Saat adik-adikku sukses
Part 7"Kang, dengar penjelasan Neng dulu!""Penjelasan apa Neng? Neng jangan bilang karena nafkah yang Neng terima kurang membuat Neng nekat seperti ini?""Kang, ayo masuk dulu! biar Neng jelasin, Tedi ayo masuk Nak, Mama mau jelasin semua!"Nurma meminta suami dan anaknya masuk ke dalam rumah. Setelah itu lalu ia jelaskan semuanya tentang apa yang terjadi sebenarnya"Oh, jadi seperti itu Neng? terus kenapa Neng gak cerita?""Neng sebenarnya udah ada niat buat cerita sama Akang, tapi gak tahu kenapa lupa terus.""Maafin Akang ya Neng, sudah suudzon." Hendi mengucap lembut pucuk kepala Nurma."Terus Tedi harus gimana Ma? kalau teman-teman ngejek Tedi lagi?""Tedi jawab aja, Mama Tedi bukan pencuri, Mama Tedi di fitnah, udah cukup, kalau mereka gak percaya itu terserah mereka.""Oh, iya Ma, iya, Tedi akan ngomong gitu kalau teman-teman ngejek lagi.""Tedi emang pintar," ucap Nurma.Malam hari di saat suami dan anaknya sedang terlelap, Nurma masih sibuk di dapur, ia sedang memasak beberapa menu yang bisa awet selama berhari-hari untuk bekal yang akan Hendi bawa.Kentang mustofa, teri kacang, dan sambel goreng sudah selesai Nurma buat, tinggal di kemas ke dalam plastik dan toples kecil untuk wadah sambal.Esok pagi, Hendi akan kembali ke kota untuk mengais rezeki, karena jika terus berada di kampung tidak ada yang bisa di harapkan."Doain Akang terus ya Neng, semoga kerjaannya lancar dapat atasan yang amanah, jangan kayak waktu mau lebaran kemarin," ucap Hendi sebelum pergi meninggalkan anak dan istrinya."Tanpa Akang minta, Neng selalu doain Kang.""Akang pamit ya Neng, jaga diri baik-baik.""Iya Kang, hati-hati."Meskipun berat harus kembali berjauhan dengan sang suami, namun Nurma berusaha sabar. Hidup memang butuh perjuangan, apalagi banyak istri-istri di luar sana yang di tinggal lebih jauh dan lebih lama oleh suaminya.Seperti biasa jika Hendi sedang bekerja, hanya ia dan Tedi yang ada di rumah. Jika suaminya tidak ada suasana rumah terasa lebih sepi apalagi tidak ada televisi ataupun radio yang bisa di jadikan hiburan.Beberapa hari berlalu Nurma baru ingat dengan uang yang ia sembunyikan, saat Tedi sedang bermain diam-diam Nurma mengambil uang itu, lalu ia keluarkan uang itu dari kantong kresek yang membungkusnya.Setelah di hitung, uang yang berhasil ia ambil dari tangan Ibu dan adiknya itu sebanyak 16 juta 2 ratus ribu, jika Nurma mengambil semuanya pasti jumlahnya akan jauh lebih banyak, saat membeli saja harganya sudah 25 juta apalagi sekarang pasti sudah naik berkali-kali lipat.Selesai uang di hitung, Nurma kembali membereskan uangnya dan menyimpan uang itu ke tempat asalnya, Nurma tidak punya keinginan sama sekali untuk menggunakan uangnya itu.Inilah kali pertama Nurma memegang uang sebanyak itu, meskipun ia berpengalaman kerja di luar negeri tetapi semua gajinya ia serahkan pada keluarga.