Emily duduk di depan komputer, sibuk merencanakan kecelakaan yang akan dialami oleh Diana saat pulang dari rumahnya. Dia merasa senang dan kegirangan karena akhirnya akan bisa menyingkirkan Diana yang dianggap menghambat niatnya.
Dia menggigit bibirnya dan berkonsentrasi pada layar komputernya, memperhatikan setiap detail dari rencana itu. Emily merancang kecelakaan itu begitu detail dengan cermat dan hati-hati, menginginkan Diana mengalami kecelakaan yang cukup parah agar dia tidak bisa membocorkan rahasianya untuk memanipulasi Ryanoir."Baiklah, semuanya sudah selesai," gumam Emily sambil menikmati hasil kerjanya."Ini lebih dari kata sempurna!"Wanita itu tersenyum puas saat melihat rencana kecelakaannya yang sempurna di layar komputernya. Rencana tersebut tidak hanya menargetkan mobil Diana, namun juga memasukkan kendaraan lain ke dalamnya untuk memastikan Diana tidak bisa lolos dari maut.Emily mengirim pesan singkat ke temannya yang bekerja sebagai sopir truk besar. Dia meminta bantuan temannya untuk mempercepat truknya dan menghalangi jalur mobil Diana. Emily juga merencanakan untuk menyiapkan sebuah jebakan berupa genangan minyak agar mobil Diana keluar dari control dan terguling menghantam trotoar.Emily tersenyum licik di wajahnya saat membayangkan adegan kecelakaan yang sedang dirancangnya. Dia merasa puas karena keinginannya untuk menghilangkan Diana akan segera tercapai."Sekarang waktunya," gumamnya lirih.Saat melihat jam di dinding, Emily merasa lega karena waktunya sudah hampir tiba. Dia membuka laci meja dan mengambil peralatan pertolongan pertama yang dia siapkan. Dia tahu bahwa akan menjadi lebih meyakinkan jika dia membantu Diana di tempat kecelakaan nanti. Dengan santai, dia mengambil kunci mobil dan mematikan lampu di sekitar rumah untuk memastikan tidak ada yang tahu keberadaannya saat itu.Pada akhirnya, Emily mengetahui info tentang kecelakaan yang telah merenggut jiwa salah satu keluarganya tersebut. Dia mendapat kabar dari petugas polisi yang sudah berada di tempat kejadian."Ya, saya tantenya. Baik, saya akan segera ke sana!" Emily mengangguk saat menerima telepon.***Beberapa jam kemudian, Selly yang sudah berada di rumah mendapatkan kabar dari ibunya tentang kematian sepupunya - Diana."Kecelakaan lalu lintas? Kapan, Bu?" tanya Selly yang tidak mengetahui rencana dadakan ibunya kali ini."Dua jam yang lalu, saat pulang dari rumah membantu suamimu terapi.""Ya, aku segera ke rumah sakit!"Ryan yang secara tidak sengaja ikut Mendengar pembicaraan telepon mereka, merasa shock dan tidak percaya atas kematian Diana. Ia merasa hancur dan merasa semua usaha yang dilakukan bersama Diana beberapa waktu lalu menjadi sia-sia."Saat itu, semuanya terasa baik dan aku merasa bahwa Diana sedang bergerak maju untuk menjadikan terapi ku lebih baik. Sekarang, aku merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan kematian Diana." Ryan berujar dengan nada kesedihan.Emily dan Selly memang memberikan reaksi yang seharusnya dimiliki oleh saudara jika ada kabar duka, tapi insting Ryan yang peka, merasa ada sesuatu yang tidak benar dari sikap keduanya. Sebab setahu Ryan, istri dan ibu mertuanya tidak memiliki rasa empati pada penderitaan orang lain.Seandainya instingnya tepat, atau setidaknya mendekati kebenaran, Ryan bertekad untuk keluar dari kepura-puraan amnesianya. Ia akan membalas dendam karena mereka berdua yang selalu ingin mencelakakan dirinya. Jadi, besar kemungkinan kecelakaan Diana juga ulah istri dan ibu mertuanya."Ryan, ayo cepat! Kamu ikut ke rumah sakit, Diana mati." Selly