Ryan terus memperhatikan gerak-gerik pamannya dengan mata awas, mencari petunjuk tentang apa yang sebenarnya diinginkan oleh pamannya Ryanoir tersebut. Namun, pamannya hanya tertawa dan menyebut Ryan sebagai pemikir yang cerdas."Jadi, kau maju pesat juga. Aku pikir ..." pamannya Ryanoir tidak melanjutkan kalimatnya, tapi memperhatikan keponakannya yang memang jauh berbeda sejak terakhir kali bertemu."Jadi, apa maksud paman datang ke rumahku ini?" tanya Ryan, mencoba untuk mencari dan mendapatkan jawaban dari pamannya Ryanoir itu.Pamannya Ryanoir hanya tersenyum, lalu mengeluarkan selembar kertas dari dalam sakunya tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Ryan pun melirik kertas tersebut dan memperhatikannya dengan seksama. Ternyata itu adalah sebuah dokumen resmi dari pihak kepolisian yang menunjukkan bahwa Ryan telah menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan.Ini sama seperti yang tadi disebutkan oleh Adam, pengacara keluarga yang sudah memberikannya kabar.Ryan marah. Dia yakin ada yang
Ryan dengan cepat menyembunyikan rasa kagetnya. Apa yang ia ketahui tentang organisasi rahasia tersebut bukanlah rumor yang berkembang di kalangan elit dunia saja, namun Ryan tahu betul bahwa kekuatan dan pengaruh organisasi tersebut sangatlah besar karena ia adalah salah satu dari mereka.'Apakah pamannya Ryanoir adalah satu dari dua belas itu?' tanya Ryan dalam hati, meskipun raut wajahnya tetap tenang.Ryan sangat handal dalam mengolah perasaan sehingga apa yang ada di dalam hatinya tidak tampak dari aura wajahnya.Puk!"Jadi, Ryanoir. Bagaimana?" tanya sang paman - menepuk pundak Ryan."Jadi ..." Ryan pura-pura tidak paham.Pamannya Ryanoir tersenyum tipis, sepertinya ia tidak percaya dengan alasan yang diberikan oleh keponakannya itu. Namun, dia tidak mempermasalahkannya dan tetap melanjutkan rencananya."Baiklah, Ryanoir. Paman akan mengirimkan seseorang yang memiliki kemampuan khusus untuk membantumu. Kamu akan belajar dan bekerja sama dengan dia dalam mencari bukti-bukti yang m
Setelah pamannya Ryanoir pergi dari rumahnya, Ryan memegang kertas yang diberikan pamannya dengan erat. Dia menghela nafas dan mencoba menenangkan diri. Siapa pun orang yang akan berkunjung dan menemuinya, dia harus tetap waspada. Dia tidak tahu siapa yang akan dipertemukan dengannya, tapi dia harus siap.Tiba-tiba - sebelum Ryan masuk ke dalam rumah, seorang wanita muda berambut pirang datang dari arah belakang Ryan dengan tangan terulur ke arahnya."Hai!" seru Ryan, saat tangan wanita itu hampir menyentuh pundaknya."Eh, maaf. Aku ..."Wanita itu justru terkejut karena tidak menyangka jika reflek gerak Ryan seperti sudah terlatih secara sempurna."Siapa kamu? Dan bagaimana kamu bisa masuk?" cecar Ryan, menyelidik.Wanita itu akhirnya memperkenalkan dirinya sendiri dengan nama Lusi, orang yang akan membantunya dalam menjalankan tugas dari sang paman.Ryan merasa sedikit lega, tapi tetap saja ia harus waspada karena meskipun ternyata orang yang diutus pamannya adalah seorang wanita, ta
