Saat adik-adikku suksesPart 15Nurma melanjutkan langkahnya untuk pulang, pertemuannya dengan Anis barusan menambah beban pikiranya."Loh, Neng kok pulang lagi? Ibu siapa yang jagain kalau Neng pulang?" tanya Hendi saat istrinya baru sampai di rumah."Mala udah pulang Kang," jawab Nurma sambil mengusap keringat di keningnya."Alhamdulilah, ketemu dimana si Mala?""Si Mala pergi ke rumah Bayu, mantan calon suaminya, terus di anterin pulang sama orang tuanya Bayu.""Oh gitu, syukur deh kalau si Mala udah pulang, eh tapi Neng kan tahu si Mala lagi kurang sehat sekarang, masa ninggalin orang yang sama-sama sakit di sana?""Nurma cape Kang, mau istirahat, udah cape fisik di tambah batin juga ikut cape, Akang tahu gak sih gimana rasanya kerja tapi gak di harga sama sekali.""Yaudah Neng istirahat ya, Akang juga ngerti kok.""Tedi mana Kang?""Biasa, tadi pamit mau main katanya.""Kang, Neng baru tahu kalau Ibu punya hutang sampe 10 juta bekas hajatan kemarin.""10 juta? bukannya tanah Nen
Saat adik-adikku suksesPart 16Nurma langsung pergi meninggalkan kediaman Ibunya yang hampir di sita itu, dia benar-benar kecewa atas apa yang baru saja Ibunya katakan.Dia memang hanya lulusan sekolah dasar, akan tetapi Ratri juga tidak jauh lebih pintar dari anak yang di ragukannya itu."Tedi, ayo pulang Nak!"Tedi hanya menganggukan kepala dan langsung mengikuti langkah sang Ibu.Nurma benar-benar tidak tahu siapa orang yang datang pada Ibunya dan kemudian meminta sejumlah uang dengan iming-iming Lukman akan di bebaskan.Seandainya Nurma tahu, dia pasti akan melarang Ibunya untuk melakukan itu apalagi sampai meminjam uang kepada kepada lintah darat, biarlah Lukman menanggung akibat dari kesalahan yang telah dia lakukan, jika dia di tolong sampai bebas, Nurma hawatir di kemudian hari adik bungsunya itu akan melakukan hal yang sama.Rentenir memang awalnya sangat membantu, namun dia tidak akan memberi ampun jika orang yang telah ia beri pinjaman tidak bisa membayar.Buktinya sekaran
Saat adik-adikku suksesPart 17"Kurang ajar kamu Nurma, gak takut kualat kamu? dimana-mana anak itu wajib membantu orang tua yang kesusahan.""Tapi kan Ibu sendiri yang membuat kesusahan itu.""Maaf ya Bu, sekali lagi Nurma tegaskan Ibu minta tolong sama Dewi saja, dan minta tanggung jawab pacarnya Dewi yang ngaku bisa bebasin Lukman, uang udah masuk tapi mana Lukman belum bebas juga," sambung Nurma."Kamu tahu dari mana kalau pacarnya Dewi yang bakal bebasin Lukman?""Dari Dewi sendiri.""Ya iyalah Dewi itu hebat, pacarnya polisi gak kayak si Hendi yang cuma kuli bangunan.""Silahkan Ibu banggakan pacar Dewi, aku tak masalah, hanya saja aku mohon jangan hina Kang Hendi, memangnya kenapa kalau Kang Hendi kuli bangunan Bu?"Bu Ratri hanya diam, dia menatap tajam anak sulungnya itu, beberapa saat kemudian dia pergi meninggalkan kediaman Nurma.***Nurma berencana untuk menjenguk Lukman di rumah tahanan, dia memasak beberapa menu kesukaan Lukman, sebesar apapun kesalahan Lukman yang te