***Tahun ajaran baru akan segera di mulai, Nurma berniat mendaftarkan Tedi sekolah TK tahun ini karena usia anaknya itu sudah menginjak 5 tahun.Kemarin malam saat Hendi menghubunginya melalui sambungan telepon Nurma meminta izin akan pergi ke pasar untuk membeli segala keperluan sekolah Tedi."Hari ini kita jadi kan pergi ke pasar?" tanya Tedi saat ia baru bangun tidur."Iya jadi, sekarang Tedi mandi dulu ya terus sarapan, biar kuat pergi ke pasaranya," ucap Nurma agar anaknya itu lebih semangat.Mungkin bagi sebagian anak ada yang merasa malas saat di ajak pergi ke tempat belanja tradisional itu tapi tidak bagi Tedi. Pasar menjadi tujuan yang spesial dan istimewa baginya.Tedi begitu bersemangat saat Nurma memberi tahu akan membawanya pergi ke pasar membeli perlatan sekolah. Apalagi Tedi sudah meminta sekolah sejak tahun kemarin, namun Nurma dan Hendi belum memiliki uang yang cukup pada waktu itu untuk mendaftarkan Tedi sekolah.Setelah suaminya di dzolimi mandor saat lebaran kemarin, Nurma merasa rezeki keluarganya terasa lebih mudah, terbukti dari upah yang di terima Hendi sekarang jauh lebih besar dari biasanya. Sehingga Nurma bisa menyisihkan sedikit demi sedikit uang yang di terima dari suaminya untuk di tabung."Ma, Tedi pengen tas gambar boboboy ya," ucap Tedi saat di dalam angkot yang mengantarkan mereka ke pasar."Iya, mudah-mudahan uangnya cukup ya!"Hanya tas, dan sepatu yang perlu di beli oleh Nurma, untuk baju seragam dan alat tulis sudah di sediakan oleh sekolah."Ma, pengen tas yang itu!" Hendi menunjuk sebuah tas berwarna biru bergambar boboiboy karakter kartun yang ia suka.Dulu, sewaktu hubungan Nurma dan Ibunya harmonis, Tedi biasa menonton kartun favoritnya itu di rumah sang Nenek. Meskipun Nurma tidak tinggal satu atap bersama Ibunya akan tetapi segala keperluan Ibunya masih Nurma yang mengurus, dari mencuci, memasak sampai membersihkan rumah.Setiap pagi setelah pekerjaan di rumahnya selesai, Nurma pasti langsung pergi ke rumah sang Ibu, tidak jarang jika Nurma datang terlambat dari biasanya Ibunya itu akan mengomel."Kamu kenapa jam segini baru datang? udah malas kamu ngurusin Ibu? jangan perhitungan Nurma, karena cuma tenaga yang bisa kamu kasih sama Ibu, gak kayak adik-adik kamu yang rutin tiap bulan ngirim uang," tegur Ratri saat Nurma baru datang ke rumahnya jam 11 siang."Maaf Bu, semalamam Tedi demam, jadi Nurma tadi bawa Tedi dulu ke puskesmas.""Emang si Hendi gak bisa bawa si Tedi ke Puskesmas sendiri? udah nganggur apa-apa masih ngandelin istri.""Bukan Kang Hendi yang gak bisa Bu, tapi Tedi nya gak mau di tinggal sama Nurma, sekarang Nurma bisa ke sini juga karena Tedi langsung tidur setelah di kasih obat.""Sudah, cepat masak! Ibu sudah lapar, abis masak cuci semua baju yang ada di gantungan kamar, terus rumput di belakang cabutin!"Meskipun di rumah Ibunya itu lengkap dengan segala perabotan maupun perlengkapan elektronik, tetapi tidak semua boleh di pakai, salah satunya mesin cuci, Ratri belum pernah mengizinkan Nurma menggunakan mesin cuci meskipun alat itu sudah di beli sejak satu tahun yang lalu padahal baju yang akan di cuci bajunya sendiri."Ma, gimana boleh gak, Tedi pengen tas yang itu?" Tedi kembali berbicara."Kita tanya dulu ya harganya berapa, kalau uangnya cukup kita beli, kalau enggak berarti harus cari yang lain, gimana?""Iya Ma, kalau uangnya kurang gak apa-apa cari yang lain aja"Meskipun