Jolie masih dibuat takjub oleh Bryan. Bahkan ketika mereka dalam perjalanan menuju rumah sakit, jantung Jolie masih berdebar-debar kencang tak keruan. Bahkan di balik sikap tenangnya, Jolie sembunyi-sembunyi melirik Bryan yang fokus menyetir di sebelahnya. Dia masih menganggap semuanya seperti mimpi. Sikap hangat Bryan, ciuman manis yang menggairahkan serta lamaran tulus yang Bryan ucapkan menggetarkan jiwa seorang Jolie.Jolie juga tak melupakan bagaimana mata tajam Bryan yang mengaku cemburu, seolah-olah Jolie miliknya yang mutlak. Jika bisa disimpan, Jolie ingin menangkupnya dalam satu genggaman. Namun, ada batu kerikil yang mengganjal hati mengenai perubahan sikap Bryan. Jolie merasa takut jika Bryan kembali seperti dulu di mana awal-awal kedekatan mereka.Bukankah Bryan begitu manis sampai Jolie percaya sepenuhnya?“Apa yang kau pikirkan?” Bryan sengaja memecahkan keheningan diantara mereka. “Sejak tadi kau terlihat memikirkan sesuatu. Apa kau ragu padaku?”Jolie hanya diam dan t
~ Beberapa hari kemudian ~Bryan telah melakukan pemeriksaan yang menyatakan bahwa dia bisa mendonorkan sumsum tulang belakang. Kondisi tubuhnya juga dinyatakan sehat. Namun, Bryan disarankan tetap menjaga kesehatan sampai operasi dilaksanakan.Kabar baik itu Jolie sampaikan secara langsung kepada Zoey. Bahwa putri cantiknya itu akan segera sembuh setelah menjalani operasi transplantasi sumsum tulang belakang. Jolie juga mengatakan jika Bryan yang memberikan sumsum tulang belakangnya kepada Zoey.Zoey sangat senang. Apalagi ketika Jolie memberi tahu bahwa Bryan adalah ayah kandungnya, Zoey tak habis-habisnya tersenyum bahagia. Sebab orang yang menyelamatkannya adalah ayah yang sangat dirindukan.Kabar bahagia itu juga Jolie beritahukan kepada orang tuanya. Mereka sangat bahagia, namun kemudian terkejut ketika Jolie memberi tahu Bryan adalah ayah kandung dari anak-anaknya.Hari itu adalah hari di mana Jolie dan Bryan datang ke rumah orang tuanya Jolie. Mereka datang di waktu makan sian
Deg! Jantung Bryan terasa sakit saat melihat sorot mata kepedihan Daroll, seperti tertusuk pisau dan merobek jantungnya. Pria tampan itu menatap mata Darrol penuh dengan rasa haru dan tekad. “Terima kasih, Tuan Darrol. Aku janji akan menjaga Jolie dengan sepenuh hati dan memberinya cinta sebesar-besarnya. Dia adalah harta berharga bagiku. Aku tidak akan mengulangi kebodohanku lagi—menyakiti Jolie.”Darrol mengangguk perlahan, ekspresinya berkecamuk pada kelegaan dan kekhawatiran. “Aku akan memisahkanmu dari Jolie beserta anak kalian jika kau mengingkari janji. Jagalah Jolie dengan baik dan jangan biarkan dia merasa sendirian. Anak beserta cucuku adalah jantung duniaku.”Bryan tersenyum tipis dalam keheningan yang menggantung. Dia dengan sengaja mengulurkan tangan guna berjabat tangan kepada Darrol. “Anda bisa membunuhku jika ingkar janji, Ayah Mertua.”Darrol berdecih sinis, sementara sorot matanya terang-terangan mengejek Bryan yang semakin percaya diri mengulas senyuman. Dia menyam