"Bagaimana kamu yang seorang wanita memiliki pekerjaan seperti ini?" Ryan, berusaha berbincang dengan Lusi.Saat ini, Lusi dan Ryan sedang memantau gedung perkantoran - yang menjadi target mereka, dari jauh. Mencari tahu posisi target dan pola gerak yang ada, sesuai dengan petunjuk yang telah disediakan oleh alat canggih mereka."Apakah wanita tidak boleh bekerja seperti ini?" Lusi, justru membalikkan pertanyaan pada Ryan."Eh, bukan begitu maksudku." Ryan merasa canggung karena seperti ditodong."Sudahlah, lebih baik kita berkonsentrasi."Lusi menyudahi perdebatan mereka, meminta Ryan untuk fokus pada kegiatan mereka saat ini. Wanita itu tidak mau jika apa yang menjadi tugasnya tidak selesai, apalagi mengajari Ryanoir yang tidak tahu apa-apa.Setelah memastikan lokasi target, Lusi mengajak Ryan untuk masuk ke gedung yang mereka targetkan dengan menggunakan strategi yang sudah disusun sebelumnya.Lusi adalah wanita yang cukup cantik dan seksi - mencoba mengalihkan perhatian petugas ke
Beberapa langkah sebelum sampai di tempat Lusi berada, Ryan melihat sekelebat bayangan yang mengikutinya. Dan Ryan yakin jika itu adalah mata-mata yang diutus pamannya untuk memantau dirinya dan juga Lusi. Tapi ia pura-pura tidak tahu dan terus melangkah dengan tenang menuju ke tujuan.Setelah beberapa menit, Ryan akhirnya sampai di tempat Lusi berada. Di tempat itu, Ryan melihat Lusi sedang asyik membolak-balik benda kecil yang tadi berhasil mereka ambil."Tadi ada orang yang mengikutiku" kata Ryan dengan wajah serius, begitu tiba di depannya Lusi berada."Siapa? T-api, kamu yakin jika orang itu memang mau mengikutimu?" tanya Lusi mengernyitkan dahinya."Entahlah," jawab Ryan acuh.Wanita itu cukup heran dengan sikap Ryan yang cepat sekali berubah-ubah. Kadangkala, Lusi melihat jika Ryan seperti orang yang tidak tahu apa-apa. Tapi di waktu lainnya, Ryan terlihat sangat peka dan tanggap dalam keadaan yang tidak biasa.Menurut Lusi, ada sesuatu yang memang disembunyikan oleh "Tuan Muda
"Sial!" umpat Ryan.Gerakan tangan Ryan yang terlatih - di masa lalunya, terbawa pada kehidupannya yang sekarang. Ia cepat melempar pisau lipat miliknya ke arah sasaran, sesuai dengan insting yang dirasakannya.Dan tak lama kemudian, terdengar suara orang yang menjerit kesakitan akibat terkena lemparan pisau lipat kecil milik Ryan.Sebenarnya, Ryan terkejut melihat Lusi terjatuh setelah bunyi tembakan sehingga ia langsung menyadari bahwa mereka berada dalam bahaya yang sangat besar."Pasti masih ada yang lain!" gumamnya dengan tatapan awas memeriksa kondisi sekelilingnya.Sekarang, Ryan berusaha mencari tempat untuk bersembunyi tanpa peduli dengan Lusi karena dalam keadaan seperti sekarang - keselamatan diri sendiri lebih penting.Dengan pandangan tajam yang waspada, Pria itu memperhatikan sekitarnya untuk memastikan bahwa tidak ada mata-mata atau yang lainnya - yang mengikutinya lagi."Ternyata setiap gerak-gerik Lusi diawasi. Tapi, apakah itu juga atas perintah pamannya Ryanoir?" tan
"Selly! Emily!"Ryan berteriak memanggil dua wanita yang menjadi tawanannya di rumah besar Ryanoir ini. Ia baru saja pulang dan saat ini sudah pukul 02.15 dini hari."Kalian tidak muncul satu menit, habis!" ancam Ryan, sambil menjatuhkan dirinya di sofa ruang tengah."I-ya ... kami datang."Tak lama kemudian, Selly dan ibunya datang dengan wajah khas orang bangun tidur. Mereka berdua memang tidur di kamar yang sama, karena Ryan tidak mengijinkan mereka menempati kamar masing-masing - yang menjadi kamar mereka, dulunya.Dua wanita itu diperlukan seperti pembantu, sehingga tidur di kamar kecil dekat dengan area dapur yang dulu memang ditempati oleh pembantu."Siapkan makan untukku, juga air hangat untuk mandi. Cepat!" Ryan berteriak memberikan perintah.Tanpa menunggu diperintah dua kali, dua wanita itu segera melakukan semua perintah tersebut. Mereka tidak mau jika Ryan marah, dan imbasnya adalah - mereka akan mendapatkan
