Saat adik-adikku sukses
Part 6"Tunggu, tunggu. Kita tidak bisa menggeledah rumah orang begitu saja, lebih baik bicarakan saja baik-baik!" ucap Pak RT."Gak bisa Pak RT, langsung saja cari uangnya!" Mala tidak setuju dengan apa yang di katakan Pak RT."Kita tidak boleh main hakim sendiri, Nurma apa kami boleh masuk?" tanya Pak RT pada Nurma selaku pemilik rumah."Nurma apa benar kamu mencuri uang Ibu kamu?" tanya Pak RT saat mereka sudah duduk bersama untuk bermusyawarah."Nurma bukan mencuri Pak RT, Nurma hanya mengambil hak Nurma sendiri, tanah yang di jual itu murni hasil kerja keras Nurma selama di luar negeri, jadi Nurma juga berhak atas uang hasil penjualan tanah tersebut," Jawab Nurma tegas."Tapi kan itu tanah atas nama Ibu, jadi yang lebih berhak itu Ibu," Mala tidak mau kalah dengan pendapat kakaknya itu."Meskipun atas nama Ibu, tapi tanah itu tidak akan bisa di miliki jika bukan karena hasil kerja kerasku.""Sepertinya ini hanya kesalahan pahaman saja, sebaiknya selesaikan secara kekeluargaan kami orang luar tidak berhak ikut campur dalam masalah ini," ucap Pak RT.Orang-orang penduduk asli kampung ini pasti semuanya akan membela Nurma, karena mereka tahu bagaimana keadaan keluarga Ratri sebelum Nurma pergi menjadi TKW, begitupun dengan Pak RT.Akhirnya Pak RT memilih untuk membubarkan musyawaran ini dan membiarkan mereka menyelesaikan sendiri.Satu persatu pamit undur diri, kini hanya ada Nurma, Ratri, Mala dan Tedi di rumah sederhana ini."Ayo, mana uangnya? uang itu buat bayar WO masih kurang," tanya Ratri pada anak sulungnya, Nurma."Uang itu milik Nurma, dan Nurma tidak akan memberikan uang itu meski hanya satu sen.""Arrrggghhh, Teteh jangan rese gini dong? Teteh mau aku malu karena gagal menggelar pesta mewah.""Itu urusanmu, mau pesta mewah tujuh hari tujuh malam pun Teteh gak peduli, asal pakai uang kamu bukan pakai uang Teteh, makanya kerja keras!""Punya Kakak satu-satunya benar-benar menyebalkan, pantas saja hidupmu sulit seperti ini!""Terserah kalian mau ngomong apa juga.""Dengar ya Nurma, kalau kamu tidak memberikan uang itu, mulai detik ini kamu bukan anakku lagi, jangan menganggap lagi aku ini Ibumu!" ucap Ratri sambil menunjuk wajah Nurma.Sumpah serapah yang di lontarkan Ratri tidak membuat Nurma gentar, karena Nurma merasa dirinya tidak bersalah, dia hanya mempertahankan hak nya selama ini.Karena mereka tidak mendapat apa yang di inginkan, Ratri dan Mala langsung pergi meninggalkan rumah Nurma."Ma, Nenek kenapa? kok marah-marah?" tanya Tedi yang bingung dengan pemandangan yang tadi dia lihat."Nenek lagi marah sama Ibu, udah gak apa-apa.""Tedi dengar Mama nyembunyiin uang Nenek, uang apa Ma? Mama gak nyuri kan?""Enggak, Mama gak nyuri uang Nenek, Mama cuma ngambil uang milik Mama yang di titipin sama Nenek dulu, udah yu belajar lagi!"Nurma langsung melupakan apa yang baru saja terjadi di rumahnya, dia memilih untuk melanjutkan menemani Tedi belajar.