Perasaan Jolie cukup tenang ketika dalam perjalanan menuju rumah sakit. Hal itu karena dia tak lagi mencemaskan Jayden yang akan ditemani Bryan malam hari nanti. Putranya itu tidak akan lagi merasa sepi jika Jolie menjaga Zoey di rumah sakit. Selain itu Jayden dan Bryan bisa saling mengakrabkan diri tanpa kehadirannya. Namun, sayangnya, Jolie tak bisa menepis rasa penasaran yang menyapa jiwa.Jolie menoleh ke sisi kanan di mana Bryan sedang duduk di dalam mobil yang sama dengannya. Matanya yang tenang berusaha keras menyelami sikap Bryan. Pria tampan itu tiba-tiba saja tak banyak bicara setelah menjawab telepon. Dia hanya sekadar berbicara untuk membalas perkataan Jolie. Bahkan ketika bertemu sampai berpamitan dengan Jayden, Bryan masih bersikap sama seperti berusaha keras menyembunyikan sesuatu.“Bryan,” Jolie menyapa lembut. Tangannya dengan sengaja mengguncang lemah tangan Bryan demi menarik perhatian. “Apa ada masalah?” lanjutnya perhatian.Bryan yang tersentak tak menyadari telah
“Selamat datang, Tuan Bryan.”Senyuman tipis Bryan menanggapi Arne di rumah Jolie yang ramah menyambut kedatangannya. Pria tampan itu masuk ke dalam kediaman, matanya memindai ruangan depan sampai menjurus lebih ke dalam yang didominasi oleh keheningan.“Di mana Jayden?” tanya Bryan perhatian.“Tuan Jayden ada di kamarnya, Tuan. Apa Anda ingin saya memanggilnya?”“Tidak perlu. Biar aku saja yang menemuinya.” Bryan melarang cepat karena tak ingin mengusik Jayden.“Kami telah menyiapkan kamar tamu yang bisa Anda gunakan. Pakaian dan beberapa keperluan milik Anda yang diantar oleh Tuan Pete telah saya letakkan di kamar tamu,” jelas Arne dengan tutur penuh kesopanan.Bryan tidak langsung merespon karena merasa keberatan. Pikirannya dan perasaannya yang sedang dalam keadaan buruk membuat Bryan ingin menemukan sebuah hiburan. Jika dia setuju menempati kamar tamu itu, bisa dipastikan Bryan akan sendirian menata perasaannya yang berkecamuk.“Aku akan tidur di kamar Jayden saja.” Bryan menyata
Jolie menutup buku cerita yang baru saja dibaca setelah memastikan Zoey terlelap tidur. Dia meletakkan pelan-pelan ke meja nakas, berusaha tak menimbulkan suara apa pun yang takut mengganggu ketenangan Zoey tertidur. Wanita cantik itu tak lupa merapikan selimut Zoey.Jolie menatap kosong Zoey yang tertidur lelap. Dengan tangan gemetar, dia mengelus-elus kepala Zoey seringan mungkin seperti menyentuh jaring laba-laba. Namun, sentuhan itu tak bisa Jolie lanjutkan ketika mendapati beberapa helai rambut Zoey yang rontok. Matanya tak berkedip menatap rambut Zoey di telapak tangannya. Jiwanya telah sesak oleh perasaan sedih yang mendalam, sampai-sampai ingin menitihkan air mata.“Semoga operasi itu berjalan lancar. Zoey dan Bryan diberi keselamatan,” Jolie bergumam lemah sementara tangannya gemetaran menggenggam helaian rambut rontok Zoey.Cepat-cepat Jolie menepis segala kesedihan yang dinilai tak pantas diratapi. Dia sudah menemukan jalan keluar dari segala permasalahan. Selain itu, Jolie
Andreas berhasil mengguncang pikiran Jolie. Dengan tidak bertanggung jawabnya dia sepihak memutuskan sambungan telepon. Sengaja mengecohkan pikiran tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut yang pada akhirnya Jolie gelisah hampir semalaman.Jolie baru bisa memejamkan mata sekitar pukul empat pagi. Dia tidak cukup menikmati waktu tidurnya karena pukul tujuh pagi Zoey sudah terbangun dari tidurnya yang nyaman.“Good morning, Mom.”Bibir Jolie mengukir senyuman hangat kepada Zoey yang menyapa lembut. Wanita cantik itu menyingkirkan selimut dari tubuhnya, kemudian beranjak dari sofa yang dijadikan ranjang tidurnya.“Apa kau tidur nyenyak?” Jolie basa-basi bertanya ketika duduk pada kursi di sebelah ranjang Zoey.Zoey mengangguk lemah dalam posisi berbaring. Senyuman manis yang terukir di bibirnya memudar ketika memindai wajah Jolie dengan baik. “Mommy tidak tidur nyenyak?”“Mommy tidur dengan nyenyak. Buktinya Zoey bangun lebih dulu dibandingkan Mommy.”“Benarkah? Tapi kenapa mata Mommy se