berkata dengan ketus saat mengajaknya pergi."Diana ... Diana mati? Kenapa mendadak?" tanya Ryan pura-pura tidak tahu.Hal ini karena Ryan merasa ada sesuatu yang aneh dengan kematian Diana. Pada awalnya dia tidak tahu pasti apa yang membuatnya merasa seperti itu, tapi setelah ia mengamati sikap Selly, ia semakin yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres.Tadi, saat di telepon Emily dan Selly seperti memiliki rasa simpati yang besar, tapi sekarang Selly sepertinya tidak terlalu terpukul oleh kematian Diana, padahal mereka adalah keluarga dekat Diana."Diana pasti tidak mati begitu saja," gumam Ryan dalam hati."Ada yang tidak beres di sini," gumamnya lagi.Ryan bertekad untuk melakukan penyelidikan sendiri dan mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada saat kecelakaan itu terjadi. Dia akan menghubungi seseorang, yang tentu saja sangat dikenalnya pada kehidupan sebelumnya sebagai seorang informan.Tapi kali ini Ryan harus berhati-hati dengan tidak menyertakan identitasnya setiap dia masih harus menyelidiki dengan teliti.Sebagai mantan seorang pembunuh handal, jiwanya bergejolak dalam situasi seperti sekarang ini. Apalagi Diana sempat bersikap aneh setelah berbicara dengan Emily, ketika ibu mertuanya itu memergoki mereka berbicara serius."Selly, aku merasa tidak enak badan. Bagaimana kalau kau saja yang ke rumah sakit?" Ryan menolak untuk ikut."Huh! Dasar tidak berguna, bilang dong dari tadi." Selly mendengus dingin."Ya, pergilah."Setelah memastikan istrinya pergi, Ryan cepat masuk ke dalam kamar ibu mertuanya. Ia ingin mencari sesuatu yang bisa dijadikan bukti atas kecurigaannya yang sedari tadi mengusik pikirannya.Beberapa waktu kemudian, setelah mengutak-atik komputer ibu mertuanya. Dan tak lama kemudian, ia menemukan sesuatu yang sangat mengejutkan.Ternyata, Emily yang merancang kecelakaan tersebut untuk membunuh Diana, karena Diana mengetahui rahasia Emily dan Selly yang ingin memanfaatkan amnesianya Tuan Muda Ryanoir. Dalam kecemasannya, Emily merasa bahwa Diana akan mengungkapkan rahasia tersebut dan merusak rencananya untuk memanipulasi Ryan dengan kepura-puraannya."Brengsek!" umpat Ryan marah.Setelah mengetahui kebenaran itu, Ryan merasa sangat marah dan kesal. Dia merasa jika istri dan ibu mertuanya itu sangat jahat, tega membunuh saudaranya sendiri demi keuntungan mereka pribadi.Akhirnya Ryan memutuskan untuk menghadapi Emily dan Selly saat mereka di rumah nanti, meminta penjelasan atas tindakan mereka yang diluar batas."Aku akan membuat kejutan untuk mereka," lirih suara Ryan dengan senyum misterius.***Saat tengah malam, Selly bersama ibunya baru saja pulang. Mereka langsung duduk di ruang tengah, mengistirahatkan tubuh lelah mereka."Huhfff ... capek juga, Bu." Selly mengeluh."Heh, tak perlu tunjukkan rasa lelahmu! Yang penting sekarang, Diana sudah mati. Jadi, rahasia kita tetap aman." Emily memarahi anaknya."Iya, kok bisa ibu punya rencana seperti itu dan tidak memberitahu aku?" Selly menuntut penjelasan dari ibunya.Akhirnya Emily memberikan penjelasan pada Selly, kenapa dia sampai berbuat nekat seperti itu. Ia tidak mau jika Diana membocorkan rencananya, padahal sedikit lagi rencana mereka berhasil.Meskipun mereka tahu kalau Ryanoir sedang amnesia, tapi banyak saudara-saudara Ryanoir yang menginginkan hartanya juga. Jadi mereka harus bisa bertindak cepat agar Ryanoir segera menandatangani surat wasiat, setelah dengan mudah akan disingkirkan."Kenapa kalian melakukan ini pada aku dan Diana?" tanya Ryan dalam suara yang penuh amarah."Ry ... Ryanoir?""Tuan