Kantin rumah sakit dipilih untuk menjadi tempat berbicara. Bryan yang baru saja kembali dari mengambil pesanan telah duduk di hadapan Jolie, dia memberikan satu americano beserta sandwich untuk dinikmati Jolie.“Apa terjadi sesuatu pada Zoey malam tadi? Sampai kau kekurangan waktu tidur.” Bryan mengkritik dengan suara rendah.“Aku sudah katakan, tidurku cukup nyenyak.” Jolie membantah dengan suara rendah yang sama sembari menikmati singkat minumannya.“Kau bohong,” tukas Bryan.Jolie membeku ketika kembali dikritik. Rasanya ada duri yang menusuk hati ketika mengetahui bahwa Bryan lebih dulu berbohong pada dirinya. Sikap hangat dan perhatian Bryan seperti tembok dingin yang membatasi Jolie untuk tidak boleh mengenal lebih dalam segala hal tentang pria itu. Pria itu berkali-kali meminta Jolie percaya, tetapi dia pula yang tidak terbuka pada Jolie. “Matamu yang membengkak sudah membuktikan bahwa kau kurang tidur. Apa yang terjadi sampai kau kurang tidur?” Bryan dengan lembut membelai p
“Dena?” Andreas memasang senyuman manis yang mengundang kebahagiaan Dena. Ekspresi Andreas memberikan kesan pada Dena seolah dia terpengaruh pada tawaran Dena.“Well, kau masih percaya diri berbicara padaku? Padahal aku telah mengatakan kau bekas mainan Bryan!” Tiba-tiba Andreas berekspresi gelap dengan sorot mata yang tajam setelah menghina nyata. “Berhadapan denganmu saja sudah membuatku jijik, apalagi sampai harus bekerja sama denganmu. Aku tidak sudi, Dena!”Andreas terkekeh lemah di depan Dena yang marah dipermalukan. Pria tampan itu sama sekali tidak takut pada tatapan kebencian yang Dena perlihatkan. Sebaliknya, Andreas tak sabar ingin lebih lanjut mencela.“Sebaiknya kau sadar diri kenapa Bryan tidak mau melirikmu lagi, dan satu lagi, jangan sampai sakiti Jolie. Jika itu terjadi, aku akan menyakitimu berkali-kali lipat dari yang kau lakukan pada Jolie!” seru Andreas penuh dengan peringatan yang tak main-main.Seketika tangan Dena mengepal kencang menerima penghinaan dari mulut
Jolie tak bisa menyembunyikan rasa terkejut bercampur kagum pada butik bridal yang dikunjungi. Segala kemewahan beserta kecantikan seni di sana begitu elegan menyapa kedatangan Jolie yang dirangkul mesra oleh Bryan.Butik itu adalah milik designer ternama langganan keluarga kerajaan beserta tokoh publik ternama. Jolie mengetahui kisaran harga jual yang designer itu pasarkan. Sehingga ketika membayangkannya saja kepala wanita itu sudah berdenyut sakit.“Selamat datang, Tuan dan Nyonya. Saya senang sekali bisa dipercaya oleh kalian berdua. Saya telah menyiapkan beberapa gaun yang cocok dipakai oleh Nyonya pada hari bahagia itu.”Masih dirangkul mesra oleh Bryan, Jolie hanya tersenyum lemah menanggapi penjelasan designer itu. Dalam ketenangan itu dia masih berdecak kagum pada pria yang tak ragu merangkulnya.Bryan begitu matang mempersiapkan segalanya, sehingga timbul pemikiran yang mempengaruhi bahwa Jolie tak pantas meragukan keseriusan Bryan. Namun, pikiran Jolie tiba-tiba terganggu p
Cincin berlian biru yang melingkar cantik di jari manis menjadi simbolis Jolie resmi menerima lamaran Bryan. Wanita cantik itu masih memandangi, berusaha menyadarkan diri yang merasa bermimpi.Beberapa hari telah berlalu, tetapi Jolie masih merasakan jelas momen mendebarkan yang tak pernah Jolie lupakan sepanjang hidup. Treat like a princess, seperti itulah Jolie dan anak-anaknya diperlakukan oleh Bryan.Dia benar-benar diperlakukan seperti wanita paling beruntung di dunia oleh Bryan. Jiwa Jolie disesaki rasa syukur luar biasa oleh Bryan yang menunjukkan perhatian dan tanggung jawab terhadap dirinya dan anak-anak mereka.Pria yang menorehkan luka dan pahit di jiwa itu telah membuktikan dirinya pantas diberi kesempatan. Ya, hal tersebut yang begitu sangat diyakini oleh Jolie sekarang. Bryan menunjukkan jelas perubahannya.“Tidak ada yang mau mengambil cincin itu dari jarimu.”Pernyataan penuh ejekan itu menyadarkan Jolie dari lamunan. Mata indahnya melayangkan tatapan pada Gina yang me