Saat adik-adikku suksesPart 18"Cuma kuli bangunan aja lagaknya kayak karyawan pake ngajak anak istri tinggal di kota, emang si Hendi mampu nyari uang buat biayain hidup kalian di kota?" tanya Bu Ratri dengan wajah sinis."In syaa Allah, Kang Hendi mampu Bu.""Jangan sombong, sekarang dia lagi ada kerjaan, kalau lagi nganggur gimana? mau tinggal di kolong jembatan, jadi gelandangan gitu?""Cukup Bu, Nurma tahu suami Nurma bukan pegawai, bukan orang yang memiliki jabatan, tapi kerja kerasnya tidak pernah membuat anak dan istrinya kelaparan, jangan terus menghina Kang Hendi Bu, karena mau sehebat bagaimanapun anak dan calon menantu Ibu yang lain pada kenyataannya mereka tidak bisa menolong Ibu." "Oh, jadi kamu merasa berjasa sekali karena Ibu ikut tidur di gubug reotmu ini? pantas saja hidupmu masih sulit, sama Ibu sendiri saja perhitungan.""Maksud Nurma bukan seperti itu Bu, tapi jika Ibu berpikiran seperti itu, terserah saja, Nurma lelah menjelaskan karena tidak akan ada benarnya
Saat adik-adikku suksesPart 19"Jangan sembarangan ngomong kamu! Lukman itu anak baik, gak mungkin dia sampai ngehamilin anak orang, atau jangan-jangan kamu cuma ngaku-ngaku aja?" ucap Bu Ratri pada Hilda yang masih berlinang air mata."Heh Bu, anak saya juga perempuan baik-baik!" Bu Lastri membela Hilda, anaknya."Kalau perempuan baik-baik gak mungkin dong mau di tidurin sampai hamil padahal belum halal, murahan sekali!""Jangan mulut anda Bu Ratri! di sini yang bajingan anak anda! dia mencekoki anak saya sampai tidak sadar, sehingga anak saya tidak bisa memberontak saat anak Ibu melakukan sesuatu!""Cukup, cukup! sekarang bukan waktunya saling menyalahkan!" Nurma menghentikan perdebatan antara Ibunya dan Bu Lastri."Hilda, apalah kalian memiliki hubungan spesial sebelumnya?" tanya Nurma."Iya, kami sudah berpacaran sejak lama, Lukman sebenarnya ingin cepat menikah, akan tetapi dia tidak mau melangkahi kedua kakak perempuannya yang masih gadis.""Oh, seperti itu, apa Hilda tahu di m
Saat adik-adikku suksesPart 20Nurma terus melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan makian dari Ibunya, dan Dewi berusaha mengejar Nurma."Teh, aku mohon Teh, bawa Ibu, aku gak bisa tinggal bareng Ibu!" pinta Dewi pada Nurma."Maaf, tapi Teteh juga gak bisa, permisi, Teteh mau lewat," ucap Nurma.Usaha Dewi ternyata gagal, dan Nurma akhirnya berhasil mengantarkan Ibunya ke tempat adiknya itu."Pak, langsung pulang ya!" ucap Nurma pada sopir angkot."Iya Bu!""Anak saya gak bangun Pak?""Gak Bu, dari tadi dia tidur!""Syukurlah!"Mobil angkot yang di sewa Nurma terus melaju untuk membawanya pulang.Sementara itu, setelah di tinggalkan Nurma, Dewi melampiaskan amarah pada Ibunya."Ibu kenapa sih gak nolak waktu si Nurma mau ngajak Ibu ke sini?" sungut Dewi pada wanita yang telah melahirkannya itu."Ibu juga gak tahu, soalnya dia bilang mau ngajak Ibu ke kota!" sahut Bu Ratri."Arrrrgghhhhh, kesel, pokoknya kesel, kalau kayak gini mental health aku bisa ancur!" Dewi meracau."Ibu gak k
Saat adik-adikku suksesPart 21Kehidupan keluarga kecil Nurma semakin membaik, mereka bisa hidup dengan layak meskipun kini harus tinggal jauh dari tempat asal mereka.Lingkungan baru menerima mereka cukup baik, sehingga Nurma merasa cukup nyaman berada di tempatnya yang sekarang.Begitupun dengan majikan Hendi, pasangan suami istri itu begitu memanusiakan semua pekerjanya, semua di perlakukan dengan adil tanpa memandang lama atau sebentarnya bekerja di tempat mereka."Saya dengar, kamu ngajak anak dan Istri kamu tinggal di kota ini, apa itu benar?" tanya Pak Rusli, saat memiliki waktu luang majikan Hendi itu memang biasa menyempatkan diri untuk berbincang dengan orang yang bekerja di tempatnya."Iya Pak, benar!" "Tinggal dimana kalian?""Kami ngontrak di Jalan Pahlawan Pak," jawab Hendi dengan santun."Oh, ngontrak, emang cukup? kan gaji kamu cuma 3 juta?" tanya Pak Rusli heran, karena dia tahu biaya hidup di kota sangat tinggi."Alhamdulilah cukup Pak, kebetulan kami punya samping