Muda?"Emily dan Selly terkejut mendengar pertanyaan tersebut, dan lebih terkejut lagi dengan kondisi Ryan yang tidak duduk di kursi roda tapi berdiri dengan tegap di depan mereka."Katakan padaku, cepat! Mengapa kalian melakukan ini?" Tanya Ryan lagi, dengan nada yang lebih kuat dan tegas."K-amu sudah sembuh?" tanya Emily, tidak menghiraukan pertanyaan Ryan.Selly juga masih ternganga, melihat kondisi suaminya yang sekarang. Saat ini, Ryanoir terlihat jauh lebih sempurna tanpa kursi roda dan wajah polosnya.Ryan menggebrak meja, membuat kedua wanita yang ada di depannya ini terlonjak kaget. Bahkan keduanya sampai berdiri, takjub dan gugup dengan apa yang mereka lihat sekarang ini."Kalian pembunuh!" tuding Ryan pada istri dan ibu mertuanya."K-ami?"Emily dan Selly terlihat cemas karena terbongkar tanggung jawab mereka atas kematian Diana. Ryan merasa sangat marah dan kecewa karena mereka melakukan hal yang sangat jahat dengan membunuh saudaranya sendiri."Kalian melakukan itu untuk apa? Apakah ini semua hanya tentang uang?" tanya Ryan dengan nada yang penuh amarah.Emily dan Selly tidak dapat berkata-kata karena kesalahan mereka terbuka. Ryan terus meminta penjelasan dari mereka, tapi mereka tetap diam."Tidak akan ada yang terjadi pada kalian jika kalian memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi," ucap Ryan dengan nada yang lebih tenang, mencoba mencari tahu alasan mereka.Setelah tertunduk dalam diam selama beberapa saat, Emily akhirnya memutuskan untuk memberitahu kebenaran tentang rencana mereka untuk memanipulasi Ryan dengan kepura-puraannya. Keduanya berusaha untuk memanfaatkan amnesia Ryan agar ia menandatangani surat wasiat yang menguntungkan mereka."K-ami ... kami tahu kalau kamu sedang mengalami amnesia, dan kami piki
Ryan terus mencari tahu tentang keluarga Ryanoir dan segala kejanggalan yang terjadi di sekitarnya. Ia menggali informasi dari setiap sumber yang ia temui, mencoba untuk menghubungkan kebenaran yang terdapat dalam cerita tersebut.Namun, semakin ia mendalami investigasinya, semakin ia merasa terjebak dalam kebohongan dan kecurangan keluarga Ryanoir. Semua anggota keluarga ini sepertinya memiliki motif dan kepentingan masing-masing yang tidak terlihat jelas.Ryan mulai kehilangan harapan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya. Namun, ia terus mendalami investigasinya tanpa kenal lelah, bahkan meskipun ia harus mengorbankan hidupnya sebagai Ryan."Aku harus menyelesaikan ini, bahkan jika itu berarti aku harus mengorbankan segalanya," gumam Ryan dengan tekad yang bulat.Satu persatu misteri terus terungkap dalam investigasi Ryan. Ia menemukan bahwa ada konspirasi jahat untuk merampok kekayaan keluarga Ryanoir dan memperkaya diri sendiri, tanpa peduli dengan konsekuensi yan
"Aku pasti akan menghukum kalian berdua, dengan hukuman yang tidak pernah kalian bayangkan!" Ryan berkata dengan nada tinggi, memperingatkan dua wanita di depannya.Selly dan Emily saling berpandangan dengan rasa takut saat Ryan mengancam mereka dengan kejahatannya. Mereka tahu bahwa Ryan akan melampiaskan kemarahannya pada mereka seiring dengan ucapan yang diucapkannya. Namun, kali ini mereka merasa lebih takut dari sebelumnya.Ryan menatap keduanya dengan pandangan penuh kebencian, mencoba mencerna setiap detail dari wajah mereka. Kedua wanita itu tampak rapuh, seperti tidak lagi memiliki semangat untuk melawan atau membela diri."Kamu, Selly ... kamu benar-benar tega dan licik. Menipu suamimu dan berselingkuh dengan sepupuku sendiri! Membodohiku selama bertahun-tahun!" Ryan marah dan mulai berteriak pada Selly.Selly mengangguk dengan berderai air mata, menyadari kesalahan besar yang ia lakukan. Dia tak punya kata apa-apa untuk membela dirinya sendiri karena dia tahu bahwa semua i
