Ryan memutuskan untuk mengambil tindakan. Ia mulai menyusup ke dalam kamar ibu mertuanya, membuka komputer dan dokumen Emily untuk mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya sedang direncanakan oleh ibu mertuanya dan istrinya - Selly.
Ryan menghabiskan berjam-jam di depan komputer mama mertuanya, mencoba mengumpulkan setiap bukti yang ia dapatkan. Ia menemukan banyak dokumen terkait keuangan, bisnis, dan kehidupan pribadi keluarganya yang menyimpan rahasia besar.Saat Ryan sibuk menyelidiki dokumen-dokumen yang tersebar di atas meja komputer ibu mertuanya. Matanya fokus, jari-jarinya lincah menekuni setiap detail yang bisa ia temui."Ryan, apa yang kau lakukan di sini?" bentak Emily, tiba-tiba muncul di pintu dengan ekspresi marah.Ryan terkejut, cepat membalikkan kepalanya. Dia berusaha setenang mungkin, dengan ekspresi wajah tanpa dosa karena sedang amnesia."Emily, aku mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini. Aku perlu tahu kebenarannya, agar aku bisa lepas dari amnesia ini." Ryan menjelaskan dengan mimik wajah polos."Mengintip dokumen pribadiku?" ujar Emily dengan nada sinis, langkahnya mendekati Ryan dengan ekspresi yang memanas.Ryan mengangguk dengan suara bergetar, masih terus mencoba mempertahankan jari-jarinya yang ada di hadapan komputer.Dia bertingkah seakan-akan tidak sadar dan tidak banyak tahu, sehingga saat mata Emily tidak awas - jarinya cepat keluar dari dokumen yang dirahasiakan ibu mertuanya kemudian masuk ke link musik."Tidak ada yang perlu kau lindungi! Kau tidak lebih dari seorang sampah," bentak Emily, tangan kirinya menggapai benda terdekat untuk menyerang Ryan.Namun, sebelum ia bisa melakukan apa pun, Emily menampar Ryan dengan keras, membuatnya terjatuh ke lantai."Kau tidak akan bisa menghentikan apapun!" teriak Emily, mencoba mengambil dokumen-dokumen yang ada di tangan Ryan.Ryan berusaha bangkit, wajahnya yang terasa sakit akibat tamparan itu, tetapi tekadnya tak goyah. Tapi sebisa mungkin ia berakting natural, akan tidak membutuhkan berkas-berkas dokumen tersebut.Emily melangkah maju dengan langkah panjang, tatapan tajam yang menyala dengan kemarahan tak terbendung. Matanya yang menatap Ryan penuh kebencian, namun terhenti ketika melihat bahwa berkas-berkas yang menjadi incarannya masih utuh."Aku tahu kau mengintai! Kau pikir aku tak menyadari?" desis Emily dengan suara gemetar, tangannya menggigil saat melihat dokumen-dokumen itu masih aman.Namun, Ryan tetap tenang, ekspresinya yang polos dan terlihat tak berdaya mengelabui ibu mertuanya - Emily."Aku... aku tak tahu apa yang sedang terjadi padaku, Emily. Aku mencoba mengingat, tapi semuanya hanya gelap." Ryan kembali berakting.Emily memandangnya dengan tatapan bingung dan marah. Dia takut bahwa Ryan mungkin saja berpura-pura. Meski begitu, kebingungan dan penyesalan Ryan terlihat nyata."Jangan pernah sentuh berkas-berkas itu lagi, Ryan!" ujar Emily dengan suara yang mengancam, walau dia sedikit ragu melihat ekspresi polos Ryan."Maaf, aku tak bermaksud untuk menyakiti perasaanmu, Emily. Aku... aku hanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada diriku." Ryan mengangguk cepat, memperlihatkan ekspresi tak berdaya."Jangan main-main, Ryan. Aku akan memantau setiap gerakmu. Jangan harap bisa mendapat informasi apa pun dari sini!" Emily masih terlihat bingung, namun melihat keadaan berkas yang masih utuh, dia menarik diri dengan langkah mundur.Dengan