neng jangan protes kalau Akang jarang pulang karena hari libur akan Akang gunain buat nyari uang tambahan.""Kang, Neng minta maaf ya udah ngomong yang enggak-enggak.""Iya, tapi tolong ya Akang gak mau dengar Neng ngomong kayak gitu lagi, percaya sama Akang, Akang bakal terus berusaha bahagiain kalian."***Setelah kejadian kemarin, Nurma memutuskan untuk berhenti berjualan, karena namanya sudah jelek di mata orang-orang satu kampung, mereka s
Saat adik-adikku suksesPart 11Lukman langsung masuk ke dalam rumah Nurma, tanpa menjawab pertanyaan dari sang Kakak.Nurma merasa heran dengan apa yang di lakukan adik bungsunya ini, padahal besok hari pernikahan Mala, dan Lukman yang akan menjadi wali untuk Mala, menggantikan sang Ayah yang sudah lama pergi. Untuk apa dia datang ke rumahnya malam-malam begini, harusnya dia ada di rumah Ratri, Ibunya. Ikut membantu mempersiapkan acara pernikahan yang akan di gelar hari esok. "Kalau ada yang nyari aku, jangan bilang aku ada di sini ya Teh!" pesan Lukman pada Nurma, sang Kakak.Wajah Lukman terlihat pucat, Nurma merasa adik bungsunya itu sangat merasa ketakutan."Iya, emang kamu kenapa?" Nurma kembali bertanya pada sang Adik.Lukman berlari ke belakang rumah Nurma sehingga menimbulkan suara yang cukup berisik karena lantai rumah Nurma hanya terbuat dari papan."Lukman kamu ngapain? kamu mau bikin rumah Teteh roboh?" Tanya Nurma saat melihat adiknya naik ke atas para.Orang sunda bia
Hendi pergi.Hendi memilih meninggalkan Bu Ratri, Dewi dan juga Mala, dan saat itu juga dia sudah menceraikan Dewi agar terbebas dari tanggung jawabnya.Dia sangat ingin menemui Tedi, akan tetapi penghasilannya selalu terkuras habis karena harus membiayai Bu Ratri, Dewi dan juga Mala, menurutnya satu-satunya cara yang harus dia lakukan adalah meninggalkan mereka agar bisa mengumpulkan uang dengan mudah.Meskipun tidak tahu harus pergi ke mana, Hendi tetap teguh pada pendiriannya, dia tidak mempedulikan teriakan Bu Ratri yang memanggilnya untuk kembali.Saat malam dia mencari Masjid untuk tempatnya berisitirahat, dia biasa tidur di tempat parkir atau pelataran, karena Masjid selalu di kunci, dan tidak diperkenankan untuk tidur di dalam.Dia mengencangkan ikat pinggang, rela menahan lapar agar uangnya cepat terkumpul dan bisa menemui Tedi secepatnya.Setelah tabungannya di rasa cukup, Hendi pun berangkat ke kota tempatnya dulu merantau.Sampai di kota tujuan Hendi harus menelan pil pahi
Saat adik-adikku suksesPart 69Farman dan Yuyun memulai kehidupan baru.Setelah kejadian itu, mereka akhirnya berdamai dan saling memaafkan kesalahan masing-masing.Yuyun sudah bisa menerima kehadiran Sofia, anak kandung Farman dari wanita lain, begitu pun Farman, dia tidak pernah mengungkit Yuyun yang sedang hamil akan tetapi entah siapa ayah dari janin itu.Kehidupan mereka mulai membaik, usaha pangkas rambut keliling Farman mulai banyak diminati, terkadang dia menerima panggilan langsung dari ke rumah.Meskipun penghasilannya tidak banyak seperti dulu saat dia menipu banyak perempuan dengan iming-iming akan dinikahi, Farman tetap bersyukur setidaknya uang yang dia dapatkan sekarang halal."Ini hasil hari ini," ucap Farman sambil menyerahkan penghasilan yang dia peroleh.Yuyun menerima uang yang diberikan oleh suaminya, setelah dihitung jumlahnya cukup banyak seratus dua puluh ribu rupiah."Banyak banget, emang dapat berapa pelanggan?""Alhamdulilah, tadi dapat anak-anak 3, dewasa