***Hari ini Nurma menerima kabar Hendi akan pulang, rencananya Hendi akan berada di rumah selama 3 hari dan akan kembali bekerja setelah waktu liburnya habis, Nurma tidak sabar dengan kepulangan suaminya itu, tidak hanya Hendi yang di nanti, Nurma pun menunggu hasil dari keringat Hendi terlebih sudah ada catatatan hutang di warung Bi Lina.Tepat pukul 1 siang, Hendi akhirnya menapakan kakinya di rumah, dengan wajah bahagia Nurma menyambut kedatangan suaminya.Sampai saat ini Hendi belum tahu tentang uang yang ada di tangan Nurma, karena istrinya itu belum bercerita apapun."Nih, Akang bawain fried chicken sama mie ayam kesukaan Neng, yuk kita makan bareng!" ajak Hendi.Kepulangan Hendi kali ini tidak dengan tangan kosong, dia membawa lembaran-lembaran rupiah yang dia dapat dari upah menjadi tukang."Waw chicken, Bapak bawa chicken?" tanya Tedi dengan mata berbinar."Iya, ayo makan, pakai nasi biar kenyang!"Keluarga kecil itu pun larut menikmati makanan yang di bawa oleh sang pencari nafkah."Ini Neng, tadi akang pake buat ongkos bis 45 sama ojek 15 ribu, terus beli fried chiken sama mie ayam 30 ribu," ucap Hendi sambil menyerahkan semua uang yang dia dapat."Alhamdulilah Kang, lumayan bisa sedikit di tabung.""Iya Neng, jangan lupa duluin bayar hutang!""Oh iya, Neng ke warung Bi Lina dulu ya buat bayar bon kemarin," Nurma pamit pada suaminya.Sesampainya di warung Nurma langsung menanykan jumlah hutangnya, dan langsung membayar lunas."Udah pulang si Hendi nya?" tanya Bi Lina."Alhamdulilah udah Bi, jadi bisa bayar bon ke Bibi.""Syukur kalau gitu.""Eh, eh bentar, kamu benar nyuri uang Ibu kamu Nurma?" tanya Bi Lina.Nurma hanya tersenyum mendengar pertanyaan dari Bi Lina."Nurma gak nyuri Bu, Nurma cuma ngambil hak Nurma, emang salah ya?""Iya juga sih, lagian kan itu hak kamu kenapa Ibu sama Mala adik kamu koar-koar ke orang lain kalau kamu nyuri uang.""Bi Lina tahu gak uang hasil jual tanah itu di pakai buat apa?""Buat apa emang?""Buat biaya pesta pernikahan Mala Bi, Mala maunya bikin pesta yang mewah dan besar.""Loh, bukannya si Mala kerja di bank? gajinya gede dong, terus suaminya juga katanya orang kaya masa jual tanah kamu buat pesta?""Bi Lina juga heran kan? apalagi aku.""Kalau gitu gaya elit ekonomi sulit dong, hahaha," ucap Bi Lina sambil tertawa.Begitu kejam fitnah yang di sebar oleh Bu Ratri dan Mala, dalam sekejam kabar bohong itu menyebar dan membuat nama Nurma tercoreng.Beruntungnya tidak semua orang menelan mentah-mentah kabar yang mereka terima.Nurma memilih diam dan sabar, dia tidak ingin ikut memperkeruh suasana, seandainya Nurma melakukan hal yang sama pasti Ratri dan Mala akan malu sendiri.***"Ma, apa benar aku anak pencuri Ma? teman-teman semua pada ngejauhin Tedi, katanya Tedi anak tukang nyuri, takut uang mereka di ambil sama Tedi, huhuhu," ucap Tedi sambil menangis.Baru saja satu jam yang lalu Tedi pergi mengaji, sekarang dia sudah pulang kembali sambil menangis.Ternyata memang benar fitnah lebih kejam dari pembunuhan, karena fitnah bisa mematikan mental seseorang.Nurma tidak merasa terganggu dengan kabar miring yang menerpanya, akan tetapi dia tidak habis pikir mengapa Tedi harus ikut menjadi korban atas fitnah tersebut."Pencuri apa? jangan bilang Neng pernah ngambil sesuatu milik orang lain, jelasin Neng, ini maksudnya apa?""Kita memang susah Neng, tapi jangan sampai melakukan itu, pokoknya Akang kecewa kalau bener Neng terbukti seperti itu."Saat adik-adikku suksesPart 7"Kang, dengar penjelasan Neng dulu!""Penjelasan apa Neng? Neng jangan bilang karena nafkah yang Neng terima kurang membuat Neng nekat seperti ini?""Kang, ayo masuk dulu! biar Neng jelasin, Tedi ayo masuk Nak, Mama mau jelasin semua!"Nurma meminta suami dan