tatapan yang masih penuh kebencian, Emily menghardik Ryan supaya meninggalkan kamarnya. Namun, meskipun kehilangan akses ke dokumen-dokumen itu, Ryan sudah memiliki segalanya yang diperlukan dalam ingatan otaknya yang brilian.Namun, dalam keberhasilan menyimpan informasi tanpa diketahui Emily, Ryan menyadari bahwa permainan pikiran ini akan semakin rumit dan berbahaya bagi kehidupannya.Tak lama kemudian Diana datang ingin menemui Ryan dan Selly. Tapi melihat wajah ibu mertuanya Ryan yang terlihat tegang, Diana justru penasaran dengan apa yang terjadi di rumah ini."Tante, ada apa?" tanya Diana penasaran."Eh, kamu Di. Gak ada apa-apa, hanya ..." Emily tidak bisa langsung memberikan jawaban.Diana masih menunggu penjelasan Emily, hingga beberapa saat kemudian ibu mertuanya Ryan itu menceritakan kejadian yang tadi ada di kamarnya.Mendengar cerita tersebut, Diana mengerutkan keningnya. Ia memikirkan tentang kondisi Ryanoir yang katanya amnesia, juga badannya yang tidak sehat secara keseluruhan karena lumpuh pada satu kakinya sehingga harus berada di kursi roda.Tapi Diana tahu persis apa yang terjadi pada pernikahan sepupunya, Selly dengan Ryanoir. Semua itu karena Ryanoir yang seorang Tuan Muda dari keluarga Herlambang, tentunya memiliki banyak harta. Dan iming-iming dari Tuan Besar Herlambang - kakek Ryanoir, bagi wanita yang mau menikah dan merawat cucunya akan mendapatkan banyak uang dari jatah bulanan yang diberikan. Sebab uang itu bukan hanya sekedar untuk merawat Ryanoir saja, tapi untuk kehidupan keluarga si wanita."Memangnya, apa yang Tante rencanakan sehingga menantu Tante seperti itu?" tanya Diana, yang tidak tahu rencana Emily."Ck, tentu saja aku ingin uang yang lebih besar, Diana. Ryanoir itu tidak berguna selain uangnya saja," decak Emily dengan sinis."Jadi?" Diana mendesak tantenya itu agar mau menceritakan rencananya.Akhirnya, Emily menceritakan rencananya pada Diana dengan meminta bantuan pada keponakannya itu agar membantunya untuk membuat Ryanoir tidak bisa kembali pada ingatannya yang menjadi Tuan Muda.Sebagai seorang ahli kejiwaan, Diana tentu saja heran dengan sikap Emily. Padahal Tuan Besar Herlambang sudah memberikan fasilitas rumah dan mobil yang dikendarai mereka, dan itu bukan hanya satu tapi ada dua mobil mewah.Dari pembicaraan mereka ini, Diana bisa menarik kesimpulan bahwa Ryanoir ternyata mendapatkan tekanan dari istri dan ibu mertuanya. Dan itu bisa sakitnya kemarin hingga akhirnya amnesia. Kemungkinan alam bawah sadar Ryanoir tidak menginginkan kehidupan yang lemah sehingga berpikir untuk menjadi kuat, sama seperti yang diceritakan kepadanya beberapa waktu lalu."Lalu, di mana dia sekarang, Tante!" tanya Diana dengan melihat sekeliling, karena rumah terlihat sepi."Selly sedang ada pertemuan dengan teman sosialitanya, sedang "sampah" itu ada di kamarnya. Aku usir tadi, saat ada di kamarku." Emily menjawab dengan ketus."Boleh aku bertemu dengan, Ryanoir?" Diana memberanikan diri untuk bertemu dan berbicara dengan Ryan di rumah ini.Dokter ahli kejiwaan itu merasa bersimpati atas nasib Ryanoir, yang nyatanya menderita di bawah tekanan istri dan ibu mertuanya sendiri. Sedangkan semua kemewahan dan fasilitas yang disediakan adalah milik keluarga Ryanoir sendiri."Kamu harus bisa membuat Ryan lupa selama-lamanya, Diana!" lirih suara Emily, penuh penekanan."Tante ...""Aku tidak akan menagih hutang ayahmu, jika kamu mau bekerja untukku!" seru