Satu minggu berlalu, seorang prajurit datang dan menghadap ke Kainer dengan tergesa-gesa. "Yang Mulia, saya datang untuk melapor!" seru prajurit itu dengan napas tidak teratur. Ia terlihat begitu kelelahan."Ada apa?""Saya adalah salah satu prajurit yang mengantar Pangeran Xarion menuju ke tempat pengasingan. Kami diserang oleh kaum bar-bar. Semua prajurit tewas, Pangeran Xarion dibawa oleh mereka. Saya adalah satu-satunya yang bisa melarikan diri." Prajurit itu menjelaskan pada Kainer. "Di mana kalian diserang?" "Gunung Taven.""Segera pergi bersama pasukan untuk pergi ke Gunung Taven!" Kainer memberi perintah pada Torian."Baik, Yang Mulia."Membutuhkan waktu lebih dari empat hari untuk sampai ke gunung Taven, tapi dengan perjalanan tanpa istirahat, perjalanan bisa menjadi lebih cepat. Itu hanya akan memakan waktu sekitar dua hari. "Kau bisa pergi!" Kainer memerintahkan prajurit yang datang melapor padanya tadi. "Baik, Yang Mulia." Prajurit itu segera berdiri lalu kemudian und
Surat dari Xarion telah diterima oleh kakek Xarion. Pria tua itu segera menemui Xylia untuk menunjukan isi surat itu. Lalu setelahnya ia dan Xylia pergi menemui Kainer.Saat Kainer membaca surat dari Xarion, wajah pria itu tidak terlihat baik. Ia bisa memberikan uang pda kaum bar-bar agar membebaskan Xarion, tapi untuk desa Taranto, itu benar-benar sulit.Desa Taranto merupakan desa yang makmur, tanah desa itu sangat subur. Apapun yang ditanam akan mendapatkan hasil yang melimpah.Sebagian besar pangan di Celestria didapatkan dari desa Taranto. Dan jika desa itu diserahkan pada kaum bar-bar maka Celestria akan kekurangan pangan selama beberapa waktu ke depan.Tidak bisa, Kainer tidak bisa membuat ribuan rakyatnya menderita hanya untuk membebaskan Xarion."Yang Mulia, kita hanya memiliki waktu dua minggu. Serahkan apa yang diminta oleh kaum bar-bar agar Pangeran Xarion bisa diselamatkan," seru Dizon.Kainer meremas surat itu dengan kuat, tatapannya sekarang benar-benar menyeramkan. Kau
Satu! Pemimpin kelompok mengangkat tangannya untuk menebas kepala Xarion."Tunggu!" Lysire segera menghentikan."Yang Mulia Ratu, apa yang ingin kau lakukan?" Kainer menatap Lysire seksama."Tuan, saya sangat mencintai Pangeran Xarion. Nyawa Pangeran Xarion lebih berharga dari nyawa saya sendiri. Bebaskan dia, saya bersedia ditukar dengan Pangeran Xarion."Kata-kata yang diucapkan oleh Lysire bukan hanya mengejutkan Kainer, tapi semua orang. Xarion sendiri bahkan tidak yakin dengan apa yang ia dengar."Pangeran Xarion, hubungan seperti apa yang kau miliki dengan Ratu?" tanya pemimpin kelompok itu penasaran."Yang Mulia Ratu adalah mantan pacarku. Dia dipaksa menikah dengan Raja atas perintah raja.""Ah, seperti itu. Jadi, kisah cinta kalian sangat tragis." Pria itu tertawa pelan."Ratuku, apa yang kau katakan?" Kainer merasa terkhianati. Bukankah sebelumnya Lysire berkata bahwa ia sangat membenci Xarion? Lalu kenapa hari ini tiba-tiba berkata seperti ini.Lysire melihat ke arah Kainer
Lysire akhirnya sadarkan diri, wanita itu masih merasakan sakit di perutnya."Ratuku." Kainer segera bersuara saat Lysire membuka matanya."Yang Mulia." Lysire bersuara lemah, ia telah kehilangan tenaganya."Apakah kau merasa tidak nyaman?"Lysire menganggukan kepalanya. "Perutku sakit.""Tabib!"Tabib segera masuk ke dalam. Ia segera memeriksa keadaan Lysire."Perutku sakit.""Itu adalah hal yang normal Anda rasakan setelah Anda mengalami keguguran, Yang Mulia. Dalam beberapa hari itu akan membaik. Saya akan memberikan Anda obat agar rasa sakitnya berkurang.""Apa tadi yang kau katakan? Keguguran?""Benar, Yang Mulia. Anda mengalami keguguran. Dari pemeriksaan saya, usia kandungan Anda saat keguguran adalah delapan minggu."Tubuh Lysire membeku. Tangannya bergerak menyentuh perutnya. Air matanya tiba-tiba saja jatuh. Ia tidak menyadari sama sekali tentang kehamilannya. Dan sekarang ia telah kehilangan janin yang telah ia tunggu kehadirannya setiap bulan."Tinggalkan ruangan ini!" ser