Saat adik-adikku suksesPart 22"Tedi, bangun Nak, hari ini kan sekolah!" Nurma mengusap lembut kepala anaknya."Jam berapa Ma?""Udah jam 5 lewat, cepat mandi, masa hari pertama sekolah kesingan sih!""Iya Ma, iya. Tedi mandi ya, tapi Bapak mana Ma?""Bapak belum pulang dari Masjid!""Oh, kok gak bangunin Tedi dari tadi sih Ma, kan Tedi kesiangan berjamaah subuh!""Tedi sendiri yang susah di bangunin!""Maaf ya Ma," ucap Tedi sambil berjala ke kamar mandi.Saat Tedi sedang mandi, Nurma menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya itu, nasi putih, telor dadar, dan tumis kangkung menjadi menu mereka pagi ini.Tedi begitu bahagia saat Ibunya memakaikan ia seragam sekolah untuk pertama kalinya, berkali-kali dia bertanya pada Hendi apakah dia terlihat keren pagi ini."Pak, Tedi keren gak pake seragam ini?" "Di mata Bapak, Tedi selalu keren, belajar yang benar ya, kalau Ibu guru lagi jelasin dengerin, awas jangan bikin Bu Guru capek apalagi marah ya!" pesan Hendi pada anaknya itu."Siap Pa
Hendi pergi.Hendi memilih meninggalkan Bu Ratri, Dewi dan juga Mala, dan saat itu juga dia sudah menceraikan Dewi agar terbebas dari tanggung jawabnya.Dia sangat ingin menemui Tedi, akan tetapi penghasilannya selalu terkuras habis karena harus membiayai Bu Ratri, Dewi dan juga Mala, menurutnya satu-satunya cara yang harus dia lakukan adalah meninggalkan mereka agar bisa mengumpulkan uang dengan mudah.Meskipun tidak tahu harus pergi ke mana, Hendi tetap teguh pada pendiriannya, dia tidak mempedulikan teriakan Bu Ratri yang memanggilnya untuk kembali.Saat malam dia mencari Masjid untuk tempatnya berisitirahat, dia biasa tidur di tempat parkir atau pelataran, karena Masjid selalu di kunci, dan tidak diperkenankan untuk tidur di dalam.Dia mengencangkan ikat pinggang, rela menahan lapar agar uangnya cepat terkumpul dan bisa menemui Tedi secepatnya.Setelah tabungannya di rasa cukup, Hendi pun berangkat ke kota tempatnya dulu merantau.Sampai di kota tujuan Hendi harus menelan pil pahi
Saat adik-adikku suksesPart 69Farman dan Yuyun memulai kehidupan baru.Setelah kejadian itu, mereka akhirnya berdamai dan saling memaafkan kesalahan masing-masing.Yuyun sudah bisa menerima kehadiran Sofia, anak kandung Farman dari wanita lain, begitu pun Farman, dia tidak pernah mengungkit Yuyun yang sedang hamil akan tetapi entah siapa ayah dari janin itu.Kehidupan mereka mulai membaik, usaha pangkas rambut keliling Farman mulai banyak diminati, terkadang dia menerima panggilan langsung dari ke rumah.Meskipun penghasilannya tidak banyak seperti dulu saat dia menipu banyak perempuan dengan iming-iming akan dinikahi, Farman tetap bersyukur setidaknya uang yang dia dapatkan sekarang halal."Ini hasil hari ini," ucap Farman sambil menyerahkan penghasilan yang dia peroleh.Yuyun menerima uang yang diberikan oleh suaminya, setelah dihitung jumlahnya cukup banyak seratus dua puluh ribu rupiah."Banyak banget, emang dapat berapa pelanggan?""Alhamdulilah, tadi dapat anak-anak 3, dewasa