"Dengan begini, aku bisa mengendalikan situasi di rumah ini."Ryan berada di dalam kamarnya yang besar mewah, kamar yang dulu digunakan sebagai kamar pribadi Emily dan tidak digunakannya bersama Selly. Ia sedang memasang beberapa perangkat elektronik rancangannya sendiri untuk memata-matai semua orang di rumah besar Ryanoir ini.Pria itu tidak bisa mengambil risiko lagi, terutama setelah beberapa kejadian yang hampir saja membuatnya dalam situasi yang sulit."Aku pastikan segala sesuatunya ada di dalam kendaliku!" gumamnya tegas.Sambil merancang alat rancangannya, Ryan juga berpikir untuk rencananya. Ia menyusun strategi balas dendam yang akan dilakukan pada "ketua" yang sudah menjebaknya.Hal ini sangat penting baginya, sebab ia baru mengetahui musuhnya dengan baik setelah mati sebagai "Ryan" dan kini ada kesempatan bisa kembali mengetahui setiap langkah yang akan diambil oleh kelompoknya.Ryan tahu bahwa hal itu adalah pekerja
Tapi Ryan tidak ingin mendengarkan perintah Alicia, dia ingin menyelamatkan mereka semua dari situasi ini. Dia mengambil tongkat ajaib dan berdiri di dekat altar. Dengan nafas terengah-engah, dia mencoba mengucapkan mantra yang tepat untuk mengakhiri ritual.Tangan Ryan bergetar, ketika dia mencoba mengucapkan kata-kata mantra tapi sayangnya otaknya tidak bisa berkonsentrasi sehingga salah ucap. Tubuhnya mulai terasa lelah dan pusing, tapi dia tidak ingin menyerah. Dia mengulang mantra itu berkali-kali, sampai tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan cahaya matahari menyinari seluruh ruangan.Ryan melihat ke arah pintu dan terkejut melihat kehadiran dua orang berpakaian serba hitam dan memakai topeng, yang pastinya bukan teman melainkan lawan."R-yan, cepat, cepatlah keluar dari sini sebelum terlambat!" kata Alicia dengan suara lemah, tapi tegas."Hahaha ... kalian semua tidak ada yang bisa keluar dari sini!" teriak satu dari dua pria tadi.Pria itu, menodongkan senjata api ke arah Ryan da
Beberapa hari kemudian.Dalam ruangan yang cukup luas dan gelap, sebuah altar besar terlihat berdiri di tengah ruangan dengan api ungu yang menyala di atasnya. Di sekeliling altar, terdapat lingkaran ungu yang ditempati oleh tiga pria dewasa, mereka memakai jubah putih bergaris hitam dan membawa tongkat dengan bentuk aneh yang dihiasi dengan kristal merah dan biru.Di sudut ruangan, ada dua gadis yang saling berpelukan. Satu diantara mereka dengan wajah menangis, sementara yang satu menenangkan.Gadis pertama memiliki rambut cokelat kehitaman dan bibir tebal, sedangkan gadis kedua memiliki rambut pirang pendek dan mata hijau cerah. Keduanya mengenakan pakaian putih dengan kain tipis yang melambai-lambai terkena angin yang berhembus dari celah-celah jendela."Lepaskan aku, lepaskan aku!" desah gadis cokelat sambil menangis dan berusaha melepaskan diri dari genggaman pria yang mengikutinya dari belakang."Tidak perlu takut, kita hanya akan melakukan pertukaran jiwa saja," terang pria it