Selly merintih kesakitan, tetapi Ryan tidak berhenti. Dia memperlihatkan wajahnya yang penuh kebencian sambil mencengkeram leher Selly semakin keras. Darah mulai menetes dari hidung dan mulut Selly yang telah menjadi lemas karena cengkeraman kuat itu."Rasakan ini!" teriak Ryan.Namun, tiba-tiba terdengar suara pintu rumah yang terbuka dan langkah kaki seseorang mendekat ke arah mereka. Ryan terkejut, sehingga dia berhenti memberikan cengkeraman pada wanita yang berstatus sebagai istrinya. Namun, setelah melihat siapa yang datang, dia merasa tenang kembali."Maaf, Ryan. Aku sudah pulang," ujar seorang pria yang terdengar datang dari depan pintu."Apa tugasmu sudah selesai, hingga berani pulang?" Ryan bertanya tak suka.Pria itu tidak terkejut, kemudian duduk di sofa di ruangan tersebut. Dengan wajah lelah dan lesu, pria itu melaporkan pekerjaannya yang tidak biasa.Sebenarnya, pria itu tidak pernah mengenal Ryanoir. Tapi "Ryan" sangat mengenal pria tersebut sebagai seorang "kurir" info
Ryan melihat ketakutan di mata Selly dan Emily, dan dia merasakan kepuasan dalam hatinya. Ia memang menikmati peran sebagai seorang pembunuh, sama seperti yang dulu sering ia lakukan. Namun, tiba-tiba telepon Ryan berdering."Ya, halo?" jawab Ryan setelah mengambil telepon."Maaf mengganggu, Tuan Ryanoir. Ini Adam, pengacara keluarga Anda. Ada kabar buruk dari pengadilan," kata Adam dengan serius.Ryan menatap Selly dan Emily dengan marah, saat dia menyadari bahwa telepon dari pengacara keluarganya ini akan mengganggu rencana-rencana yang sudah ia susun untuk mengurung dua wanita di dalam rumah untuk waktu yang lama."Apa yang terjadi?" tanya Ryan akhirnya."Pengadilan memerintahkan penangkapan Anda atas tuduhan pembunuhan," kata Adam."Aku, membunuh? Membunuh siapa?" tanya Ryan terkejut.Ryan merasa syok mendengar berita ini. Penangkapan seperti itu tidak pernah ada dalam kamusnya, apalagi untuk saat ini dia adalah Tuan Muda Ryanoir.Meskipun di dalam keluarganya sendiri ia tidak dipe
Ryan terus memperhatikan gerak-gerik pamannya dengan mata awas, mencari petunjuk tentang apa yang sebenarnya diinginkan oleh pamannya Ryanoir tersebut. Namun, pamannya hanya tertawa dan menyebut Ryan sebagai pemikir yang cerdas."Jadi, kau maju pesat juga. Aku pikir ..." pamannya Ryanoir tidak melanjutkan kalimatnya, tapi memperhatikan keponakannya yang memang jauh berbeda sejak terakhir kali bertemu."Jadi, apa maksud paman datang ke rumahku ini?" tanya Ryan, mencoba untuk mencari dan mendapatkan jawaban dari pamannya Ryanoir itu.Pamannya Ryanoir hanya tersenyum, lalu mengeluarkan selembar kertas dari dalam sakunya tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Ryan pun melirik kertas tersebut dan memperhatikannya dengan seksama. Ternyata itu adalah sebuah dokumen resmi dari pihak kepolisian yang menunjukkan bahwa Ryan telah menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan.Ini sama seperti yang tadi disebutkan oleh Adam, pengacara keluarga yang sudah memberikannya kabar.Ryan marah. Dia yakin ada yang