Emily memotong kalimat Diana yang mau menjawabnya.Ketika Diana masuk ke kamar Ryan, dia menemukan Ryan duduk di kursi roda dengan tatapan kosong yang tanpa ekspresi."Tuan Muda Ryanoir, apa yang sedang Anda pikirkan?" tanya Diana, mendekat ke arah Ryan."Aku tidak tahu, Di. Semua terasa begitu sulit dan kabur aku ingat-ingat," jawab Ryan dengan menggelengkan kepalanya, ekspresinya tampak lelah.Diana merasa iba pada Ryan, ia tahu betul bahwa Ryan sedang mengalami masa sulit dan butuh bantuan yang besar untuk bisa keluar dari situasi yang seperti sekarang."Dengar, Ryan. Aku ingin membantumu, tapi aku butuh kejujuranmu. Apa yang sebenarnya terjadi padamu?" tanya Diana, memandang Ryan dengan tatapan menyelidik.Ryan menatap ke arah Diana, ia merasa takut jika harus membuka diri. Namun, ia tahu bahwa Diana bisa membantunya keluar dari tempat yang sulit.Tapi keyakinan itu juga tidak bisa diambil secara cepat, sebab bagaimanapun juga Diana ini adalah saudara sepupu Selly, yang artinya keponakan dari ibu mertuanya."Aku... aku merasa diri
Emily duduk di depan komputer, sibuk merencanakan kecelakaan yang akan dialami oleh Diana saat pulang dari rumahnya. Dia merasa senang dan kegirangan karena akhirnya akan bisa menyingkirkan Diana yang dianggap menghambat niatnya.Dia menggigit bibirnya dan berkonsentrasi pada layar komputernya, memperhatikan setiap detail dari rencana itu. Emily merancang kecelakaan itu begitu detail dengan cermat dan hati-hati, menginginkan Diana mengalami kecelakaan yang cukup parah agar dia tidak bisa membocorkan rahasianya untuk memanipulasi Ryanoir."Baiklah, semuanya sudah selesai," gumam Emily sambil menikmati hasil kerjanya."Ini lebih dari kata sempurna!"Wanita itu tersenyum puas saat melihat rencana kecelakaannya yang sempurna di layar komputernya. Rencana tersebut tidak hanya menargetkan mobil Diana, namun juga memasukkan kendaraan lain ke dalamnya untuk memastikan Diana tidak bisa lolos dari maut.Emily mengirim pesan singkat ke temannya yang bekerja sebagai sopir truk besar. Dia meminta b
Emily dan Selly terlihat cemas karena terbongkar tanggung jawab mereka atas kematian Diana. Ryan merasa sangat marah dan kecewa karena mereka melakukan hal yang sangat jahat dengan membunuh saudaranya sendiri."Kalian melakukan itu untuk apa? Apakah ini semua hanya tentang uang?" tanya Ryan dengan nada yang penuh amarah.Emily dan Selly tidak dapat berkata-kata karena kesalahan mereka terbuka. Ryan terus meminta penjelasan dari mereka, tapi mereka tetap diam."Tidak akan ada yang terjadi pada kalian jika kalian memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi," ucap Ryan dengan nada yang lebih tenang, mencoba mencari tahu alasan mereka.Setelah tertunduk dalam diam selama beberapa saat, Emily akhirnya memutuskan untuk memberitahu kebenaran tentang rencana mereka untuk memanipulasi Ryan dengan kepura-puraannya. Keduanya berusaha untuk memanfaatkan amnesia Ryan agar ia menandatangani surat wasiat yang menguntungkan mereka."K-ami ... kami tahu kalau kamu sedang mengalami amnesia, dan kami piki