anaknya masuk ke dalam rumah. Setelah itu lalu ia jelaskan semuanya tentang apa yang terjadi sebenarnya"Oh, jadi seperti itu Neng? terus kenapa Neng gak cerita?""Neng sebenarnya udah ada niat buat cerita sama Akang, tapi gak tahu kenapa lupa terus.""Maafin Akang ya Neng, sudah suudzon." Hendi mengucap lembut pucuk kepala Nurma."Terus Tedi harus gimana Ma? kalau teman-teman ngejek Tedi lagi?""Tedi jawab aja, Mama Tedi bukan pencuri, Mama Tedi di fitnah, udah cukup, kalau mereka gak percaya itu terserah mereka.""Oh, iya Ma, iya, Tedi akan ngomong gitu kalau teman-teman ngejek lagi.""Tedi emang pintar," ucap Nurma.Malam hari di saat suami dan anaknya sedang terlelap, Nurma masih sibuk di dapur,
Saat adik-adikku suksesPart 8"Makanya Nurma jangan bikin dosa sama Ibu kamu sendiri, hidup kamu jadi makin susah kan? sampai jualan keliling gini," ucap Mbak Tuti saat Nurma lewat di depan rumahnya dan menawarkan dagangan yang ia bawa. Mbak Tuti merupakan sahabat karib Ibunya Nurma."Kenapa Mbak Tuti? Mbak Tuti mau jajan?" Nurma pura-pura tidak mendengar apa yang baru saja Tuti katakan."Idih, na jis jajan di anak tukang nyuri kayak kamu, modal dagangnya juga pasti pakai duit haram, uang hasil nyuri.""Kalau gitu mari Mbak Tuti."Mbak Tuti memang terkenal dengan lidahnya yang tajam dan ceplas ceplos, ia tidak bisa menyaring apa yang keluar dari mulutnya.Nurma memilih untuk tidak meladeni sahabat Ibunya itu, jika berurusan dengan Mbak Tuti masalah Nurma akan semakin runyam, apalagi Mbak Tuti salah satu orang yang paling dekat dengan Ibunya."Nurma, sini! jualan apa kamu?" Anis berteriak memanggil Nurma, Anis merupakan teman sebayanya Nurma, dulu saat sekolah mereka pun satu kelas."N
Saat adik-adikku suksesPart 9Nurma tidak habis pikir mengapa ada orang setega itu memfitnah dirinya, orang itu ialah Mbak Tuti yang tidak lain adalah sahabat ibunya sendiri, entah apa tujuan Mbak Tuti sampai berbuat demikian, mungkin ini ada kaitannya dengan kurang harmonisnya hubungan Nurma dengan sang Ibu. padahal Nurma sendiri tidak pernah memiliki masalah apapun dengan Mbak Tuti.Nurma tahu sebagai sahabat pasti ikut kesal jika sahabatnya memiliki masalah dengan orang lain, apalagi masalahnya dengan anak kandung sendiri, tapi tidak seharusnya Mbak Tuti melakukan hal sekeji ini sampai memutus rezeki Nurma dari berjualan.Hari ini uang yang Nurma peroleh dari berdagang hanya sebesar 30 ribu rupiah, jangankan untung untuk menutupi modal saja tidak bisa. Tapi Nurma tetap bersyukur, beruntung ada Anis yang lebih percaya pada dirinya dan tetap mau membeli dagangannya.Karena dagangan masih tersisa begitu banyak, Nurma memutuskan untuk membawanya ke rumah Nenek Hindun, seorang lansia
Saat adik-adikku suksesPart 10"Neng, istighfar Neng, sadar gak ngomong apa?""Neng sadar Kang, Neng cape hidup di hina terus kayak gini.""Maaf kalau Akang egois, tapi sampai kapanpun Akang tidak akan mengizinkan Eneng menjadi TKW lagi, Akang tidak akan membiarkan kita bertukar peran."Nurma hanya menangis mendengar jawaban suaminya."Neng itu tulang rusuk, tugas Neng itu di rumah jaga dan rawat Tedi, urusan nafkah dan mencari uang biar jadi urusan Akang.""Pokoknya mulai dari sekarang Akang janji akan berusaha lebih giat lagi dalam bekerja, Neng jangan protes kalau Akang jarang pulang karena hari libur akan Akang gunain buat nyari uang tambahan.""Kang, Neng minta maaf ya udah ngomong yang enggak-enggak.""Iya, tapi tolong ya Akang gak mau dengar Neng ngomong kayak gitu lagi, percaya sama Akang, Akang bakal terus berusaha bahagiain kalian."***Setelah kejadian kemarin, Nurma memutuskan untuk berhenti berjualan, karena namanya sudah jelek di mata orang-orang satu kampung, mereka s