Setelah semua permasalahan yang rumit dan kompleks terselesaikan, Ryan berniat mewujudkan impiannya untuk pensiun meskipun saat ini ia masih muda. Tapi urusan perusahaan keluarga Herlambang sudah ia serahkan kepada orang-orang pilihan yang dipercayainya, jadi ia bisa lebih santai menikmati hidupnya dengan memantau perkembangan perusahaan hanya lewat email saja.Pria itu juga memimpin kelompok Pluto sebagaimana peran yang seharusnya, dan rencana terdekatnya adalah menikah dengan Alicia. meskipun sadar jika Alicia adalah orang yang memiliki darah sama dengannya karena lahir dari rahim yang sama, tapi Ryan merasa bahwa dirinya ini adalah orang lain yang kebetulan terperangkap dalam tubuh kakak dari Alicia. Dan ia ingin menghabiskan sisa umurnya bersama gadis tersebut, meskipun ia sendiri tidak yakin jika Alicia akan setuju dengan keputusannya itu.Ryan duduk di teras rumahnya sambil menatap jauh ke depan. Hari itu ia memutuskan untuk menjalankan rencananya, meskipun ia tahu itu akan menja
Beberapa hari kemudian, Ryan dan Alicia akhirnya memiliki rencana yang matang untuk mengalahkan musuh-musuh mereka. Mereka merencanakan serangan mendadak ke markas kelompok yang ingin merebut kekuasaan, dan mereka yakin bahwa itu akan berhasil.Ryan dan Alicia duduk di sebuah kafe kecil di sudut kota, guna menghindari perhatian orang lain - di mana mereka sengaja bertemu secara diam-diam untuk membicarakan rencana ini. Mereka sedang merancang strategi dan merencanakan serangan mendadak ke markas musuh mereka, jadi tidak ingin didengar oleh siapapun termasuk para asisten supaya menghindari mata-mata yang kemungkinan besar tetap ada di antara orang-orang terdekat."Mereka pasti akan siap untuk serangan kita," bisik Ryan sambil memicingkan matanya pada menu kafe di hadapannya - agar tidak terlalu tentara saat berbicara."Tentu saja mereka akan siap," sahut Alicia, "Tapi kita punya keunggulan. Kita sudah mengetahui rencana mereka, dan kita bisa memanfaatkan kelemahan-kelemahan mereka untu
Ryan akhirnya memutuskan untuk pergi sendiri ke tempat persembunyian yang disebutkan oleh orang misterius tersebut - yang menghubunginya lewat telepon. Setibanya di sana, pria itu langsung menyelidiki sekitar dan mendapatkan informasi penting yang bisa digunakan untuk mengalahkan orang-orang yang merupakan musuh-musuh keluarga Herlambang dan menggulingkan Ryanoir dari kursi pewaris tunggal.Namun, di tengah-tengah penyelidikannya, Ryan bertemu dengan sosok yang tidak ia duga. Sosok itu adalah Alicia, gadis yang kini bekerja di perusahaan Herlambang miliknya.Namun, kali ini perspektif Ryan terhadap gadis tersebut telah berubah. Dia tidak lagi memandang Alicia sebagai musuh atau bukan lawan. Sebaliknya, Ryan mulai melihat gadis itu sebagai seseorang yang dapat dipercaya dan menjadi sekutunya dalam melawan kelompok yang ingin menaklukkan dunia bawah."Aku tidak tahu bahwa kamu akan datang ke sini, Ryan," kata Alicia dengan wajah yang menggambarkan rasa terkejut dan lega.Ryan hanya ters
Dengan terus mendengarkan pembicaraan Alicia dengan seseorang melalui telepon, Ryan memikirkan dugaan-dugaan sementara yang sedang ia pikirkan untuk kesimpulan penyelidikannya."Apa?" Ryan terkejut saat pengakuan Alicia, tentang hubungannya dengan Selly - istri Ryanoir yang sudah dihukum dengan cara yang menyedihkan hingga meninggal dunia.Ryan terdiam, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya lewat alat sadapnya. Ia berusaha menekan perasaan kekecewaannya karena ia sudah sempat terlena pada pesona gadis itu."Apakah Selly benar-benar terkait dengan penyelidikanku tentang Alicia? Mereka masih ada hubungan darah, dan apa tadi ... adiknya Selly?" Ryan berpikir keras, mencari tahu apakah ada kaitannya dengan kasus kelompok Pluto di masa lalu - yang nyatanya melibatkan keluarga Herlambang.Pria itu merasa terbebani dengan pengetahuan yang baru ia ketahui. Ia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa Alicia, gadis yang sudah membuat hatinya terpesona, memiliki hubungan dengan keluarga