usianya masih kecil, Tedi benar-benar anak yang prihatin."Mba, tas ini berapaan ya?" tanya Nurma pada penjual tas."50 ribu Bu.""Gak bisa kurang Mba?""Yaudah, 40 silahkan ambil!"Tawar menawar memang biasa terjadi saat tranksaksi jual beli di pasar, berbeda jika kita belanja di mall atau toko moderen lainnya yang harganya sudah di banderol.Nurma mengeluarkan dua lembar uang berwarna hijau dan menyerahkannya pada penjual tas."Uang Mama cukup?" tanya Tedi saat Ibunya menerima tas yang ia mau."Alhamdulilah cukup, nih!" Nurma langsung memberikan tas itu dan membiarkan Tedi yang membawanya.Setelah membeli tas, Nurma dan Tedi langsung mencari sepatu, untuk sepatu tidak ada permintaan khusus dari Tedi, terserah Ibunya saja mau membeli sepatu yang bagaimana.***Saat sedang sendiri, tiba-tiba terlintas di benak Nurma jika Tedi mulai sekolah itu artinya pengeluaran akan bertambah, Nurma berpikir bagaimana caranya mendapatkan uang agar tidak terlalu mengandalakan Hendi, sang suami.Akhirnya Nurma memiliki ide untuk berjualan, kebetulan Nurma memang memiliki kemampuan membuat aneka kue-kue basah dan macam-macam cemilan lainnya.Keesokan harinya Nurma mulai berjualan keliling kampung dengan modal seratus ribu, sisa belanja keperluan sekolah Tedi."Tedi jangan kemana-mana ya, Mama mau jualan, doain jualannya laris ya!""Iya Ma, hati-hati jualannya, mudah-mudahan nanti pulangnya bawa uang banyak!""Aamiin, kalau udah adzan ashar Ibu belum pulang, Tedi langsung mandi ya dan siap-siap ngaji, Tedi udah bisa mandi sendiri kan?""Bisa dong, kan Tedi udah besar."Setelah pamit pada Tedi, di awali dengan doa, Nurma mulai melangkahkan kaki menjajakan dagangannya."Kue-kue, donat, karoket, risol, agar-agar, serba seribuan . . . ," teriak Nurma menawarkan dagangannya."Makanya Nurma jangan bikin dosa sama Ibu kamu sendiri, hidup kamu jadi makin susah kan? sampai jualan keliling gini,"Saat adik-adikku suksesPart 8"Makanya Nurma jangan bikin dosa sama Ibu kamu sendiri, hidup kamu jadi makin susah kan? sampai jualan keliling gini," ucap Mbak Tuti saat Nurma lewat di depan rumahnya dan menawarkan dagangan yang ia bawa. Mbak Tuti merupakan sahabat karib Ibunya Nurma."Kenapa Mbak Tuti? Mbak Tuti mau jajan?" Nurma pura-pura tidak mendengar apa yang baru saja Tuti katakan."Idih, na jis jajan di anak tukang nyuri kayak kamu, modal dagangnya juga pasti pakai duit haram, uang hasil nyuri.""Kalau gitu mari Mbak Tuti."Mbak Tuti memang terkenal dengan lidahnya yang tajam dan ceplas ceplos, ia tidak bisa menyaring apa yang keluar dari mulutnya.Nurma memilih untuk tidak meladeni sahabat Ibunya itu, jika berurusan dengan Mbak Tuti masalah Nurma akan semakin runyam, apalagi Mbak Tuti salah satu orang yang paling dekat dengan Ibunya."Nurma, sini! jualan apa kamu?" Anis berteriak memanggil Nurma, Anis merupakan teman sebayanya Nurma, dulu saat sekolah mereka pun satu kelas."N