Saat adik-adikku suksesPart 68Bisnis yang dijalankan Lukman Setelah mendapat intruksi dari Pak Andri, Lukman langsung mencari informasi tentang supplier beras, Lukman menghubungi Bu Lela yang nomornya sudah dia catat sebelumnya, saat akan pergi ke kota menyusul Hilda, dia sengaja menulis beberapa nomor ponsel orang yang dia kenal di Desa untuk memudahkannya berkomunikasi."Hallo, assalamualaikum Bu Lela," Lukman mengucap salam saat panggilan mulai tersambung."Iya, waalaikumussalam.""Bu, apa kabar?""Baik Man, kamu sendiri gimana? kabar anak Istrimy juga gimana?"Nomornya sudah tersimpan di kontak Bu Lela, karena beberapa waktu lalu, Lukman pernah menelpon bosnya itu untuk memberi kabar dan pamit karena dia akan berhenti bekerja dan menetap di tempat Istrinya."Alhamdulilah Baik juga Bu.""Syukur kalau gitu.""Bu, Lukman mau nanya sesuatu boleh?""Nanya apa Man?"Lukman pun menceritakan tentang rencananya yang akan memulai usaha membuka toko beras, dia langsung bertanya apakah Bu
Saat adik-adikku suksesPart 67Farman meninggalkan Yuyun.Sadar akan kesalahannya, Yuyun hanya diam, bahkan saat Farman pergi dia pasrah, entah apa yang akan dia katakan nanti pada petugas Puskesmas saat di minta melunasi pembayaram perawatan."Gimana? badannya udah agak enakan?" tanya suster saat mengganti botol cairan infus yang habis.Yuyun hanya menggangguk."Suaminya mana Bu?" Yuyun menggeleng, tidak mengeluarkan sepatah kata pun."Tetesannya udah di atur, agak lambat sekarang. Nanti ganti lagi subuh mungkin, kalau ada apa-apa panggil aja ya," ujar suster sebelum meninggalkan Yuyun.Malam ini para petugas medis itu mungkin bisa sedikit beristirahat, karena tidak ada pasien lagi selain Yuyun.Jika Yuyun tidak ada, mungkin mereka bisa tidur nyenyak sampai pagi.Suasana di ruang UGD begitu hening, hanya suara jarum jam dinding yang menemani Yuyun malam ini.Seandainya tidak malu, mungkin dia akan berteriak minta temani, dalam hatinya berharap ada pasien lain datang yang membuat r
Saat adik-adikku suksesPart 66Lukman mengambil hati Ibu mertuanyaPak Andri berusaha mengejar Bu Lastri saat istrinya itu merajuk sampai akan pergi meninggalkan rumah, Pak Andri mencoba kembali menjelaskan apa yang dia lakukan ini semata-mata karena Hilda, demi kebahagiaan anak semata wayang mereka."Mama jangan kayak gini dong, Papa mohon. Kan sudah Papa jelasin ini demi Hilda!" ucap Pak Andri sembari menahan langkah Bu Lastri"Apa yang Mama lakuin juga sama demi Hilda, Mama gak rela kalau Hilda harus hidup susah nantinya, apa yang bisa kita harapkan dari Lukman? cuma jadi kuli di penggilingan beras, untuk makan saja sepertinya kurang."Saat mendengar kalimat yang dikatakan oleh Bu Lastri, sedikit pun Lukman tidak sakit hati apalagi marah, meski pun kata-kata itu berisi hinaan pada dirinya, Lukman merasa apa yang diungkapkan oleh Bu Lastri memang ada benarnya.Ibu mana yang menginginkan putrinya mengalami kesulitan ekonomi setelah menikah, maka dari itu Bu Lastri berusaha memisahi
Saat adik-adikku suksesPart 65Hal yang terjadi pada YuyunBu Madam meradang saat mendapat pengaduan dari tamu yang dilayani Yuyun."Gimana sih Madam, orang penyakitan disuruh kerja, lihat nih baju saya bau kena muntahan, pokoknya gak mau tahu saya minta uang balik lagi, udah malas meskipun dilayani yang lain juga!""Loh gak bisa gitu dong, kalau uang udah masuk gak bisa main cancel gitu aja.""Niat saya datang ke sini buat nyari kepuasan, bukan untuk amal, cepat uang saya balikin! kalau enggak saya panggil kawan-kawan saya yang preman pasar buat ngobrak-ngabrik warung ini!" "Iya nih iya!""Gini nih, kalah mau usahanya lancar jangan rese, oh iya sekali lagi saya ingetin yang penyakitan jangan disuruh kerja kasian banyak yang rugi nanti!"Setelah tamu itu pergi, Bu Madam langsung masuk ke kamar yang dipakai oleh Yuyun tadi.Di dalam kamar warung Yuyun terbaring tidak sadarkan diri. Bekas muntahannya tercecer sampai ke tepi ranjang."Heh, bangun Yuyun, kamu sudah saya modalin banyak