"Emh, Ryan. Aku ingin kerja di perusahaan Herlambang. Apakah kamu bisa menerima aku sebagai karyawan kamu?""Kerja di perusahaan Herlambang?" tanya Ryan terkejut.Tiba-tiba saja, Alicia pengajukan pertanyaan yang tidak pernah disangka-sangka Ryan. Itulah sebabnya Ryan semakin curiga jika gadis itu memiliki maksud tertentu supaya bisa masuk dalam lingkungan perusahaan, agar pergerakannya lebih mudah dan cepat - menurut Ryan.Ryan tidak bisa menyembunyikan keheranan pada wajahnya atas permintaan Alicia. Ia bertanya-tanya kenapa gadis itu meminta pekerjaan di perusahaannya, dan bagaimana hal itu akan mempengaruhi penyelidikan yang sedang ia lakukan."Apa alasannya? Kamu sudah mendengar hal-hal buruk tentang perusahaan itu, kan?" Ryan mencoba mencari alasan untuk tidak menerima gadis itu bekerja di perusahaan keluarga Herlambang."Iya, aku tahu tentang banyak kasus yang terjadi, selain perampokan yang melibatkan teman pengacara keluarga Herlambang. Tapi, hal itu bukanlah masalahku. Aku mu
Sayangnya, Ryan tidak bisa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada di otaknya lewat internet - setelah beberapa kali mencoba mencari. Nyatanya, Alicia tidak memiliki profil lengkap sehingga Ryan harus bekerja lebih keras untuk mencari tahu identitas asli Alicia. Gusar dan kesal, akhirnya Ryan memutuskan untuk memasang penyadap pada Alicia. Alat sadap mini, yang dulu pernah ia pasang pada sepupunya Selly. Alat sadap yang berukuran sangat kecil sehingga tidak disadari keberadaannya oleh orang yang menjadi targetnya."Ok, aku akan memasang penyadap pada ponselnya ... atau anggota tubuhnya saja.. Dengan begitu, aku bisa mendapatkan informasi yang diperlukan untuk mengungkap siapa sebenarnya Alicia," gumam Ryan dalam hati.Ryan segera mengoperasikan - mendesain dan memproduksi penyadap tersebut dan bersiap untuk memulai misi pencariannya. Dia tidak sabar untuk mengungkap identitas sebenarnya dari gadis yang telah mencuri hatinya itu, meskipun juga mencurigakan karena mengetahu
Ryan cepat-cepat berlari kembali ke ruangan sebelah dan berhenti di depan tempat duduk Alicia. Ia berharap belum terlambat untuk meminta maaf pada gadis itu."Maaf, sudah menunggu lama sekali," kata Ryan ketika ia duduk kembali di samping Alicia. "Maaf, tadi ada urusan yang terpaksa aku lakukan," imbuhnya kemudian."Ah, tidak masalah." Alicia menjawab dengan senyumannya yang manis.Ryan merasa malu karena membuat Alicia harus menunggunya selama itu. Namun, ia tetap berusaha untuk tenang dan melanjutkan pembicaraan yang sempat ditunda.Alicia sendiri tidak pernah menyangka jika Ryan memiliki posisi yang sangat penting di perusahaan Herlambang ini. Gadis itu memang belum sepenuhnya tahu bahwa Ryan adalah Tuan Muda Ryanoir."Aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu," celetuk Alicia yang membuat Ryan mengerutkan keningnya."Hm, apa?" tanya Ryan ingin tahu apa yang ingin diketahui oleh gadis itu."Apakah k-amu, emh ... maksudku, Anda ... adalah Tuan Muda Ryanoir?" Akhirnya, gadis itu mengajuk