Saat adik-adikku suksesPart 68Bisnis yang dijalankan Lukman Setelah mendapat intruksi dari Pak Andri, Lukman langsung mencari informasi tentang supplier beras, Lukman menghubungi Bu Lela yang nomornya sudah dia catat sebelumnya, saat akan pergi ke kota menyusul Hilda, dia sengaja menulis beberapa nomor ponsel orang yang dia kenal di Desa untuk memudahkannya berkomunikasi."Hallo, assalamualaikum Bu Lela," Lukman mengucap salam saat panggilan mulai tersambung."Iya, waalaikumussalam.""Bu, apa kabar?""Baik Man, kamu sendiri gimana? kabar anak Istrimy juga gimana?"Nomornya sudah tersimpan di kontak Bu Lela, karena beberapa waktu lalu, Lukman pernah menelpon bosnya itu untuk memberi kabar dan pamit karena dia akan berhenti bekerja dan menetap di tempat Istrinya."Alhamdulilah Baik juga Bu.""Syukur kalau gitu.""Bu, Lukman mau nanya sesuatu boleh?""Nanya apa Man?"Lukman pun menceritakan tentang rencananya yang akan memulai usaha membuka toko beras, dia langsung bertanya apakah Bu
Saat adik-adikku suksesPart 67Farman meninggalkan Yuyun.Sadar akan kesalahannya, Yuyun hanya diam, bahkan saat Farman pergi dia pasrah, entah apa yang akan dia katakan nanti pada petugas Puskesmas saat di minta melunasi pembayaram perawatan."Gimana? badannya udah agak enakan?" tanya suster saat mengganti botol cairan infus yang habis.Yuyun hanya menggangguk."Suaminya mana Bu?" Yuyun menggeleng, tidak mengeluarkan sepatah kata pun."Tetesannya udah di atur, agak lambat sekarang. Nanti ganti lagi subuh mungkin, kalau ada apa-apa panggil aja ya," ujar suster sebelum meninggalkan Yuyun.Malam ini para petugas medis itu mungkin bisa sedikit beristirahat, karena tidak ada pasien lagi selain Yuyun.Jika Yuyun tidak ada, mungkin mereka bisa tidur nyenyak sampai pagi.Suasana di ruang UGD begitu hening, hanya suara jarum jam dinding yang menemani Yuyun malam ini.Seandainya tidak malu, mungkin dia akan berteriak minta temani, dalam hatinya berharap ada pasien lain datang yang membuat r
Saat adik-adikku suksesPart 66Lukman mengambil hati Ibu mertuanyaPak Andri berusaha mengejar Bu Lastri saat istrinya itu merajuk sampai akan pergi meninggalkan rumah, Pak Andri mencoba kembali menjelaskan apa yang dia lakukan ini semata-mata karena Hilda, demi kebahagiaan anak semata wayang mereka."Mama jangan kayak gini dong, Papa mohon. Kan sudah Papa jelasin ini demi Hilda!" ucap Pak Andri sembari menahan langkah Bu Lastri"Apa yang Mama lakuin juga sama demi Hilda, Mama gak rela kalau Hilda harus hidup susah nantinya, apa yang bisa kita harapkan dari Lukman? cuma jadi kuli di penggilingan beras, untuk makan saja sepertinya kurang."Saat mendengar kalimat yang dikatakan oleh Bu Lastri, sedikit pun Lukman tidak sakit hati apalagi marah, meski pun kata-kata itu berisi hinaan pada dirinya, Lukman merasa apa yang diungkapkan oleh Bu Lastri memang ada benarnya.Ibu mana yang menginginkan putrinya mengalami kesulitan ekonomi setelah menikah, maka dari itu Bu Lastri berusaha memisahi
Saat adik-adikku suksesPart 65Hal yang terjadi pada YuyunBu Madam meradang saat mendapat pengaduan dari tamu yang dilayani Yuyun."Gimana sih Madam, orang penyakitan disuruh kerja, lihat nih baju saya bau kena muntahan, pokoknya gak mau tahu saya minta uang balik lagi, udah malas meskipun dilayani yang lain juga!""Loh gak bisa gitu dong, kalau uang udah masuk gak bisa main cancel gitu aja.""Niat saya datang ke sini buat nyari kepuasan, bukan untuk amal, cepat uang saya balikin! kalau enggak saya panggil kawan-kawan saya yang preman pasar buat ngobrak-ngabrik warung ini!" "Iya nih iya!""Gini nih, kalah mau usahanya lancar jangan rese, oh iya sekali lagi saya ingetin yang penyakitan jangan disuruh kerja kasian banyak yang rugi nanti!"Setelah tamu itu pergi, Bu Madam langsung masuk ke kamar yang dipakai oleh Yuyun tadi.Di dalam kamar warung Yuyun terbaring tidak sadarkan diri. Bekas muntahannya tercecer sampai ke tepi ranjang."Heh, bangun Yuyun, kamu sudah saya modalin banyak