Saat adik-adikku suksesPart 9Nurma tidak habis pikir mengapa ada orang setega itu memfitnah dirinya, orang itu ialah Mbak Tuti yang tidak lain adalah sahabat ibunya sendiri, entah apa tujuan Mbak Tuti sampai berbuat demikian, mungkin ini ada kaitannya dengan kurang harmonisnya hubungan Nurma dengan sang Ibu. padahal Nurma sendiri tidak pernah memiliki masalah apapun dengan Mbak Tuti.Nurma tahu sebagai sahabat pasti ikut kesal jika sahabatnya memiliki masalah dengan orang lain, apalagi masalahnya dengan anak kandung sendiri, tapi tidak seharusnya Mbak Tuti melakukan hal sekeji ini sampai memutus rezeki Nurma dari berjualan.Hari ini uang yang Nurma peroleh dari berdagang hanya sebesar 30 ribu rupiah, jangankan untung untuk menutupi modal saja tidak bisa. Tapi Nurma tetap bersyukur, beruntung ada Anis yang lebih percaya pada dirinya dan tetap mau membeli dagangannya.Karena dagangan masih tersisa begitu banyak, Nurma memutuskan untuk membawanya ke rumah Nenek Hindun, seorang lansia
Saat adik-adikku suksesPart 10"Neng, istighfar Neng, sadar gak ngomong apa?""Neng sadar Kang, Neng cape hidup di hina terus kayak gini.""Maaf kalau Akang egois, tapi sampai kapanpun Akang tidak akan mengizinkan Eneng menjadi TKW lagi, Akang tidak akan membiarkan kita bertukar peran."Nurma hanya menangis mendengar jawaban suaminya."Neng itu tulang rusuk, tugas Neng itu di rumah jaga dan rawat Tedi, urusan nafkah dan mencari uang biar jadi urusan Akang.""Pokoknya mulai dari sekarang Akang janji akan berusaha lebih giat lagi dalam bekerja, Neng jangan protes kalau Akang jarang pulang karena hari libur akan Akang gunain buat nyari uang tambahan.""Kang, Neng minta maaf ya udah ngomong yang enggak-enggak.""Iya, tapi tolong ya Akang gak mau dengar Neng ngomong kayak gitu lagi, percaya sama Akang, Akang bakal terus berusaha bahagiain kalian."***Setelah kejadian kemarin, Nurma memutuskan untuk berhenti berjualan, karena namanya sudah jelek di mata orang-orang satu kampung, mereka s
Saat adik-adikku suksesPart 11Lukman langsung masuk ke dalam rumah Nurma, tanpa menjawab pertanyaan dari sang Kakak.Nurma merasa heran dengan apa yang di lakukan adik bungsunya ini, padahal besok hari pernikahan Mala, dan Lukman yang akan menjadi wali untuk Mala, menggantikan sang Ayah yang sudah lama pergi. Untuk apa dia datang ke rumahnya malam-malam begini, harusnya dia ada di rumah Ratri, Ibunya. Ikut membantu mempersiapkan acara pernikahan yang akan di gelar hari esok. "Kalau ada yang nyari aku, jangan bilang aku ada di sini ya Teh!" pesan Lukman pada Nurma, sang Kakak.Wajah Lukman terlihat pucat, Nurma merasa adik bungsunya itu sangat merasa ketakutan."Iya, emang kamu kenapa?" Nurma kembali bertanya pada sang Adik.Lukman berlari ke belakang rumah Nurma sehingga menimbulkan suara yang cukup berisik karena lantai rumah Nurma hanya terbuat dari papan."Lukman kamu ngapain? kamu mau bikin rumah Teteh roboh?" Tanya Nurma saat melihat adiknya naik ke atas para.Orang sunda bia