Ryan terus mencari tahu tentang keluarga Ryanoir dan segala kejanggalan yang terjadi di sekitarnya. Ia menggali informasi dari setiap sumber yang ia temui, mencoba untuk menghubungkan kebenaran yang terdapat dalam cerita tersebut.Namun, semakin ia mendalami investigasinya, semakin ia merasa terjebak dalam kebohongan dan kecurangan keluarga Ryanoir. Semua anggota keluarga ini sepertinya memiliki motif dan kepentingan masing-masing yang tidak terlihat jelas.Ryan mulai kehilangan harapan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya. Namun, ia terus mendalami investigasinya tanpa kenal lelah, bahkan meskipun ia harus mengorbankan hidupnya sebagai Ryan."Aku harus menyelesaikan ini, bahkan jika itu berarti aku harus mengorbankan segalanya," gumam Ryan dengan tekad yang bulat.Satu persatu misteri terus terungkap dalam investigasi Ryan. Ia menemukan bahwa ada konspirasi jahat untuk merampok kekayaan keluarga Ryanoir dan memperkaya diri sendiri, tanpa peduli dengan konsekuensi yan
"Aku pasti akan menghukum kalian berdua, dengan hukuman yang tidak pernah kalian bayangkan!" Ryan berkata dengan nada tinggi, memperingatkan dua wanita di depannya.Selly dan Emily saling berpandangan dengan rasa takut saat Ryan mengancam mereka dengan kejahatannya. Mereka tahu bahwa Ryan akan melampiaskan kemarahannya pada mereka seiring dengan ucapan yang diucapkannya. Namun, kali ini mereka merasa lebih takut dari sebelumnya.Ryan menatap keduanya dengan pandangan penuh kebencian, mencoba mencerna setiap detail dari wajah mereka. Kedua wanita itu tampak rapuh, seperti tidak lagi memiliki semangat untuk melawan atau membela diri."Kamu, Selly ... kamu benar-benar tega dan licik. Menipu suamimu dan berselingkuh dengan sepupuku sendiri! Membodohiku selama bertahun-tahun!" Ryan marah dan mulai berteriak pada Selly.Selly mengangguk dengan berderai air mata, menyadari kesalahan besar yang ia lakukan. Dia tak punya kata apa-apa untuk membela dirinya sendiri karena dia tahu bahwa semua i
Selly merintih kesakitan, tetapi Ryan tidak berhenti. Dia memperlihatkan wajahnya yang penuh kebencian sambil mencengkeram leher Selly semakin keras. Darah mulai menetes dari hidung dan mulut Selly yang telah menjadi lemas karena cengkeraman kuat itu."Rasakan ini!" teriak Ryan.Namun, tiba-tiba terdengar suara pintu rumah yang terbuka dan langkah kaki seseorang mendekat ke arah mereka. Ryan terkejut, sehingga dia berhenti memberikan cengkeraman pada wanita yang berstatus sebagai istrinya. Namun, setelah melihat siapa yang datang, dia merasa tenang kembali."Maaf, Ryan. Aku sudah pulang," ujar seorang pria yang terdengar datang dari depan pintu."Apa tugasmu sudah selesai, hingga berani pulang?" Ryan bertanya tak suka.Pria itu tidak terkejut, kemudian duduk di sofa di ruangan tersebut. Dengan wajah lelah dan lesu, pria itu melaporkan pekerjaannya yang tidak biasa.Sebenarnya, pria itu tidak pernah mengenal Ryanoir. Tapi "Ryan" sangat mengenal pria tersebut sebagai seorang "kurir" info
Ryan melihat ketakutan di mata Selly dan Emily, dan dia merasakan kepuasan dalam hatinya. Ia memang menikmati peran sebagai seorang pembunuh, sama seperti yang dulu sering ia lakukan. Namun, tiba-tiba telepon Ryan berdering."Ya, halo?" jawab Ryan setelah mengambil telepon."Maaf mengganggu, Tuan Ryanoir. Ini Adam, pengacara keluarga Anda. Ada kabar buruk dari pengadilan," kata Adam dengan serius.Ryan menatap Selly dan Emily dengan marah, saat dia menyadari bahwa telepon dari pengacara keluarganya ini akan mengganggu rencana-rencana yang sudah ia susun untuk mengurung dua wanita di dalam rumah untuk waktu yang lama."Apa yang terjadi?" tanya Ryan akhirnya."Pengadilan memerintahkan penangkapan Anda atas tuduhan pembunuhan," kata Adam."Aku, membunuh? Membunuh siapa?" tanya Ryan terkejut.Ryan merasa syok mendengar berita ini. Penangkapan seperti itu tidak pernah ada dalam kamusnya, apalagi untuk saat ini dia adalah Tuan Muda Ryanoir.Meskipun di dalam keluarganya sendiri ia tidak dipe