Saat adik-adikku suksesPart 64Wulan batal diadopsi."Bu gimana sih, katanya cucunya boleh diadopsi, pas udah datang orang tua angkatnya malah bikin drama kayak gini, saya malu Bu, mereka udah datang jauh-jauh tapi malah gagal.""Maaf Bi Sinta, saya juga gak tahu Dewi bakal kayak gini," ucap Bu Ratri sambil menunduk, dia merasa malu pada Bibi Sinta."Awas ya ini terakhir saya nolong kalian, setelah ini mau kalian kesusahan kayak gimana juga saya gak bakal mau lagi nolong, kapok. Niat nolong tapi malah bikin malu kayak gini!" Bibi Sinta pergi meninggalkan saung."Kamu kenapa sih Dewi? kemarin kamu ngomong katanya Wulan boleh dikasih sama orang, udah kayak gini malah bikin drama nangis-nangis, pokoknya Ibu gak mau ngurus Wulan lagi, silahkan kamu urus sendiri.""Kok Ibu tega sih, kan aku belum bisa ngurus bayi sendiri, masa tega sih.""Kamu ngomong Ibu tega? dari Wulan lahir sampai sekarang siapa yang ngurusin? apa kamu pernah nyebokin atau gantiin baju? enggak kan. Ibu ini sudah tua,
Saat adik-adikku suksesPart 63Hilda dan Lukman kembali bersatu.Pak Andri dan Lukman akhirnya bisa bernafas lega, saat dokter yang menanangani Hilda memberi kabar baik bahwa Hilda berhasil melewati masa kritisnya.Seperti sebuah keajaiban, tidak sampai satu jam Hilda pun akhirnya mulai sadar, perlahan dia bisa menggerakkan jarinya lalu matanya pun terbuka meskipun masih sedikit buram, cahaya lampu yang begitu terang membuat pandangannya silau.Hilda berusaha mengingat apa yang terjadi, namun tidak ada satu pun memori yang menempel dalam bayangannya.Dia meraba perutnya, karena tidak ingat dengan tindakan operasi caesar yang sudah ia lakukan.Dengan suara lemahnya, dia berusaha memanggil dokter atau suster yang bertugas."Alhamdulilah, akhirnya Ibu siuman juga," ucap salah seorang perawat."Saya sudah melahirkan sus? anak saya mana? kenapa kok saya ada di sini?""Ibu tenang dulu ya, jangan berpikir terlalu berat, sebentar saya panggilkan dokter dulu."Dokter pun datang lalu menjelask
Saat adik-adikku suksesPart 62Yuyun dibawa ke dukun"Gimana, sanggup gak kalau pake kambing?" tanya Mbah Toto."Berapa Mbah harganya?""Harusnya dua juta, tapi karena kamu langganan silahkan satu setengah saja!"Bu Madam dilema, jika tidak dibantu tapi Yuyun sangat menguntungkan baginya."Madam, kalau uangnya gak ada, udah jangan!" ucap Yuyun saat melihat Bu Madam melamun.Akhirnya Bu Madam tetap melanjutkan membantu Yuyun, dia pamit sebentar pergi ke atm karena tidak ada uang cash sebesar itu dalam dompetnya."Kamu tunggu, mau nyari atm dulu!" ucap Bu Madam pada Yuyun."Baik Bu Madam."Bu Madam pergi diantar oleh anak buahnya, mereka mencari atm terdekat untuk melakukan tarik tunai.Bu Madam harus mengantri terlebih dahulu karena ada beberapa orang yang juga akan menggunakan fasilitas umum tersebut.Saat tiba bagiannya, Bu Madam langsung masuk ke dalam ruangan yang cukup dingin itu. Dia masukkan kartu lalu pin kemudian memilih menu tarik tunai dan menuliskan nominal yang dibutuhkan