Saat adik-adikku suksesPart 12"Halo Pak Aleh, ini saya Nurma dari RT enam yang biasa Bapak anter kontrol ke RS Delima," ucap Nurma saat telepon sudah tersambung."Iya, ada apa?""Pak saya minta tolong, Ibu saya tidak sadarkan diri, sepertinya penyakitnya kambuh, saya butuh ambulan Pak buat bawa Ibu saya ke rumah sakit.""Oh baik, tunggu ya, saya langsung ke sana, nyiapin ambulannya dulu!""Baik Pak, terima kasih.""Teteh jahat, Teteh udah mempermalukan aku di depan banyak orang, Teteh udah jatuhin mental aku!" Dewi langsung masuk ke dalam kamarnya, dia benar-benar tidak peduli dengan keadaan sang Ibu.Begitupun Mala, Nurma sangat heran apa yang membuat Mala menangis sampai meraung seperti itu? pernikahannya besok belum tentu batal meskipun Lukman tidak ada. Bukankah masih ada wali hakim yang bisa menikahkannya.Mala menghawatirkan sesuatu yang belum pasti terjadi, padahal keadaan Ibunya yang jelas-jelas butuh pertolongan dia abaikan. Sepertinya Mala tidak merasa takut kehilangan Ibu
Saat adik-adikku suksesPart 13Dari jauh, Nurma memperhatikan para petugas KUA sedang berbincang-bincang dengan beberapa anggota keluarga, beberapa saat kemudian mereka beranjak pergi meninggalkan kediaman Ratri.Karena rasa ingin tahunya yang begitu besar, Nurma mencegat salah satu petugas KUA dan bertanya mengapa mereka membubarkan diri dari rumah Ibunya padahal akad nikah Mala dan Bayu belum dilaksanakan."Maaf Pak, petugas KUA nya kenapa pada pulang ya? kan akad nikahnya belum?" tanya Nurma pada Pak Abdul yang merupakan seorang wali hakim."Jadwalnya sudah lewat dari yang di janjikan, sedangkan pengantin laki-lakinya belum nampak hadir, dan kami tidak bisa menunggu lagi karena hari ini ada beberapa pengantin yang harus kita urus.""Oh begitu, terima kasih ya Pak, hati-hati di jalannya.""Iya, mari Bu."Nurma pun akhirnya masuk ke dalam rumah Ibunya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di hari pernikahan adiknya ini.Suasana di dalam rumah cukup ramai, beberapa orang se
Saat adik-adikku suksesPart 14"Mana si Mala? masih belum pulang juga?" tanya Ratri dengan perasaan hawatir."Belum Bu, Ibu tenang ya, Kang Hendi sama warga, lagi nyari Mala Bu.""Tenang, tenang, kepalamu tenang, mana mungkin Ibu bisa tenang kalau sampai jam segini si Mala belum ada kabarnya."Nurma menghembuskan nafas kasar menghilangkan rasa tidak nyaman di hatinya, dia mengerti dengan perasaan Ibunya tapi Nurma juga menghawatirkan kondisi kesehatan Ratri, apalagi dokter berpesan agar Ibunya itu tidak terlalu memikirkan sesuatu yang cukup berat.Hening, hanya suara jam dinding menemani Nurma sekarang, Ibunya sudah tertidur lelap setelah di beri obat dua jam yang lalu.Nurma bersujud dan memohon agar di berikan kemudahan untuk segala sesuatu yang harus di hadapi, terutama tentang adik-adiknya yaitu Lukman, dan Mala.Jarum jam terus berputar dan sekarang sudah berada di angka 4, sebentar lagi adzan subuh berkumandang, akan tetapi belum ada tanda-tanda Mala ataupun Hendi datang."Nurm
Saat adik-adikku suksesPart 15Nurma melanjutkan langkahnya untuk pulang, pertemuannya dengan Anis barusan menambah beban pikiranya."Loh, Neng kok pulang lagi? Ibu siapa yang jagain kalau Neng pulang?" tanya Hendi saat istrinya baru sampai di rumah."Mala udah pulang Kang," jawab Nurma sambil mengusap keringat di keningnya."Alhamdulilah, ketemu dimana si Mala?""Si Mala pergi ke rumah Bayu, mantan calon suaminya, terus di anterin pulang sama orang tuanya Bayu.""Oh gitu, syukur deh kalau si Mala udah pulang, eh tapi Neng kan tahu si Mala lagi kurang sehat sekarang, masa ninggalin orang yang sama-sama sakit di sana?""Nurma cape Kang, mau istirahat, udah cape fisik di tambah batin juga ikut cape, Akang tahu gak sih gimana rasanya kerja tapi gak di harga sama sekali.""Yaudah Neng istirahat ya, Akang juga ngerti kok.""Tedi mana Kang?""Biasa, tadi pamit mau main katanya.""Kang, Neng baru tahu kalau Ibu punya hutang sampe 10 juta bekas hajatan kemarin.""10 juta? bukannya tanah Nen