Ryan terus memperhatikan gerak-gerik pamannya dengan mata awas, mencari petunjuk tentang apa yang sebenarnya diinginkan oleh pamannya Ryanoir tersebut. Namun, pamannya hanya tertawa dan menyebut Ryan sebagai pemikir yang cerdas."Jadi, kau maju pesat juga. Aku pikir ..." pamannya Ryanoir tidak melanjutkan kalimatnya, tapi memperhatikan keponakannya yang memang jauh berbeda sejak terakhir kali bertemu."Jadi, apa maksud paman datang ke rumahku ini?" tanya Ryan, mencoba untuk mencari dan mendapatkan jawaban dari pamannya Ryanoir itu.Pamannya Ryanoir hanya tersenyum, lalu mengeluarkan selembar kertas dari dalam sakunya tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Ryan pun melirik kertas tersebut dan memperhatikannya dengan seksama. Ternyata itu adalah sebuah dokumen resmi dari pihak kepolisian yang menunjukkan bahwa Ryan telah menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan.Ini sama seperti yang tadi disebutkan oleh Adam, pengacara keluarga yang sudah memberikannya kabar.Ryan marah. Dia yakin ada yang
Tapi Ryan tidak ingin mendengarkan perintah Alicia, dia ingin menyelamatkan mereka semua dari situasi ini. Dia mengambil tongkat ajaib dan berdiri di dekat altar. Dengan nafas terengah-engah, dia mencoba mengucapkan mantra yang tepat untuk mengakhiri ritual.Tangan Ryan bergetar, ketika dia mencoba mengucapkan kata-kata mantra tapi sayangnya otaknya tidak bisa berkonsentrasi sehingga salah ucap. Tubuhnya mulai terasa lelah dan pusing, tapi dia tidak ingin menyerah. Dia mengulang mantra itu berkali-kali, sampai tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan cahaya matahari menyinari seluruh ruangan.Ryan melihat ke arah pintu dan terkejut melihat kehadiran dua orang berpakaian serba hitam dan memakai topeng, yang pastinya bukan teman melainkan lawan."R-yan, cepat, cepatlah keluar dari sini sebelum terlambat!" kata Alicia dengan suara lemah, tapi tegas."Hahaha ... kalian semua tidak ada yang bisa keluar dari sini!" teriak satu dari dua pria tadi.Pria itu, menodongkan senjata api ke arah Ryan da
Beberapa hari kemudian.Dalam ruangan yang cukup luas dan gelap, sebuah altar besar terlihat berdiri di tengah ruangan dengan api ungu yang menyala di atasnya. Di sekeliling altar, terdapat lingkaran ungu yang ditempati oleh tiga pria dewasa, mereka memakai jubah putih bergaris hitam dan membawa tongkat dengan bentuk aneh yang dihiasi dengan kristal merah dan biru.Di sudut ruangan, ada dua gadis yang saling berpelukan. Satu diantara mereka dengan wajah menangis, sementara yang satu menenangkan.Gadis pertama memiliki rambut cokelat kehitaman dan bibir tebal, sedangkan gadis kedua memiliki rambut pirang pendek dan mata hijau cerah. Keduanya mengenakan pakaian putih dengan kain tipis yang melambai-lambai terkena angin yang berhembus dari celah-celah jendela."Lepaskan aku, lepaskan aku!" desah gadis cokelat sambil menangis dan berusaha melepaskan diri dari genggaman pria yang mengikutinya dari belakang."Tidak perlu takut, kita hanya akan melakukan pertukaran jiwa saja," terang pria it