Setelah dua minggu, Kainer dan Lysire beserta rombongannya meninggalkan Desa Taranto. Sementara Xylia dan Dizon telah pergi lebih dahulu setelah melihat Xarion melanjutkan perjalanan menuju ke tempat pengasingan.Perjalanan menuju ke istana tidak tergesa-gesa, Kainer dan rombongannya beberapa kali istirahat, seperti malam ini, mereka membangun tenda di tengah hutan.Malam ini dingin, tapi Lysire berdiri di luar tenda sembari menatap ke langit. Sejak mengalami keguguran, Lysire menjadi sedikit murung. Beberapa kali ia masih menyalahkan dirinya sendiri karena tidak menyadari kehadiran calon anaknya dan Kainer.Kainer memakaikan jubah yang disulam oleh Lysire untuknya ke tubuh Lysire. "Ratuku."Lysire keluar dari lamunannya. Ia memiringkan wajahnya lalu tersenyum pada Kainer. "Ya, Yang Mulia.""Apa yang sedang kau lamunkan?""Tidak ada, Yang Mulia." Lysire tidak ingin menunjukan kesedihannya yang berlarut-larut pada Kainer karena mungkin suaminya akan mengkhawatirkannya."Apakah kau lela
Setelah kembali dari pusat kota, Lysire segera membersihkan tubuhnya. Ia pergi ke dapur istana untuk membuatkan hidangan makan malam untuk suaminya.Kainer kembali sebelum jam makan malam, pria itu tidak menemukan istrinya jadi ia bertanya pada pelayan. Saat tahu istrinya berada di dapur istana, Kainer segera membersihkan tubuhnya lalu kemudian menyusul istrinya ke dapur.Ini adalah pertama kalinya Kainer memasuki dapur. Biasanya ia hanya akan meminta pada pelayan untuk menyiapkan makanan kesukaan Lysire.Semua juru masak dan pelayan yang ada di sana menundukan kepala mereka kemudian memberikan salam pada Kainer.Lysire yang sedang mencicipi makanan segera melihat ke arah suaminy. Bibirnya membentuk senyuman.Kainer mendekati Lysire. "Apa yang sedang kau masak, Ratuku?""Sup ikan untukmu." Lysire kemudian mengambil sedikit dan mengarahkan sendok ke mulut Kainer untun dicicipi.Kainer membuka mulutnya, memakan masakan istrinya."Bagaimana rasanya?""Sup buatanmu adalah yang paling enak
Pagi ini Lysire telah mendapatkan ibu susu dan pengasuh bayi untuk Gavriel. Ia juga telah memerintahkan pelayan untuk menyiapkan kamar bagi Gavriel.Sementara Lysire sibuk dengan Gavriel, Kainer saat ini memanggil Isaac. Ia perlu membicarakan mengenai apa yang disebutkan oleh Lysire sebelumnya."Salam, Yang Mulia." Isaac memberi salam pada Kainer.Kainer bangkit dari tempat duduknya, ia berpindah menuju ke tempat duduk yang ada di dekat jendela.Isaac melangkah mendekati Kainer lalu duduk berhadapan dengan Kainer."Apa yang ingin Yang Mulia bicarakan denganku?" tanya Isaac."Bagaimana pendapatmu tentang Nona Alexandra putri Perdana Menteri?"Isaac mengerutkan keningnya. "Apakah Yang Mulia akan mengambil selir?" Ia pikir Kainer tidak akan pernah memikirkan wanita lain kecuali Lysire, tapi tampaknya ia salah."Tidak. Istriku hanya satu, hanya Lysire Savra.""Baiklah, lalu?""Lysire mengatakan bahwa Nona Alexandra cocok denganmu, jadi aku membicarakan ini denganmu.""Yang Mulia, apakah k
"Di mana Gavriel?" Kainer bertanya saat Lysire sudah tidak bersama Gavriel."Pengasuhnya membawanya untuk dimandikan lalu setelah itu tidur," balas Lysire.Kainer menarik Lysire ke dalam dekapannya. "Apakah kau ingin berjalan-jalan ke luar istana denganku malam ini?"Lysire mengangkat wajahnya, matanya berbinar antusias. "Ayo, Yang Mulia."Di kehidupan sebelumnya Lysire dan Kainer tidak pernah berkencan di luar istana. Kainer tidak pernah mengajak Lysire karena ia tahu bahwa Lysire tidak akan mau pergi bersamanya.Waktu berlalu, malam hari tiba. Kainer dan Lysire kini sudah berada di tengah-tengah kota yang selalu ramai entah itu siang atau malam hari. Mereka mengenakan pakaian biasa dengan Torian yang mengikuti dari belakang.Rakyat Celestria tidak terlalu sering melihat wajah Kainer dan Lysire, ditambah mereka tidak mengenakan mahkota mereka maka sulit untuk tahu bahwa raja dan ratu mereka ada di tengah mereka sekarang.Dua bangunan berbaris mengapit jalan. Lampu-lampu penerangan be