Ryan dengan cepat menyembunyikan rasa kagetnya. Apa yang ia ketahui tentang organisasi rahasia tersebut bukanlah rumor yang berkembang di kalangan elit dunia saja, namun Ryan tahu betul bahwa kekuatan dan pengaruh organisasi tersebut sangatlah besar karena ia adalah salah satu dari mereka.'Apakah pamannya Ryanoir adalah satu dari dua belas itu?' tanya Ryan dalam hati, meskipun raut wajahnya tetap tenang.Ryan sangat handal dalam mengolah perasaan sehingga apa yang ada di dalam hatinya tidak tampak dari aura wajahnya.Puk!"Jadi, Ryanoir. Bagaimana?" tanya sang paman - menepuk pundak Ryan."Jadi ..." Ryan pura-pura tidak paham.Pamannya Ryanoir tersenyum tipis, sepertinya ia tidak percaya dengan alasan yang diberikan oleh keponakannya itu. Namun, dia tidak mempermasalahkannya dan tetap melanjutkan rencananya."Baiklah, Ryanoir. Paman akan mengirimkan seseorang yang memiliki kemampuan khusus untuk membantumu. Kamu akan belajar dan bekerja sama dengan dia dalam mencari bukti-bukti yang m
Setelah pamannya Ryanoir pergi dari rumahnya, Ryan memegang kertas yang diberikan pamannya dengan erat. Dia menghela nafas dan mencoba menenangkan diri. Siapa pun orang yang akan berkunjung dan menemuinya, dia harus tetap waspada. Dia tidak tahu siapa yang akan dipertemukan dengannya, tapi dia harus siap.Tiba-tiba - sebelum Ryan masuk ke dalam rumah, seorang wanita muda berambut pirang datang dari arah belakang Ryan dengan tangan terulur ke arahnya."Hai!" seru Ryan, saat tangan wanita itu hampir menyentuh pundaknya."Eh, maaf. Aku ..."Wanita itu justru terkejut karena tidak menyangka jika reflek gerak Ryan seperti sudah terlatih secara sempurna."Siapa kamu? Dan bagaimana kamu bisa masuk?" cecar Ryan, menyelidik.Wanita itu akhirnya memperkenalkan dirinya sendiri dengan nama Lusi, orang yang akan membantunya dalam menjalankan tugas dari sang paman.Ryan merasa sedikit lega, tapi tetap saja ia harus waspada karena meskipun ternyata orang yang diutus pamannya adalah seorang wanita, ta
Tapi Ryan tidak ingin mendengarkan perintah Alicia, dia ingin menyelamatkan mereka semua dari situasi ini. Dia mengambil tongkat ajaib dan berdiri di dekat altar. Dengan nafas terengah-engah, dia mencoba mengucapkan mantra yang tepat untuk mengakhiri ritual.Tangan Ryan bergetar, ketika dia mencoba mengucapkan kata-kata mantra tapi sayangnya otaknya tidak bisa berkonsentrasi sehingga salah ucap. Tubuhnya mulai terasa lelah dan pusing, tapi dia tidak ingin menyerah. Dia mengulang mantra itu berkali-kali, sampai tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan cahaya matahari menyinari seluruh ruangan.Ryan melihat ke arah pintu dan terkejut melihat kehadiran dua orang berpakaian serba hitam dan memakai topeng, yang pastinya bukan teman melainkan lawan."R-yan, cepat, cepatlah keluar dari sini sebelum terlambat!" kata Alicia dengan suara lemah, tapi tegas."Hahaha ... kalian semua tidak ada yang bisa keluar dari sini!" teriak satu dari dua pria tadi.Pria itu, menodongkan senjata api ke arah Ryan da
Beberapa hari kemudian.Dalam ruangan yang cukup luas dan gelap, sebuah altar besar terlihat berdiri di tengah ruangan dengan api ungu yang menyala di atasnya. Di sekeliling altar, terdapat lingkaran ungu yang ditempati oleh tiga pria dewasa, mereka memakai jubah putih bergaris hitam dan membawa tongkat dengan bentuk aneh yang dihiasi dengan kristal merah dan biru.Di sudut ruangan, ada dua gadis yang saling berpelukan. Satu diantara mereka dengan wajah menangis, sementara yang satu menenangkan.Gadis pertama memiliki rambut cokelat kehitaman dan bibir tebal, sedangkan gadis kedua memiliki rambut pirang pendek dan mata hijau cerah. Keduanya mengenakan pakaian putih dengan kain tipis yang melambai-lambai terkena angin yang berhembus dari celah-celah jendela."Lepaskan aku, lepaskan aku!" desah gadis cokelat sambil menangis dan berusaha melepaskan diri dari genggaman pria yang mengikutinya dari belakang."Tidak perlu takut, kita hanya akan melakukan pertukaran jiwa saja," terang pria it