Setelah semua permasalahan yang rumit dan kompleks terselesaikan, Ryan berniat mewujudkan impiannya untuk pensiun meskipun saat ini ia masih muda. Tapi urusan perusahaan keluarga Herlambang sudah ia serahkan kepada orang-orang pilihan yang dipercayainya, jadi ia bisa lebih santai menikmati hidupnya dengan memantau perkembangan perusahaan hanya lewat email saja.Pria itu juga memimpin kelompok Pluto sebagaimana peran yang seharusnya, dan rencana terdekatnya adalah menikah dengan Alicia. meskipun sadar jika Alicia adalah orang yang memiliki darah sama dengannya karena lahir dari rahim yang sama, tapi Ryan merasa bahwa dirinya ini adalah orang lain yang kebetulan terperangkap dalam tubuh kakak dari Alicia. Dan ia ingin menghabiskan sisa umurnya bersama gadis tersebut, meskipun ia sendiri tidak yakin jika Alicia akan setuju dengan keputusannya itu.Ryan duduk di teras rumahnya sambil menatap jauh ke depan. Hari itu ia memutuskan untuk menjalankan rencananya, meskipun ia tahu itu akan menja
Beberapa hari kemudian, Ryan dan Alicia akhirnya memiliki rencana yang matang untuk mengalahkan musuh-musuh mereka. Mereka merencanakan serangan mendadak ke markas kelompok yang ingin merebut kekuasaan, dan mereka yakin bahwa itu akan berhasil.Ryan dan Alicia duduk di sebuah kafe kecil di sudut kota, guna menghindari perhatian orang lain - di mana mereka sengaja bertemu secara diam-diam untuk membicarakan rencana ini. Mereka sedang merancang strategi dan merencanakan serangan mendadak ke markas musuh mereka, jadi tidak ingin didengar oleh siapapun termasuk para asisten supaya menghindari mata-mata yang kemungkinan besar tetap ada di antara orang-orang terdekat."Mereka pasti akan siap untuk serangan kita," bisik Ryan sambil memicingkan matanya pada menu kafe di hadapannya - agar tidak terlalu tentara saat berbicara."Tentu saja mereka akan siap," sahut Alicia, "Tapi kita punya keunggulan. Kita sudah mengetahui rencana mereka, dan kita bisa memanfaatkan kelemahan-kelemahan mereka untu
Ryan akhirnya memutuskan untuk pergi sendiri ke tempat persembunyian yang disebutkan oleh orang misterius tersebut - yang menghubunginya lewat telepon. Setibanya di sana, pria itu langsung menyelidiki sekitar dan mendapatkan informasi penting yang bisa digunakan untuk mengalahkan orang-orang yang merupakan musuh-musuh keluarga Herlambang dan menggulingkan Ryanoir dari kursi pewaris tunggal.Namun, di tengah-tengah penyelidikannya, Ryan bertemu dengan sosok yang tidak ia duga. Sosok itu adalah Alicia, gadis yang kini bekerja di perusahaan Herlambang miliknya.Namun, kali ini perspektif Ryan terhadap gadis tersebut telah berubah. Dia tidak lagi memandang Alicia sebagai musuh atau bukan lawan. Sebaliknya, Ryan mulai melihat gadis itu sebagai seseorang yang dapat dipercaya dan menjadi sekutunya dalam melawan kelompok yang ingin menaklukkan dunia bawah."Aku tidak tahu bahwa kamu akan datang ke sini, Ryan," kata Alicia dengan wajah yang menggambarkan rasa terkejut dan lega.Ryan hanya ters
Dengan terus mendengarkan pembicaraan Alicia dengan seseorang melalui telepon, Ryan memikirkan dugaan-dugaan sementara yang sedang ia pikirkan untuk kesimpulan penyelidikannya."Apa?" Ryan terkejut saat pengakuan Alicia, tentang hubungannya dengan Selly - istri Ryanoir yang sudah dihukum dengan cara yang menyedihkan hingga meninggal dunia.Ryan terdiam, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya lewat alat sadapnya. Ia berusaha menekan perasaan kekecewaannya karena ia sudah sempat terlena pada pesona gadis itu."Apakah Selly benar-benar terkait dengan penyelidikanku tentang Alicia? Mereka masih ada hubungan darah, dan apa tadi ... adiknya Selly?" Ryan berpikir keras, mencari tahu apakah ada kaitannya dengan kasus kelompok Pluto di masa lalu - yang nyatanya melibatkan keluarga Herlambang.Pria itu merasa terbebani dengan pengetahuan yang baru ia ketahui. Ia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa Alicia, gadis yang sudah membuat hatinya terpesona, memiliki hubungan dengan keluarga