Saat adik-adikku suksesPart 11Lukman langsung masuk ke dalam rumah Nurma, tanpa menjawab pertanyaan dari sang Kakak.Nurma merasa heran dengan apa yang di lakukan adik bungsunya ini, padahal besok hari pernikahan Mala, dan Lukman yang akan menjadi wali untuk Mala, menggantikan sang Ayah yang sudah lama pergi. Untuk apa dia datang ke rumahnya malam-malam begini, harusnya dia ada di rumah Ratri, Ibunya. Ikut membantu mempersiapkan acara pernikahan yang akan di gelar hari esok. "Kalau ada yang nyari aku, jangan bilang aku ada di sini ya Teh!" pesan Lukman pada Nurma, sang Kakak.Wajah Lukman terlihat pucat, Nurma merasa adik bungsunya itu sangat merasa ketakutan."Iya, emang kamu kenapa?" Nurma kembali bertanya pada sang Adik.Lukman berlari ke belakang rumah Nurma sehingga menimbulkan suara yang cukup berisik karena lantai rumah Nurma hanya terbuat dari papan."Lukman kamu ngapain? kamu mau bikin rumah Teteh roboh?" Tanya Nurma saat melihat adiknya naik ke atas para.Orang sunda bia
Saat adik-adikku suksesPart 12"Halo Pak Aleh, ini saya Nurma dari RT enam yang biasa Bapak anter kontrol ke RS Delima," ucap Nurma saat telepon sudah tersambung."Iya, ada apa?""Pak saya minta tolong, Ibu saya tidak sadarkan diri, sepertinya penyakitnya kambuh, saya butuh ambulan Pak buat bawa Ibu saya ke rumah sakit.""Oh baik, tunggu ya, saya langsung ke sana, nyiapin ambulannya dulu!""Baik Pak, terima kasih.""Teteh jahat, Teteh udah mempermalukan aku di depan banyak orang, Teteh udah jatuhin mental aku!" Dewi langsung masuk ke dalam kamarnya, dia benar-benar tidak peduli dengan keadaan sang Ibu.Begitupun Mala, Nurma sangat heran apa yang membuat Mala menangis sampai meraung seperti itu? pernikahannya besok belum tentu batal meskipun Lukman tidak ada. Bukankah masih ada wali hakim yang bisa menikahkannya.Mala menghawatirkan sesuatu yang belum pasti terjadi, padahal keadaan Ibunya yang jelas-jelas butuh pertolongan dia abaikan. Sepertinya Mala tidak merasa takut kehilangan Ibu
Saat adik-adikku suksesPart 13Dari jauh, Nurma memperhatikan para petugas KUA sedang berbincang-bincang dengan beberapa anggota keluarga, beberapa saat kemudian mereka beranjak pergi meninggalkan kediaman Ratri.Karena rasa ingin tahunya yang begitu besar, Nurma mencegat salah satu petugas KUA dan bertanya mengapa mereka membubarkan diri dari rumah Ibunya padahal akad nikah Mala dan Bayu belum dilaksanakan."Maaf Pak, petugas KUA nya kenapa pada pulang ya? kan akad nikahnya belum?" tanya Nurma pada Pak Abdul yang merupakan seorang wali hakim."Jadwalnya sudah lewat dari yang di janjikan, sedangkan pengantin laki-lakinya belum nampak hadir, dan kami tidak bisa menunggu lagi karena hari ini ada beberapa pengantin yang harus kita urus.""Oh begitu, terima kasih ya Pak, hati-hati di jalannya.""Iya, mari Bu."Nurma pun akhirnya masuk ke dalam rumah Ibunya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di hari pernikahan adiknya ini.Suasana di dalam rumah cukup ramai, beberapa orang se