Hendi pergi.Hendi memilih meninggalkan Bu Ratri, Dewi dan juga Mala, dan saat itu juga dia sudah menceraikan Dewi agar terbebas dari tanggung jawabnya.Dia sangat ingin menemui Tedi, akan tetapi penghasilannya selalu terkuras habis karena harus membiayai Bu Ratri, Dewi dan juga Mala, menurutnya satu-satunya cara yang harus dia lakukan adalah meninggalkan mereka agar bisa mengumpulkan uang dengan mudah.Meskipun tidak tahu harus pergi ke mana, Hendi tetap teguh pada pendiriannya, dia tidak mempedulikan teriakan Bu Ratri yang memanggilnya untuk kembali.Saat malam dia mencari Masjid untuk tempatnya berisitirahat, dia biasa tidur di tempat parkir atau pelataran, karena Masjid selalu di kunci, dan tidak diperkenankan untuk tidur di dalam.Dia mengencangkan ikat pinggang, rela menahan lapar agar uangnya cepat terkumpul dan bisa menemui Tedi secepatnya.Setelah tabungannya di rasa cukup, Hendi pun berangkat ke kota tempatnya dulu merantau.Sampai di kota tujuan Hendi harus menelan pil pahi
Saat adik-adikku suksesPart 69Farman dan Yuyun memulai kehidupan baru.Setelah kejadian itu, mereka akhirnya berdamai dan saling memaafkan kesalahan masing-masing.Yuyun sudah bisa menerima kehadiran Sofia, anak kandung Farman dari wanita lain, begitu pun Farman, dia tidak pernah mengungkit Yuyun yang sedang hamil akan tetapi entah siapa ayah dari janin itu.Kehidupan mereka mulai membaik, usaha pangkas rambut keliling Farman mulai banyak diminati, terkadang dia menerima panggilan langsung dari ke rumah.Meskipun penghasilannya tidak banyak seperti dulu saat dia menipu banyak perempuan dengan iming-iming akan dinikahi, Farman tetap bersyukur setidaknya uang yang dia dapatkan sekarang halal."Ini hasil hari ini," ucap Farman sambil menyerahkan penghasilan yang dia peroleh.Yuyun menerima uang yang diberikan oleh suaminya, setelah dihitung jumlahnya cukup banyak seratus dua puluh ribu rupiah."Banyak banget, emang dapat berapa pelanggan?""Alhamdulilah, tadi dapat anak-anak 3, dewasa
Saat adik-adikku suksesPart 68Bisnis yang dijalankan Lukman Setelah mendapat intruksi dari Pak Andri, Lukman langsung mencari informasi tentang supplier beras, Lukman menghubungi Bu Lela yang nomornya sudah dia catat sebelumnya, saat akan pergi ke kota menyusul Hilda, dia sengaja menulis beberapa nomor ponsel orang yang dia kenal di Desa untuk memudahkannya berkomunikasi."Hallo, assalamualaikum Bu Lela," Lukman mengucap salam saat panggilan mulai tersambung."Iya, waalaikumussalam.""Bu, apa kabar?""Baik Man, kamu sendiri gimana? kabar anak Istrimy juga gimana?"Nomornya sudah tersimpan di kontak Bu Lela, karena beberapa waktu lalu, Lukman pernah menelpon bosnya itu untuk memberi kabar dan pamit karena dia akan berhenti bekerja dan menetap di tempat Istrinya."Alhamdulilah Baik juga Bu.""Syukur kalau gitu.""Bu, Lukman mau nanya sesuatu boleh?""Nanya apa Man?"Lukman pun menceritakan tentang rencananya yang akan memulai usaha membuka toko beras, dia langsung bertanya apakah Bu