"Emh, Ryan. Aku ingin kerja di perusahaan Herlambang. Apakah kamu bisa menerima aku sebagai karyawan kamu?""Kerja di perusahaan Herlambang?" tanya Ryan terkejut.Tiba-tiba saja, Alicia pengajukan pertanyaan yang tidak pernah disangka-sangka Ryan. Itulah sebabnya Ryan semakin curiga jika gadis itu memiliki maksud tertentu supaya bisa masuk dalam lingkungan perusahaan, agar pergerakannya lebih mudah dan cepat - menurut Ryan.Ryan tidak bisa menyembunyikan keheranan pada wajahnya atas permintaan Alicia. Ia bertanya-tanya kenapa gadis itu meminta pekerjaan di perusahaannya, dan bagaimana hal itu akan mempengaruhi penyelidikan yang sedang ia lakukan."Apa alasannya? Kamu sudah mendengar hal-hal buruk tentang perusahaan itu, kan?" Ryan mencoba mencari alasan untuk tidak menerima gadis itu bekerja di perusahaan keluarga Herlambang."Iya, aku tahu tentang banyak kasus yang terjadi, selain perampokan yang melibatkan teman pengacara keluarga Herlambang. Tapi, hal itu bukanlah masalahku. Aku mu
Sayangnya, Ryan tidak bisa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada di otaknya lewat internet - setelah beberapa kali mencoba mencari. Nyatanya, Alicia tidak memiliki profil lengkap sehingga Ryan harus bekerja lebih keras untuk mencari tahu identitas asli Alicia. Gusar dan kesal, akhirnya Ryan memutuskan untuk memasang penyadap pada Alicia. Alat sadap mini, yang dulu pernah ia pasang pada sepupunya Selly. Alat sadap yang berukuran sangat kecil sehingga tidak disadari keberadaannya oleh orang yang menjadi targetnya."Ok, aku akan memasang penyadap pada ponselnya ... atau anggota tubuhnya saja.. Dengan begitu, aku bisa mendapatkan informasi yang diperlukan untuk mengungkap siapa sebenarnya Alicia," gumam Ryan dalam hati.Ryan segera mengoperasikan - mendesain dan memproduksi penyadap tersebut dan bersiap untuk memulai misi pencariannya. Dia tidak sabar untuk mengungkap identitas sebenarnya dari gadis yang telah mencuri hatinya itu, meskipun juga mencurigakan karena mengetahu
Ryan cepat-cepat berlari kembali ke ruangan sebelah dan berhenti di depan tempat duduk Alicia. Ia berharap belum terlambat untuk meminta maaf pada gadis itu."Maaf, sudah menunggu lama sekali," kata Ryan ketika ia duduk kembali di samping Alicia. "Maaf, tadi ada urusan yang terpaksa aku lakukan," imbuhnya kemudian."Ah, tidak masalah." Alicia menjawab dengan senyumannya yang manis.Ryan merasa malu karena membuat Alicia harus menunggunya selama itu. Namun, ia tetap berusaha untuk tenang dan melanjutkan pembicaraan yang sempat ditunda.Alicia sendiri tidak pernah menyangka jika Ryan memiliki posisi yang sangat penting di perusahaan Herlambang ini. Gadis itu memang belum sepenuhnya tahu bahwa Ryan adalah Tuan Muda Ryanoir."Aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu," celetuk Alicia yang membuat Ryan mengerutkan keningnya."Hm, apa?" tanya Ryan ingin tahu apa yang ingin diketahui oleh gadis itu."Apakah k-amu, emh ... maksudku, Anda ... adalah Tuan Muda Ryanoir?" Akhirnya, gadis itu mengajuk