Jolie tak bisa menyembunyikan rasa terkejut bercampur kagum pada butik bridal yang dikunjungi. Segala kemewahan beserta kecantikan seni di sana begitu elegan menyapa kedatangan Jolie yang dirangkul mesra oleh Bryan.Butik itu adalah milik designer ternama langganan keluarga kerajaan beserta tokoh publik ternama. Jolie mengetahui kisaran harga jual yang designer itu pasarkan. Sehingga ketika membayangkannya saja kepala wanita itu sudah berdenyut sakit.“Selamat datang, Tuan dan Nyonya. Saya senang sekali bisa dipercaya oleh kalian berdua. Saya telah menyiapkan beberapa gaun yang cocok dipakai oleh Nyonya pada hari bahagia itu.”Masih dirangkul mesra oleh Bryan, Jolie hanya tersenyum lemah menanggapi penjelasan designer itu. Dalam ketenangan itu dia masih berdecak kagum pada pria yang tak ragu merangkulnya.Bryan begitu matang mempersiapkan segalanya, sehingga timbul pemikiran yang mempengaruhi bahwa Jolie tak pantas meragukan keseriusan Bryan. Namun, pikiran Jolie tiba-tiba terganggu p
Cincin berlian biru yang melingkar cantik di jari manis menjadi simbolis Jolie resmi menerima lamaran Bryan. Wanita cantik itu masih memandangi, berusaha menyadarkan diri yang merasa bermimpi.Beberapa hari telah berlalu, tetapi Jolie masih merasakan jelas momen mendebarkan yang tak pernah Jolie lupakan sepanjang hidup. Treat like a princess, seperti itulah Jolie dan anak-anaknya diperlakukan oleh Bryan.Dia benar-benar diperlakukan seperti wanita paling beruntung di dunia oleh Bryan. Jiwa Jolie disesaki rasa syukur luar biasa oleh Bryan yang menunjukkan perhatian dan tanggung jawab terhadap dirinya dan anak-anak mereka.Pria yang menorehkan luka dan pahit di jiwa itu telah membuktikan dirinya pantas diberi kesempatan. Ya, hal tersebut yang begitu sangat diyakini oleh Jolie sekarang. Bryan menunjukkan jelas perubahannya.“Tidak ada yang mau mengambil cincin itu dari jarimu.”Pernyataan penuh ejekan itu menyadarkan Jolie dari lamunan. Mata indahnya melayangkan tatapan pada Gina yang me
Beberapa jam setelah sadar, Bryan sedikit lebih bertenaga dibandingkan sebelumnya. Pria tampan itu memutuskan keluar dari kamar yang terasa sesak itu, ingin mencari udara segar di luar kamar.Jolie sendiri tak tinggal diam ketika mengetahui Bryan belum mengisi perutnya dengan apa pun sejak kemarin sore. Wanita cantik itu memutuskan membuatkan semangkuk bubur hangat untuk Bryan nikmati.“Bagaimana rasanya?” tanya Jolie pada Bryan yang habis menikmati semangkuk bubur buatannya.Bryan lebih dulu menyeka noda di bibirya dengan serbet putih. “Sangat enak sampai aku menghabiskannya,” ucapnya memuji.“Bukan karena kau takut aku kecewa?” Jolie bermaksud merendah, padahal dia sangat percaya diri dengan hasil masakannya itu.Bibir Bryan yang sudah lebih merona telah menyunggingkan senyuman tipis. Dia yang duduk bersebelahan dengan Jolie di meja makan, tak menyia-nyia kesempatan membelai lembut kepala Jolie. “Aku percaya kau selalu memberikan yang terbaik untukku, jadi kau tidak mungkin memberik
Rasa kecewa merambati jiwa Jolie ketika merasakan kegairahan bibir Bryan berkurang. Matanya yang memejam berakhir terbuka, memastikan Bryan yang samar-samar menjauh dari jangkauan bibirnya. Ekspresinya berubah bingung pada Bryan yang menyudahi ciuman di antara mereka, membebaskan Jolie bernapas terengah-engah.“Kenapa?” Jolie terang-terangan menunjukkan kekecewaannya.Sejujurnya Jolie cukup malu melakukannya. Pikirannya sudah terendam oleh kenikmatan bibir Bryan. Wanita itu sudah terjebak dalam candu kenikmatan bibir Bryan yang membuatnya tak bisa kembali.Mereka akan menikah. Hal-hal dewasa bercampur erotis yang dipikirkan juga bukan pertama kali mereka lakukan. Sehingga Jolie berpikir tidak salah untuk lebih lanjut melakukan hal-hal lebih dari sekadar ciuman.“Jika kau berpikir takut menyebarkan virus padaku, itu sudah terlambat kau lakukan. Kita sudah cukup lama berciuman,” lanjut Jolie mengkritik dengan suara rendah.Bryan bereaksi membingungkan. Pria yang sama terengah-engah itu