Setelah semua permasalahan yang rumit dan kompleks terselesaikan, Ryan berniat mewujudkan impiannya untuk pensiun meskipun saat ini ia masih muda. Tapi urusan perusahaan keluarga Herlambang sudah ia serahkan kepada orang-orang pilihan yang dipercayainya, jadi ia bisa lebih santai menikmati hidupnya dengan memantau perkembangan perusahaan hanya lewat email saja.Pria itu juga memimpin kelompok Pluto sebagaimana peran yang seharusnya, dan rencana terdekatnya adalah menikah dengan Alicia. meskipun sadar jika Alicia adalah orang yang memiliki darah sama dengannya karena lahir dari rahim yang sama, tapi Ryan merasa bahwa dirinya ini adalah orang lain yang kebetulan terperangkap dalam tubuh kakak dari Alicia. Dan ia ingin menghabiskan sisa umurnya bersama gadis tersebut, meskipun ia sendiri tidak yakin jika Alicia akan setuju dengan keputusannya itu.Ryan duduk di teras rumahnya sambil menatap jauh ke depan. Hari itu ia memutuskan untuk menjalankan rencananya, meskipun ia tahu itu akan menja
Beberapa hari kemudian, Ryan dan Alicia akhirnya memiliki rencana yang matang untuk mengalahkan musuh-musuh mereka. Mereka merencanakan serangan mendadak ke markas kelompok yang ingin merebut kekuasaan, dan mereka yakin bahwa itu akan berhasil.Ryan dan Alicia duduk di sebuah kafe kecil di sudut kota, guna menghindari perhatian orang lain - di mana mereka sengaja bertemu secara diam-diam untuk membicarakan rencana ini. Mereka sedang merancang strategi dan merencanakan serangan mendadak ke markas musuh mereka, jadi tidak ingin didengar oleh siapapun termasuk para asisten supaya menghindari mata-mata yang kemungkinan besar tetap ada di antara orang-orang terdekat."Mereka pasti akan siap untuk serangan kita," bisik Ryan sambil memicingkan matanya pada menu kafe di hadapannya - agar tidak terlalu tentara saat berbicara."Tentu saja mereka akan siap," sahut Alicia, "Tapi kita punya keunggulan. Kita sudah mengetahui rencana mereka, dan kita bisa memanfaatkan kelemahan-kelemahan mereka untu
Ryan akhirnya memutuskan untuk pergi sendiri ke tempat persembunyian yang disebutkan oleh orang misterius tersebut - yang menghubunginya lewat telepon. Setibanya di sana, pria itu langsung menyelidiki sekitar dan mendapatkan informasi penting yang bisa digunakan untuk mengalahkan orang-orang yang merupakan musuh-musuh keluarga Herlambang dan menggulingkan Ryanoir dari kursi pewaris tunggal.Namun, di tengah-tengah penyelidikannya, Ryan bertemu dengan sosok yang tidak ia duga. Sosok itu adalah Alicia, gadis yang kini bekerja di perusahaan Herlambang miliknya.Namun, kali ini perspektif Ryan terhadap gadis tersebut telah berubah. Dia tidak lagi memandang Alicia sebagai musuh atau bukan lawan. Sebaliknya, Ryan mulai melihat gadis itu sebagai seseorang yang dapat dipercaya dan menjadi sekutunya dalam melawan kelompok yang ingin menaklukkan dunia bawah."Aku tidak tahu bahwa kamu akan datang ke sini, Ryan," kata Alicia dengan wajah yang menggambarkan rasa terkejut dan lega.Ryan hanya ters