Saat adik-adikku suksesPart 14"Mana si Mala? masih belum pulang juga?" tanya Ratri dengan perasaan hawatir."Belum Bu, Ibu tenang ya, Kang Hendi sama warga, lagi nyari Mala Bu.""Tenang, tenang, kepalamu tenang, mana mungkin Ibu bisa tenang kalau sampai jam segini si Mala belum ada kabarnya."Nurma menghembuskan nafas kasar menghilangkan rasa tidak nyaman di hatinya, dia mengerti dengan perasaan Ibunya tapi Nurma juga menghawatirkan kondisi kesehatan Ratri, apalagi dokter berpesan agar Ibunya itu tidak terlalu memikirkan sesuatu yang cukup berat.Hening, hanya suara jam dinding menemani Nurma sekarang, Ibunya sudah tertidur lelap setelah di beri obat dua jam yang lalu.Nurma bersujud dan memohon agar di berikan kemudahan untuk segala sesuatu yang harus di hadapi, terutama tentang adik-adiknya yaitu Lukman, dan Mala.Jarum jam terus berputar dan sekarang sudah berada di angka 4, sebentar lagi adzan subuh berkumandang, akan tetapi belum ada tanda-tanda Mala ataupun Hendi datang."Nurm
Hendi pergi.Hendi memilih meninggalkan Bu Ratri, Dewi dan juga Mala, dan saat itu juga dia sudah menceraikan Dewi agar terbebas dari tanggung jawabnya.Dia sangat ingin menemui Tedi, akan tetapi penghasilannya selalu terkuras habis karena harus membiayai Bu Ratri, Dewi dan juga Mala, menurutnya satu-satunya cara yang harus dia lakukan adalah meninggalkan mereka agar bisa mengumpulkan uang dengan mudah.Meskipun tidak tahu harus pergi ke mana, Hendi tetap teguh pada pendiriannya, dia tidak mempedulikan teriakan Bu Ratri yang memanggilnya untuk kembali.Saat malam dia mencari Masjid untuk tempatnya berisitirahat, dia biasa tidur di tempat parkir atau pelataran, karena Masjid selalu di kunci, dan tidak diperkenankan untuk tidur di dalam.Dia mengencangkan ikat pinggang, rela menahan lapar agar uangnya cepat terkumpul dan bisa menemui Tedi secepatnya.Setelah tabungannya di rasa cukup, Hendi pun berangkat ke kota tempatnya dulu merantau.Sampai di kota tujuan Hendi harus menelan pil pahi
Saat adik-adikku suksesPart 69Farman dan Yuyun memulai kehidupan baru.Setelah kejadian itu, mereka akhirnya berdamai dan saling memaafkan kesalahan masing-masing.Yuyun sudah bisa menerima kehadiran Sofia, anak kandung Farman dari wanita lain, begitu pun Farman, dia tidak pernah mengungkit Yuyun yang sedang hamil akan tetapi entah siapa ayah dari janin itu.Kehidupan mereka mulai membaik, usaha pangkas rambut keliling Farman mulai banyak diminati, terkadang dia menerima panggilan langsung dari ke rumah.Meskipun penghasilannya tidak banyak seperti dulu saat dia menipu banyak perempuan dengan iming-iming akan dinikahi, Farman tetap bersyukur setidaknya uang yang dia dapatkan sekarang halal."Ini hasil hari ini," ucap Farman sambil menyerahkan penghasilan yang dia peroleh.Yuyun menerima uang yang diberikan oleh suaminya, setelah dihitung jumlahnya cukup banyak seratus dua puluh ribu rupiah."Banyak banget, emang dapat berapa pelanggan?""Alhamdulilah, tadi dapat anak-anak 3, dewasa