Di depan Jolie, Bryan berusaha keras menyembunyikan kegelisahanya. Pria itu berusaha tidak ceroboh bertindak, dia lebih dulu menyuruh Pete masuk ke ruangan kerja demi menyelamatkan Jolie dari situasi yang sempat memalukan.“Aku akan bicara sebentar dengan Pete, sementara itu kau tunggu aku di kamar.” Kelembutan suara Bryan yang membujuk serempak dengan tangannya membelai kepala Jolie.“Apa seseorang itu sangat penting? Aku lihat kau terkejut saat Pete memberitahu.” Jolie tanpa ragu bertanya.“Kau mencurigaiku?” berlawanan dengan keseriusannya, wajah tampan Bryan telah menunjukkan ekspresi mengejek yang tertahan.“Aku harus mempersiapkan diri berhadapan dengan orang-orang yang muncul di hidupmu. Bisa saja seseorang dari New York itu merupakan salah satu dari sekian mantanmu.”Bryan tertawa menanggapi Jolie yang cemburu. “Aku hanya memiliki dua mantan yang tadi aku ceritakan.”“Kejujuranmu mengecewakanku. Padahal kau memiliki mantan—”Ciuman singkat Bryan membungkam Jolie yang ingin men
“Jika Anda ingin mengadakan pertemuan, maka Bryan harus tahu perihal itu. Anda mengaku sebagai pengacara dari orang tua Bryan, ‘kan? Sepantasnya yang Anda temui adalah Bryan, bukan aku!”Pernyataan itu Jolie jadikan bentuk protes sekaligus penolakan tegas yang dilakukan. Dia menilai pengacara itu melakukan kekeliruan, padahal Jolie belum sah menjadi bagian dari keluarga Bryan.“Saya akan kesulitan menanyai Anda jika Tuan Bryan ikut dalam pertemuan kita.” Suara bariton pengacara itu menekan sembari berusaha mempengaruhi. “Tujuan saya menemui Anda itu karena bersinggungan dengan rencana pernikahan kalian.”“M-maksud Anda apa?” tanya Jolie yang sedikit terpengaruh.“Anda bisa menghubungi saya dan menentukan di mana kita bertemu.” Pengacara itu malah mengabaikan dan sengaja menggantungkan rasa penasaran Jolie. “Saya harap Anda berhati-hati merahasiakan ini dari Tuan Bryan. Beliau sangat sensitif dan cerdik. Beliau akan menghalangi Anda untuk bertemu dengan saya.”Sambungan telepon itu dip
Jolie masih bergeming pada posisi duduknya. Dia tidak peduli pada sekitar, termasuk pada pengacara yang sudah pergi meninggalkannya bersama Bryan. Wanita itu masih berusaha mengusir sesak yang menyiksa di dada. Berusaha keras bernapas normal sembari mencabut duri-duri pengkhianatan yang ribuan menusuk-nusuk hati. Termasuk menghentikan airmata yang keluar tanpa mau berhenti.Apa Jolie terlalu naif pada cinta, sehingga berkali-kali perasaannya dipermainkan? Atau mungkin caranya menciptakan bunga mekar di hati terlalu sulit sampai menyakitkan? Seharusnya Jolie tidak terbuai pada kenyamanan dan manisnya sikap yang Bryan berikan. Karena sebuah rasa bersalah dari seorang pria akan cepat memudar ketika sudah mendapatkan kata maaf dari seorang wanita. Pria akan dengan mudah melakukan hal serupa karena telah menemukan celah menarik simpati wanita.Bryan membuktikan pemikiran tersebut. Dia berulang kali mematahkan hati Jolie sampai menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan. Perasaan Bryan juga s
Andreas terjungkal ketika belum sempurna membuka pintu. Dia terjatuh menyakitkan ke lantai, kemudian kerah bajunya ditarik kasar oleh kedua tangan dari seseorang yang di depannya.“Semua ini kau yang melakukannya ‘kan, Andreas?”Mengabaikan rasa sakit yang menyerang, perhatian Andreas tertarik penuh pada suara menggeram di depan wajah. Matanya memantulkan sorot yang merendahkan pada seseorang yang memperlakukannya begitu kasar. Sementara itu bibirnya membentuk seringai yang mengejek kental.“Kau puas berhasil melakukannya?” dia—Bryan menuduh kejam tanpa sebab sembari mengencangkan cengkramannya di keras baju Andreas.Andreas terkekeh di tengah menahan rasa sakit sekitar leher. “Kau suka kejutan dariku? Hadiah yang bagus menjelang hari pernikahanmu, bukan?”“Sialan kau, Andreas—”“Kau lebih sialan, Bryan!”Andreas mendorong Bryan setelah menyela. Tekanan dari kedua tangannya yang memberontak itu berhasil membuat Bryan terjatuh. Dia berdiri tegak di depan Bryan. Pupil matanya membesar c