Dengan terus mendengarkan pembicaraan Alicia dengan seseorang melalui telepon, Ryan memikirkan dugaan-dugaan sementara yang sedang ia pikirkan untuk kesimpulan penyelidikannya."Apa?" Ryan terkejut saat pengakuan Alicia, tentang hubungannya dengan Selly - istri Ryanoir yang sudah dihukum dengan cara yang menyedihkan hingga meninggal dunia.Ryan terdiam, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya lewat alat sadapnya. Ia berusaha menekan perasaan kekecewaannya karena ia sudah sempat terlena pada pesona gadis itu."Apakah Selly benar-benar terkait dengan penyelidikanku tentang Alicia? Mereka masih ada hubungan darah, dan apa tadi ... adiknya Selly?" Ryan berpikir keras, mencari tahu apakah ada kaitannya dengan kasus kelompok Pluto di masa lalu - yang nyatanya melibatkan keluarga Herlambang.Pria itu merasa terbebani dengan pengetahuan yang baru ia ketahui. Ia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa Alicia, gadis yang sudah membuat hatinya terpesona, memiliki hubungan dengan keluarga
"Emh, Ryan. Aku ingin kerja di perusahaan Herlambang. Apakah kamu bisa menerima aku sebagai karyawan kamu?""Kerja di perusahaan Herlambang?" tanya Ryan terkejut.Tiba-tiba saja, Alicia pengajukan pertanyaan yang tidak pernah disangka-sangka Ryan. Itulah sebabnya Ryan semakin curiga jika gadis itu memiliki maksud tertentu supaya bisa masuk dalam lingkungan perusahaan, agar pergerakannya lebih mudah dan cepat - menurut Ryan.Ryan tidak bisa menyembunyikan keheranan pada wajahnya atas permintaan Alicia. Ia bertanya-tanya kenapa gadis itu meminta pekerjaan di perusahaannya, dan bagaimana hal itu akan mempengaruhi penyelidikan yang sedang ia lakukan."Apa alasannya? Kamu sudah mendengar hal-hal buruk tentang perusahaan itu, kan?" Ryan mencoba mencari alasan untuk tidak menerima gadis itu bekerja di perusahaan keluarga Herlambang."Iya, aku tahu tentang banyak kasus yang terjadi, selain perampokan yang melibatkan teman pengacara keluarga Herlambang. Tapi, hal itu bukanlah masalahku. Aku mu
Sayangnya, Ryan tidak bisa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada di otaknya lewat internet - setelah beberapa kali mencoba mencari. Nyatanya, Alicia tidak memiliki profil lengkap sehingga Ryan harus bekerja lebih keras untuk mencari tahu identitas asli Alicia. Gusar dan kesal, akhirnya Ryan memutuskan untuk memasang penyadap pada Alicia. Alat sadap mini, yang dulu pernah ia pasang pada sepupunya Selly. Alat sadap yang berukuran sangat kecil sehingga tidak disadari keberadaannya oleh orang yang menjadi targetnya."Ok, aku akan memasang penyadap pada ponselnya ... atau anggota tubuhnya saja.. Dengan begitu, aku bisa mendapatkan informasi yang diperlukan untuk mengungkap siapa sebenarnya Alicia," gumam Ryan dalam hati.Ryan segera mengoperasikan - mendesain dan memproduksi penyadap tersebut dan bersiap untuk memulai misi pencariannya. Dia tidak sabar untuk mengungkap identitas sebenarnya dari gadis yang telah mencuri hatinya itu, meskipun juga mencurigakan karena mengetahu
Ryan cepat-cepat berlari kembali ke ruangan sebelah dan berhenti di depan tempat duduk Alicia. Ia berharap belum terlambat untuk meminta maaf pada gadis itu."Maaf, sudah menunggu lama sekali," kata Ryan ketika ia duduk kembali di samping Alicia. "Maaf, tadi ada urusan yang terpaksa aku lakukan," imbuhnya kemudian."Ah, tidak masalah." Alicia menjawab dengan senyumannya yang manis.Ryan merasa malu karena membuat Alicia harus menunggunya selama itu. Namun, ia tetap berusaha untuk tenang dan melanjutkan pembicaraan yang sempat ditunda.Alicia sendiri tidak pernah menyangka jika Ryan memiliki posisi yang sangat penting di perusahaan Herlambang ini. Gadis itu memang belum sepenuhnya tahu bahwa Ryan adalah Tuan Muda Ryanoir."Aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu," celetuk Alicia yang membuat Ryan mengerutkan keningnya."Hm, apa?" tanya Ryan ingin tahu apa yang ingin diketahui oleh gadis itu."Apakah k-amu, emh ... maksudku, Anda ... adalah Tuan Muda Ryanoir?" Akhirnya, gadis itu mengajuk