Beberapa jam setelah sadar, Bryan sedikit lebih bertenaga dibandingkan sebelumnya. Pria tampan itu memutuskan keluar dari kamar yang terasa sesak itu, ingin mencari udara segar di luar kamar.Jolie sendiri tak tinggal diam ketika mengetahui Bryan belum mengisi perutnya dengan apa pun sejak kemarin sore. Wanita cantik itu memutuskan membuatkan semangkuk bubur hangat untuk Bryan nikmati.“Bagaimana rasanya?” tanya Jolie pada Bryan yang habis menikmati semangkuk bubur buatannya.Bryan lebih dulu menyeka noda di bibirya dengan serbet putih. “Sangat enak sampai aku menghabiskannya,” ucapnya memuji.“Bukan karena kau takut aku kecewa?” Jolie bermaksud merendah, padahal dia sangat percaya diri dengan hasil masakannya itu.Bibir Bryan yang sudah lebih merona telah menyunggingkan senyuman tipis. Dia yang duduk bersebelahan dengan Jolie di meja makan, tak menyia-nyia kesempatan membelai lembut kepala Jolie. “Aku percaya kau selalu memberikan yang terbaik untukku, jadi kau tidak mungkin memberik
“Sudah aku katakan jangan ganggu aku, Pria Sialan—” Mulut Jolie seketika tertutup rapat setelah menumpahkan segelas cocktail. Gadis cantik itu terpaku kaku pada pria tampan di sebelah yang kemejanya telah basah.“P-Paman Bryan! M-maafkan aku!” Jolie terlonjak dari kursi—meja bartender. Spontanitas jemari Jolie membasuh kemeja basah itu tanpa berpikir tindakannya hanya sia-sia.Jolie benar-benar tidak menyangka melakukan kesalahan fatal. Gadis cantik berambut blonde bersinar itu hanya ingin tenang menikmati segelas cocktail di lounge bar bertempat di hotel bintang lima. Akan tetapi, keinginannya itu terhalangi oleh beberapa pria yang datang mengganggu.Mereka menggoda Jolie, jemari mereka begitu lancang ingin menyentuh lenganya. Sehingga gadis cantik itu bertekad akan menumpahkan segelas cocktail yang belum dinikmati itu kepada pria pengganggu itu. Namun ternyata dia malah menumpahkan cocktail-nya pada pria yang tak asing baginya. Pria tampan itu merupakan alasan utama Jolie berada di
Handphone yang menempel di sisi kiri telinga berakhir dijauhkan setelah menyudahi pembicaraan. Saat itu telah terukir senyuman malu yang tertahan di bibir yang terkulum, sedangkan pikirannya masih tergenangi kenangan panas beberapa jam lalu. Kemarin malam, Bryan benar-benar kehilangan prinisip tentang wanita. Pria tampan berusia 39 tahun itu kehilangan akal dalam kenikmatan erotis yang membuatnya ketagihan.Bryan terkekeh lemah mengingat dirinya mengaku suka pada Jolie. Dia mengejek diri sendiri yang bisa bersikap meyakinkan, padahal penuh kepalsuan. Bagi seorang Bryan McKinney, wanita hanya sebuah permainan dan kesenangan. Menurutnya hal yang biasa pria dan wanita melakukan percintaan seperti kemarin, tanpa perlu memiliki rasa apalagi menjalin sebuah hubungan.Wanita penuh kepalsuan, tidak ada sebuah ketulusan yang melekat pada wanita. Pendapat itu didukung kuat pada setiap wanita-wanita yang berlomba-lomba merangkak ke ranjang tidur Bryan. Sehingga Bryan percaya diri ikut memainkan
Teh panas mulai dingin, dessert-dessert cantik di depan mata sudah tersaji lengkap sesuai pesanan. Namun, Jolie masih bergeming dingin tak berperasaan. Perempuan cantik itu masih belum mau menyentuh apa pun sejak duduk.Rebecca yang duduk bersebrangan telah terheran-heran mengamati Jolie. Dia bingung pada Jolie yang bersikap tak seperti biasa. Dia dan Jolie saling mengenal sejak lama. Hubungan mereka sangat baik, bahkan Rebecca sudah dianggap seperti saudara kandung bagi Jolie.Hubungan mereka semakin tak terputuskan ketika Rebecca menikah dengan pria yang memiliki hubungan dekat dengan keluarga Jolie. Pria itu adalah keponakan dari Bryan—pria jahat yang menghancurkan Jolie.Apa pun yang bersangkutan dengan Jolie, Rebecca sangat peduli. Dia merasakan perubahan sikap Jolie selama sebulan lebih itu. Jolie yang terbiasa ceria dan cerewet tiba-tiba menjadi pediam. Jolie selalu mengurung diri di rumah dan menghindari acara apa pun, baik dari keluarga Jolie maupun keluarga Rebecca.Ayah dan