Kantin rumah sakit dipilih untuk menjadi tempat berbicara. Bryan yang baru saja kembali dari mengambil pesanan telah duduk di hadapan Jolie, dia memberikan satu americano beserta sandwich untuk dinikmati Jolie.“Apa terjadi sesuatu pada Zoey malam tadi? Sampai kau kekurangan waktu tidur.” Bryan mengkritik dengan suara rendah.“Aku sudah katakan, tidurku cukup nyenyak.” Jolie membantah dengan suara rendah yang sama sembari menikmati singkat minumannya.“Kau bohong,” tukas Bryan.Jolie membeku ketika kembali dikritik. Rasanya ada duri yang menusuk hati ketika mengetahui bahwa Bryan lebih dulu berbohong pada dirinya. Sikap hangat dan perhatian Bryan seperti tembok dingin yang membatasi Jolie untuk tidak boleh mengenal lebih dalam segala hal tentang pria itu. Pria itu berkali-kali meminta Jolie percaya, tetapi dia pula yang tidak terbuka pada Jolie. “Matamu yang membengkak sudah membuktikan bahwa kau kurang tidur. Apa yang terjadi sampai kau kurang tidur?” Bryan dengan lembut membelai p
Jolie merebahkan tubuhnya setelah beberapa waktu lalu berendam dengan air hangat beraroma essence menenangkan. Kedua tangannya terentang, sementara matanya menatap kosong langit-langit kamar yang di dominasi warna putih.Sama seperti sebelumnya, pikiran Jolie masih dipenuhi oleh perkataan Jayden. Matanya sengaja terpejam ketika pikiran itu mengusik. Dia bisa saja dengan mudah menolak perkataan Jayden. Tetapi Jolie tak sampai hati memecahkan secercah harapan yang terukir pada putranya.“Mana mungkin aku ikut dengan anak-anak menemui dia. Sementara dia tidak ada niat bertatap muka denganku,” keluhnya yang kemudian mengembuskan napas kasar.“Lebih baik aku menanyakan jadwalnya dengan Pete agar anak-anak tidak kecewa nantinya. Dia kan orang yang sibuk,” lanjutnya yang kemudian bangkit dari posisinya.Ketika duduk di tepian ranjang, Jolie tak menunda keinginan mengambil handphone di meja nakas. Dia sudah yakin ingin menghubungi Pete. Namun tiba-tiba saja ada keraguan merangsek ke jiwa Jol
“Dena punya kekasih? Dari mana kau mengetahui kabar itu?” tanya Jolie tanpa sengaja karena penasaran.“Berita itu muncul sudah beberapa bulan lalu. Nona Dena digosipkan menjalin hubungan asmara dengan seorang pria dari kalangan pebisnis.”Mungkin karena belakangan Jolie terlalu fokus pada anak-anak serta pekerjaannya, ditambah Dena tak pernah lagi mengusik kehidupannya membuat Jolie tak pernah lagi peduli pada hal apa pun yang bersangkutan dengan Dena.Namun entah mengapa pernyataan Stephanie memantik rasa penasaran Jolie. Apalagi Dena memiliki kekasih dari kalangan pebisnis semakin mendesak Jolie untuk tidak menunda bertanya.“Dari kalangan pebisnis? Apa kekasihnya cukup terkenal?”Lebih tepatnya, apa Jolie mengenal pria yang menjadi kekasih Dena? Tanpa munafik pada diri sendiri Jolie menebak, apa pria itu masih pria yang sama?Di depan Stephanie, Jolie yang berusaha menekan eskpresi tenang seolah hanya sekadar bertanya. Dia tidak ingin mengumbar bagaimana penasarannya diri terhadap