Saat adik-adikku suksesPart 68Bisnis yang dijalankan Lukman Setelah mendapat intruksi dari Pak Andri, Lukman langsung mencari informasi tentang supplier beras, Lukman menghubungi Bu Lela yang nomornya sudah dia catat sebelumnya, saat akan pergi ke kota menyusul Hilda, dia sengaja menulis beberapa nomor ponsel orang yang dia kenal di Desa untuk memudahkannya berkomunikasi."Hallo, assalamualaikum Bu Lela," Lukman mengucap salam saat panggilan mulai tersambung."Iya, waalaikumussalam.""Bu, apa kabar?""Baik Man, kamu sendiri gimana? kabar anak Istrimy juga gimana?"Nomornya sudah tersimpan di kontak Bu Lela, karena beberapa waktu lalu, Lukman pernah menelpon bosnya itu untuk memberi kabar dan pamit karena dia akan berhenti bekerja dan menetap di tempat Istrinya."Alhamdulilah Baik juga Bu.""Syukur kalau gitu.""Bu, Lukman mau nanya sesuatu boleh?""Nanya apa Man?"Lukman pun menceritakan tentang rencananya yang akan memulai usaha membuka toko beras, dia langsung bertanya apakah Bu
Saat adik-adikku suksesPart 67Farman meninggalkan Yuyun.Sadar akan kesalahannya, Yuyun hanya diam, bahkan saat Farman pergi dia pasrah, entah apa yang akan dia katakan nanti pada petugas Puskesmas saat di minta melunasi pembayaram perawatan."Gimana? badannya udah agak enakan?" tanya suster saat mengganti botol cairan infus yang habis.Yuyun hanya menggangguk."Suaminya mana Bu?" Yuyun menggeleng, tidak mengeluarkan sepatah kata pun."Tetesannya udah di atur, agak lambat sekarang. Nanti ganti lagi subuh mungkin, kalau ada apa-apa panggil aja ya," ujar suster sebelum meninggalkan Yuyun.Malam ini para petugas medis itu mungkin bisa sedikit beristirahat, karena tidak ada pasien lagi selain Yuyun.Jika Yuyun tidak ada, mungkin mereka bisa tidur nyenyak sampai pagi.Suasana di ruang UGD begitu hening, hanya suara jarum jam dinding yang menemani Yuyun malam ini.Seandainya tidak malu, mungkin dia akan berteriak minta temani, dalam hatinya berharap ada pasien lain datang yang membuat r
Saat adik-adikku suksesPart 66Lukman mengambil hati Ibu mertuanyaPak Andri berusaha mengejar Bu Lastri saat istrinya itu merajuk sampai akan pergi meninggalkan rumah, Pak Andri mencoba kembali menjelaskan apa yang dia lakukan ini semata-mata karena Hilda, demi kebahagiaan anak semata wayang mereka."Mama jangan kayak gini dong, Papa mohon. Kan sudah Papa jelasin ini demi Hilda!" ucap Pak Andri sembari menahan langkah Bu Lastri"Apa yang Mama lakuin juga sama demi Hilda, Mama gak rela kalau Hilda harus hidup susah nantinya, apa yang bisa kita harapkan dari Lukman? cuma jadi kuli di penggilingan beras, untuk makan saja sepertinya kurang."Saat mendengar kalimat yang dikatakan oleh Bu Lastri, sedikit pun Lukman tidak sakit hati apalagi marah, meski pun kata-kata itu berisi hinaan pada dirinya, Lukman merasa apa yang diungkapkan oleh Bu Lastri memang ada benarnya.Ibu mana yang menginginkan putrinya mengalami kesulitan ekonomi setelah menikah, maka dari itu Bu Lastri berusaha memisahi
Saat adik-adikku suksesPart 65Hal yang terjadi pada YuyunBu Madam meradang saat mendapat pengaduan dari tamu yang dilayani Yuyun."Gimana sih Madam, orang penyakitan disuruh kerja, lihat nih baju saya bau kena muntahan, pokoknya gak mau tahu saya minta uang balik lagi, udah malas meskipun dilayani yang lain juga!""Loh gak bisa gitu dong, kalau uang udah masuk gak bisa main cancel gitu aja.""Niat saya datang ke sini buat nyari kepuasan, bukan untuk amal, cepat uang saya balikin! kalau enggak saya panggil kawan-kawan saya yang preman pasar buat ngobrak-ngabrik warung ini!" "Iya nih iya!""Gini nih, kalah mau usahanya lancar jangan rese, oh iya sekali lagi saya ingetin yang penyakitan jangan disuruh kerja kasian banyak yang rugi nanti!"Setelah tamu itu pergi, Bu Madam langsung masuk ke kamar yang dipakai oleh Yuyun tadi.Di dalam kamar warung Yuyun terbaring tidak sadarkan diri. Bekas muntahannya tercecer sampai ke tepi ranjang."Heh, bangun Yuyun, kamu sudah saya modalin banyak