Saat adik-adikku suksesPart 67Farman meninggalkan Yuyun.Sadar akan kesalahannya, Yuyun hanya diam, bahkan saat Farman pergi dia pasrah, entah apa yang akan dia katakan nanti pada petugas Puskesmas saat di minta melunasi pembayaram perawatan."Gimana? badannya udah agak enakan?" tanya suster saat mengganti botol cairan infus yang habis.Yuyun hanya menggangguk."Suaminya mana Bu?" Yuyun menggeleng, tidak mengeluarkan sepatah kata pun."Tetesannya udah di atur, agak lambat sekarang. Nanti ganti lagi subuh mungkin, kalau ada apa-apa panggil aja ya," ujar suster sebelum meninggalkan Yuyun.Malam ini para petugas medis itu mungkin bisa sedikit beristirahat, karena tidak ada pasien lagi selain Yuyun.Jika Yuyun tidak ada, mungkin mereka bisa tidur nyenyak sampai pagi.Suasana di ruang UGD begitu hening, hanya suara jarum jam dinding yang menemani Yuyun malam ini.Seandainya tidak malu, mungkin dia akan berteriak minta temani, dalam hatinya berharap ada pasien lain datang yang membuat r
Saat adik-adikku suksesPart 66Lukman mengambil hati Ibu mertuanyaPak Andri berusaha mengejar Bu Lastri saat istrinya itu merajuk sampai akan pergi meninggalkan rumah, Pak Andri mencoba kembali menjelaskan apa yang dia lakukan ini semata-mata karena Hilda, demi kebahagiaan anak semata wayang mereka."Mama jangan kayak gini dong, Papa mohon. Kan sudah Papa jelasin ini demi Hilda!" ucap Pak Andri sembari menahan langkah Bu Lastri"Apa yang Mama lakuin juga sama demi Hilda, Mama gak rela kalau Hilda harus hidup susah nantinya, apa yang bisa kita harapkan dari Lukman? cuma jadi kuli di penggilingan beras, untuk makan saja sepertinya kurang."Saat mendengar kalimat yang dikatakan oleh Bu Lastri, sedikit pun Lukman tidak sakit hati apalagi marah, meski pun kata-kata itu berisi hinaan pada dirinya, Lukman merasa apa yang diungkapkan oleh Bu Lastri memang ada benarnya.Ibu mana yang menginginkan putrinya mengalami kesulitan ekonomi setelah menikah, maka dari itu Bu Lastri berusaha memisahi
Saat adik-adikku suksesPart 65Hal yang terjadi pada YuyunBu Madam meradang saat mendapat pengaduan dari tamu yang dilayani Yuyun."Gimana sih Madam, orang penyakitan disuruh kerja, lihat nih baju saya bau kena muntahan, pokoknya gak mau tahu saya minta uang balik lagi, udah malas meskipun dilayani yang lain juga!""Loh gak bisa gitu dong, kalau uang udah masuk gak bisa main cancel gitu aja.""Niat saya datang ke sini buat nyari kepuasan, bukan untuk amal, cepat uang saya balikin! kalau enggak saya panggil kawan-kawan saya yang preman pasar buat ngobrak-ngabrik warung ini!" "Iya nih iya!""Gini nih, kalah mau usahanya lancar jangan rese, oh iya sekali lagi saya ingetin yang penyakitan jangan disuruh kerja kasian banyak yang rugi nanti!"Setelah tamu itu pergi, Bu Madam langsung masuk ke kamar yang dipakai oleh Yuyun tadi.Di dalam kamar warung Yuyun terbaring tidak sadarkan diri. Bekas muntahannya tercecer sampai ke tepi ranjang."Heh, bangun Yuyun, kamu sudah saya modalin banyak