“Aku tidak bisa menemani anak-anak.” Jolie berusaha tenang mengucapkan penolakan itu seolah merasa orang tuanya tahu alasannya.“Kenapa?” Darrol tenang menyahuti.“Aku pikir Daddy sudah tahu jawabannya tanpa harus aku beritahu.” Jolie mengembuskan napas lemah sembari berusaha menekan emosinya.Dahi Darrol berkerut yang jelas tampak berpikir. “Aku benar-benar tidak tahu.”Jolie kembali mengembuskan napas yang seperti lama tertahan dari dalam, kemudian bibirnya terbuka mengeluarkan suara. “Daddy sudah pasti tahu atau mungkin Daddy pura-pura tidak tahu! Bryan selalu menghindar dariku sejak operasi itu dilakukan. Dia tidak pernah menghubungiku setiap kali ingin bertemu dengan anak-anak. Dia hanya menghubungi Daddy! Bahkan aku hanya bisa berkomunikasi dengan seorang profesional yang ditunjuk untuk membahas perkembangan perusahaanku yang dia bantu. Jadi, aku tidak bisa bertemu dengan seseorang yang tidak mau bertemu denganku.”Penjelasan panjang yang penuh tekanan Jolie ucapkan ditanggapi k
Satu tahun sudah berlalu setelah bantahan keluar dari mulut Bryan. Beberapa kesepakatan juga telah diputuskan dengan hasil tidak merugikan pihak mana pun. Bryan dengan tegas membantah tuduhan Jolie yang tak berdasar. Dia hanya meminta agar dirinya bisa mudah bertemu dengan anak-anak mereka.Selain itu, Bryan tak ingin Jolie menolak segala bentuk tanggung jawab dalam bentuk financial yang semestinya dilakukan sejak dulu. Ya, Jolie mengabulkan, karena memikirkan anak-anaknya yang begitu menginginkan sosok Bryan.Anehnya, Bryan berusaha tak berhadapan dengan Jolie setiap kali datang menemui anak-anaknya. Mereka tak pernah bertemu setelah operasi itu berhasil dilakukan. Komunikasi dan pertemuan langsung diantara mereka putus total.Bryan hanya ingin tidak menunjukkan batang hidungnya ke hadapan Jolie, sesuai dengan perkataan Jolie sewaktu berdebat terakhir kali.Bryan kembali aktif beraktivitas di New York selalu berkomunikasi dengan Darrol. Dia akan menghubungi Darrol untuk mengantongi i
Langkah Dena semakin cepat berlari menuju mobilnya yang terparkir di basement rumah sakit. Wanita itu terburu-buru membuka pintu, pun terburu-buru pula masuk ke dalam mobilnya. Sikap waspadanya masih belum memudar sedikit pun, masih saja memindai awas pada keadaan sekitar. Walaupun dia sudah tenggelam di dalam mobilnya.Emosi Dena masih terguncang setelah berhasil kabur. Wanita itu hampir saja tertangkap basah menguping di kamar itu oleh salah satu bodyguard Bryan yang diduga baru kembali dari toilet. Sungguh! Dena tak menyangka keputusannya datang memata-matai ke kamar Zoey malah membuahkan hasil yang baru.Saat baru saja selesai memarkirkan mobilnya, Dena tak sengaja melihat keberadaan Pete yang juga baru keluar dari mobil. Wanita itu penasaran kemudian memutuskan mengikuti Daniel. Awalnya Dena mengira Pete akan mengunjungi kamar Zoey, tapi dugaan itu dipatahkan ketika lift yang dinaiki Pete tidak menuju lantai di mana kamar Zoey berada. Melainkan ke satu lantai lebih atas. Sehingga
~ Beberapa hari kemudian ~Di walk in closet, Jolie terlihat memasukkan beberapa setelan pakaian ke dalam travel bag. Wanita itu juga tak lupa memasukkan beberapa keperluan lainnya ke dalam tas itu. Sama seperti beberapa hari sebelumnya, Jolie selalu menyiapkan keperluannya setiap kali menginap di rumah sakit guna menemani Zoey. Wanita itu memilih lebih banyak mengisi waktu bersama anak-anaknya. Pada pagi sampai sore hari Jolie akan mengisi waktu bersama Jayden. Saat malam mulai menyapa, Jolie akan menemani Zoey sampai pagi hari kembali menyapa.Hal itu Jolie lakukan demi menghindar dari orang-orang, termasuk Andreas yang kerap datang ke rumah dan menghubungi. Jolie enggan memberikan pernyataan apa pun setelah pernikahan itu batal. Terkecuali pada Bryan. Sejujurnya Jolie ingin menemui Bryan setelah mendengar perihal pendonoran itu tetap akan dilakukan. Wanita itu ingin menanyakan alasan atas keputusan Bryan. Sebab, Jolie takut Bryan memiliki niat lain setelah menolong Zoey.Apa setela