Saat adik-adikku suksesPart 64Wulan batal diadopsi."Bu gimana sih, katanya cucunya boleh diadopsi, pas udah datang orang tua angkatnya malah bikin drama kayak gini, saya malu Bu, mereka udah datang jauh-jauh tapi malah gagal.""Maaf Bi Sinta, saya juga gak tahu Dewi bakal kayak gini," ucap Bu Ratri sambil menunduk, dia merasa malu pada Bibi Sinta."Awas ya ini terakhir saya nolong kalian, setelah ini mau kalian kesusahan kayak gimana juga saya gak bakal mau lagi nolong, kapok. Niat nolong tapi malah bikin malu kayak gini!" Bibi Sinta pergi meninggalkan saung."Kamu kenapa sih Dewi? kemarin kamu ngomong katanya Wulan boleh dikasih sama orang, udah kayak gini malah bikin drama nangis-nangis, pokoknya Ibu gak mau ngurus Wulan lagi, silahkan kamu urus sendiri.""Kok Ibu tega sih, kan aku belum bisa ngurus bayi sendiri, masa tega sih.""Kamu ngomong Ibu tega? dari Wulan lahir sampai sekarang siapa yang ngurusin? apa kamu pernah nyebokin atau gantiin baju? enggak kan. Ibu ini sudah tua,
Saat adik-adikku suksesPart 63Hilda dan Lukman kembali bersatu.Pak Andri dan Lukman akhirnya bisa bernafas lega, saat dokter yang menanangani Hilda memberi kabar baik bahwa Hilda berhasil melewati masa kritisnya.Seperti sebuah keajaiban, tidak sampai satu jam Hilda pun akhirnya mulai sadar, perlahan dia bisa menggerakkan jarinya lalu matanya pun terbuka meskipun masih sedikit buram, cahaya lampu yang begitu terang membuat pandangannya silau.Hilda berusaha mengingat apa yang terjadi, namun tidak ada satu pun memori yang menempel dalam bayangannya.Dia meraba perutnya, karena tidak ingat dengan tindakan operasi caesar yang sudah ia lakukan.Dengan suara lemahnya, dia berusaha memanggil dokter atau suster yang bertugas."Alhamdulilah, akhirnya Ibu siuman juga," ucap salah seorang perawat."Saya sudah melahirkan sus? anak saya mana? kenapa kok saya ada di sini?""Ibu tenang dulu ya, jangan berpikir terlalu berat, sebentar saya panggilkan dokter dulu."Dokter pun datang lalu menjelask
Saat adik-adikku suksesPart 62Yuyun dibawa ke dukun"Gimana, sanggup gak kalau pake kambing?" tanya Mbah Toto."Berapa Mbah harganya?""Harusnya dua juta, tapi karena kamu langganan silahkan satu setengah saja!"Bu Madam dilema, jika tidak dibantu tapi Yuyun sangat menguntungkan baginya."Madam, kalau uangnya gak ada, udah jangan!" ucap Yuyun saat melihat Bu Madam melamun.Akhirnya Bu Madam tetap melanjutkan membantu Yuyun, dia pamit sebentar pergi ke atm karena tidak ada uang cash sebesar itu dalam dompetnya."Kamu tunggu, mau nyari atm dulu!" ucap Bu Madam pada Yuyun."Baik Bu Madam."Bu Madam pergi diantar oleh anak buahnya, mereka mencari atm terdekat untuk melakukan tarik tunai.Bu Madam harus mengantri terlebih dahulu karena ada beberapa orang yang juga akan menggunakan fasilitas umum tersebut.Saat tiba bagiannya, Bu Madam langsung masuk ke dalam ruangan yang cukup dingin itu. Dia masukkan kartu lalu pin kemudian memilih menu tarik tunai dan menuliskan nominal yang dibutuhkan