Saat adik-adikku suksesPart 64Wulan batal diadopsi."Bu gimana sih, katanya cucunya boleh diadopsi, pas udah datang orang tua angkatnya malah bikin drama kayak gini, saya malu Bu, mereka udah datang jauh-jauh tapi malah gagal.""Maaf Bi Sinta, saya juga gak tahu Dewi bakal kayak gini," ucap Bu Ratri sambil menunduk, dia merasa malu pada Bibi Sinta."Awas ya ini terakhir saya nolong kalian, setelah ini mau kalian kesusahan kayak gimana juga saya gak bakal mau lagi nolong, kapok. Niat nolong tapi malah bikin malu kayak gini!" Bibi Sinta pergi meninggalkan saung."Kamu kenapa sih Dewi? kemarin kamu ngomong katanya Wulan boleh dikasih sama orang, udah kayak gini malah bikin drama nangis-nangis, pokoknya Ibu gak mau ngurus Wulan lagi, silahkan kamu urus sendiri.""Kok Ibu tega sih, kan aku belum bisa ngurus bayi sendiri, masa tega sih.""Kamu ngomong Ibu tega? dari Wulan lahir sampai sekarang siapa yang ngurusin? apa kamu pernah nyebokin atau gantiin baju? enggak kan. Ibu ini sudah tua,
Saat adik-adikku suksesPart 63Hilda dan Lukman kembali bersatu.Pak Andri dan Lukman akhirnya bisa bernafas lega, saat dokter yang menanangani Hilda memberi kabar baik bahwa Hilda berhasil melewati masa kritisnya.Seperti sebuah keajaiban, tidak sampai satu jam Hilda pun akhirnya mulai sadar, perlahan dia bisa menggerakkan jarinya lalu matanya pun terbuka meskipun masih sedikit buram, cahaya lampu yang begitu terang membuat pandangannya silau.Hilda berusaha mengingat apa yang terjadi, namun tidak ada satu pun memori yang menempel dalam bayangannya.Dia meraba perutnya, karena tidak ingat dengan tindakan operasi caesar yang sudah ia lakukan.Dengan suara lemahnya, dia berusaha memanggil dokter atau suster yang bertugas."Alhamdulilah, akhirnya Ibu siuman juga," ucap salah seorang perawat."Saya sudah melahirkan sus? anak saya mana? kenapa kok saya ada di sini?""Ibu tenang dulu ya, jangan berpikir terlalu berat, sebentar saya panggilkan dokter dulu."Dokter pun datang lalu menjelask
Saat adik-adikku suksesPart 62Yuyun dibawa ke dukun"Gimana, sanggup gak kalau pake kambing?" tanya Mbah Toto."Berapa Mbah harganya?""Harusnya dua juta, tapi karena kamu langganan silahkan satu setengah saja!"Bu Madam dilema, jika tidak dibantu tapi Yuyun sangat menguntungkan baginya."Madam, kalau uangnya gak ada, udah jangan!" ucap Yuyun saat melihat Bu Madam melamun.Akhirnya Bu Madam tetap melanjutkan membantu Yuyun, dia pamit sebentar pergi ke atm karena tidak ada uang cash sebesar itu dalam dompetnya."Kamu tunggu, mau nyari atm dulu!" ucap Bu Madam pada Yuyun."Baik Bu Madam."Bu Madam pergi diantar oleh anak buahnya, mereka mencari atm terdekat untuk melakukan tarik tunai.Bu Madam harus mengantri terlebih dahulu karena ada beberapa orang yang juga akan menggunakan fasilitas umum tersebut.Saat tiba bagiannya, Bu Madam langsung masuk ke dalam ruangan yang cukup dingin itu. Dia masukkan kartu lalu pin kemudian memilih menu tarik tunai dan menuliskan nominal yang dibutuhkan