Saat adik-adikku suksesPart 64Wulan batal diadopsi."Bu gimana sih, katanya cucunya boleh diadopsi, pas udah datang orang tua angkatnya malah bikin drama kayak gini, saya malu Bu, mereka udah datang jauh-jauh tapi malah gagal.""Maaf Bi Sinta, saya juga gak tahu Dewi bakal kayak gini," ucap Bu Ratri sambil menunduk, dia merasa malu pada Bibi Sinta."Awas ya ini terakhir saya nolong kalian, setelah ini mau kalian kesusahan kayak gimana juga saya gak bakal mau lagi nolong, kapok. Niat nolong tapi malah bikin malu kayak gini!" Bibi Sinta pergi meninggalkan saung."Kamu kenapa sih Dewi? kemarin kamu ngomong katanya Wulan boleh dikasih sama orang, udah kayak gini malah bikin drama nangis-nangis, pokoknya Ibu gak mau ngurus Wulan lagi, silahkan kamu urus sendiri.""Kok Ibu tega sih, kan aku belum bisa ngurus bayi sendiri, masa tega sih.""Kamu ngomong Ibu tega? dari Wulan lahir sampai sekarang siapa yang ngurusin? apa kamu pernah nyebokin atau gantiin baju? enggak kan. Ibu ini sudah tua,
Saat adik-adikku suksesPart 63Hilda dan Lukman kembali bersatu.Pak Andri dan Lukman akhirnya bisa bernafas lega, saat dokter yang menanangani Hilda memberi kabar baik bahwa Hilda berhasil melewati masa kritisnya.Seperti sebuah keajaiban, tidak sampai satu jam Hilda pun akhirnya mulai sadar, perlahan dia bisa menggerakkan jarinya lalu matanya pun terbuka meskipun masih sedikit buram, cahaya lampu yang begitu terang membuat pandangannya silau.Hilda berusaha mengingat apa yang terjadi, namun tidak ada satu pun memori yang menempel dalam bayangannya.Dia meraba perutnya, karena tidak ingat dengan tindakan operasi caesar yang sudah ia lakukan.Dengan suara lemahnya, dia berusaha memanggil dokter atau suster yang bertugas."Alhamdulilah, akhirnya Ibu siuman juga," ucap salah seorang perawat."Saya sudah melahirkan sus? anak saya mana? kenapa kok saya ada di sini?""Ibu tenang dulu ya, jangan berpikir terlalu berat, sebentar saya panggilkan dokter dulu."Dokter pun datang lalu menjelask
Saat adik-adikku suksesPart 62Yuyun dibawa ke dukun"Gimana, sanggup gak kalau pake kambing?" tanya Mbah Toto."Berapa Mbah harganya?""Harusnya dua juta, tapi karena kamu langganan silahkan satu setengah saja!"Bu Madam dilema, jika tidak dibantu tapi Yuyun sangat menguntungkan baginya."Madam, kalau uangnya gak ada, udah jangan!" ucap Yuyun saat melihat Bu Madam melamun.Akhirnya Bu Madam tetap melanjutkan membantu Yuyun, dia pamit sebentar pergi ke atm karena tidak ada uang cash sebesar itu dalam dompetnya."Kamu tunggu, mau nyari atm dulu!" ucap Bu Madam pada Yuyun."Baik Bu Madam."Bu Madam pergi diantar oleh anak buahnya, mereka mencari atm terdekat untuk melakukan tarik tunai.Bu Madam harus mengantri terlebih dahulu karena ada beberapa orang yang juga akan menggunakan fasilitas umum tersebut.Saat tiba bagiannya, Bu Madam langsung masuk ke dalam ruangan yang cukup dingin itu. Dia masukkan kartu lalu pin kemudian memilih menu tarik tunai dan menuliskan nominal yang dibutuhkan