Dari balik jendela kamar tamu, sepasang mata biru keabu-abuan mengintip kepergian Bryan yang masuk ke dalam mobil. Tatapannya semakin kosong seperti enggan menyiratkan seberkas perasaan apa pun.“Paman Bryan sudah pergi. Aku sudah mengatakan kau tidak ke sini.”Glenn menghela napas agak kasar setelah mengadu. Pria itu menghampiri Rebecca—istrinya yang duduk di sofa panjang. Setelahnya Glenn mengikuti tatapan Rebecca yang tak teralihkan dari Jolie—yang berdiri di depan jendela kamar.“Kau masih mau belum cerita apa yang sebenarnya terjadi?” Glenn bersuara dengan nada lemah, namun menuntut Jolie segera memberi penjelasan. “Aku sudah menuruti keinginanmu merahasiakan keberadaanmu dari siapa pun, termasuk Paman Bryan. Jadi, cepat jelaskan kepada kami. Jangan buat kami bingung, Jolie.”Sorot mata Jolie gemetar bersamaan dengan mobil Bryan yang sepenuhnya meninggalkan halaman kediaman mewah itu. Dia menghela napas panjang yang kemudian berbalik dan menatap Glenn beserta Rebecca secara berga
Andreas terjungkal ketika belum sempurna membuka pintu. Dia terjatuh menyakitkan ke lantai, kemudian kerah bajunya ditarik kasar oleh kedua tangan dari seseorang yang di depannya.“Semua ini kau yang melakukannya ‘kan, Andreas?”Mengabaikan rasa sakit yang menyerang, perhatian Andreas tertarik penuh pada suara menggeram di depan wajah. Matanya memantulkan sorot yang merendahkan pada seseorang yang memperlakukannya begitu kasar. Sementara itu bibirnya membentuk seringai yang mengejek kental.“Kau puas berhasil melakukannya?” dia—Bryan menuduh kejam tanpa sebab sembari mengencangkan cengkramannya di keras baju Andreas.Andreas terkekeh di tengah menahan rasa sakit sekitar leher. “Kau suka kejutan dariku? Hadiah yang bagus menjelang hari pernikahanmu, bukan?”“Sialan kau, Andreas—”“Kau lebih sialan, Bryan!”Andreas mendorong Bryan setelah menyela. Tekanan dari kedua tangannya yang memberontak itu berhasil membuat Bryan terjatuh. Dia berdiri tegak di depan Bryan. Pupil matanya membesar c
Jolie masih bergeming pada posisi duduknya. Dia tidak peduli pada sekitar, termasuk pada pengacara yang sudah pergi meninggalkannya bersama Bryan. Wanita itu masih berusaha mengusir sesak yang menyiksa di dada. Berusaha keras bernapas normal sembari mencabut duri-duri pengkhianatan yang ribuan menusuk-nusuk hati. Termasuk menghentikan airmata yang keluar tanpa mau berhenti.Apa Jolie terlalu naif pada cinta, sehingga berkali-kali perasaannya dipermainkan? Atau mungkin caranya menciptakan bunga mekar di hati terlalu sulit sampai menyakitkan? Seharusnya Jolie tidak terbuai pada kenyamanan dan manisnya sikap yang Bryan berikan. Karena sebuah rasa bersalah dari seorang pria akan cepat memudar ketika sudah mendapatkan kata maaf dari seorang wanita. Pria akan dengan mudah melakukan hal serupa karena telah menemukan celah menarik simpati wanita.Bryan membuktikan pemikiran tersebut. Dia berulang kali mematahkan hati Jolie sampai menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan. Perasaan Bryan juga s