Rasa kecewa merambati jiwa Jolie ketika merasakan kegairahan bibir Bryan berkurang. Matanya yang memejam berakhir terbuka, memastikan Bryan yang samar-samar menjauh dari jangkauan bibirnya. Ekspresinya berubah bingung pada Bryan yang menyudahi ciuman di antara mereka, membebaskan Jolie bernapas terengah-engah.“Kenapa?” Jolie terang-terangan menunjukkan kekecewaannya.Sejujurnya Jolie cukup malu melakukannya. Pikirannya sudah terendam oleh kenikmatan bibir Bryan. Wanita itu sudah terjebak dalam candu kenikmatan bibir Bryan yang membuatnya tak bisa kembali.Mereka akan menikah. Hal-hal dewasa bercampur erotis yang dipikirkan juga bukan pertama kali mereka lakukan. Sehingga Jolie berpikir tidak salah untuk lebih lanjut melakukan hal-hal lebih dari sekadar ciuman.“Jika kau berpikir takut menyebarkan virus padaku, itu sudah terlambat kau lakukan. Kita sudah cukup lama berciuman,” lanjut Jolie mengkritik dengan suara rendah.Bryan bereaksi membingungkan. Pria yang sama terengah-engah itu
Di depan Jolie, Bryan berusaha keras menyembunyikan kegelisahanya. Pria itu berusaha tidak ceroboh bertindak, dia lebih dulu menyuruh Pete masuk ke ruangan kerja demi menyelamatkan Jolie dari situasi yang sempat memalukan.“Aku akan bicara sebentar dengan Pete, sementara itu kau tunggu aku di kamar.” Kelembutan suara Bryan yang membujuk serempak dengan tangannya membelai kepala Jolie.“Apa seseorang itu sangat penting? Aku lihat kau terkejut saat Pete memberitahu.” Jolie tanpa ragu bertanya.“Kau mencurigaiku?” berlawanan dengan keseriusannya, wajah tampan Bryan telah menunjukkan ekspresi mengejek yang tertahan.“Aku harus mempersiapkan diri berhadapan dengan orang-orang yang muncul di hidupmu. Bisa saja seseorang dari New York itu merupakan salah satu dari sekian mantanmu.”Bryan tertawa menanggapi Jolie yang cemburu. “Aku hanya memiliki dua mantan yang tadi aku ceritakan.”“Kejujuranmu mengecewakanku. Padahal kau memiliki mantan—”Ciuman singkat Bryan membungkam Jolie yang ingin men
“Jika Anda ingin mengadakan pertemuan, maka Bryan harus tahu perihal itu. Anda mengaku sebagai pengacara dari orang tua Bryan, ‘kan? Sepantasnya yang Anda temui adalah Bryan, bukan aku!”Pernyataan itu Jolie jadikan bentuk protes sekaligus penolakan tegas yang dilakukan. Dia menilai pengacara itu melakukan kekeliruan, padahal Jolie belum sah menjadi bagian dari keluarga Bryan.“Saya akan kesulitan menanyai Anda jika Tuan Bryan ikut dalam pertemuan kita.” Suara bariton pengacara itu menekan sembari berusaha mempengaruhi. “Tujuan saya menemui Anda itu karena bersinggungan dengan rencana pernikahan kalian.”“M-maksud Anda apa?” tanya Jolie yang sedikit terpengaruh.“Anda bisa menghubungi saya dan menentukan di mana kita bertemu.” Pengacara itu malah mengabaikan dan sengaja menggantungkan rasa penasaran Jolie. “Saya harap Anda berhati-hati merahasiakan ini dari Tuan Bryan. Beliau sangat sensitif dan cerdik. Beliau akan menghalangi Anda untuk bertemu dengan saya.”Sambungan telepon itu dip
Jolie masih bergeming pada posisi duduknya. Dia tidak peduli pada sekitar, termasuk pada pengacara yang sudah pergi meninggalkannya bersama Bryan. Wanita itu masih berusaha mengusir sesak yang menyiksa di dada. Berusaha keras bernapas normal sembari mencabut duri-duri pengkhianatan yang ribuan menusuk-nusuk hati. Termasuk menghentikan airmata yang keluar tanpa mau berhenti.Apa Jolie terlalu naif pada cinta, sehingga berkali-kali perasaannya dipermainkan? Atau mungkin caranya menciptakan bunga mekar di hati terlalu sulit sampai menyakitkan? Seharusnya Jolie tidak terbuai pada kenyamanan dan manisnya sikap yang Bryan berikan. Karena sebuah rasa bersalah dari seorang pria akan cepat memudar ketika sudah mendapatkan kata maaf dari seorang wanita. Pria akan dengan mudah melakukan hal serupa karena telah menemukan celah menarik simpati wanita.Bryan membuktikan pemikiran tersebut. Dia berulang kali mematahkan hati Jolie sampai menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan. Perasaan Bryan juga s
Andreas terjungkal ketika belum sempurna membuka pintu. Dia terjatuh menyakitkan ke lantai, kemudian kerah bajunya ditarik kasar oleh kedua tangan dari seseorang yang di depannya.“Semua ini kau yang melakukannya ‘kan, Andreas?”Mengabaikan rasa sakit yang menyerang, perhatian Andreas tertarik penuh pada suara menggeram di depan wajah. Matanya memantulkan sorot yang merendahkan pada seseorang yang memperlakukannya begitu kasar. Sementara itu bibirnya membentuk seringai yang mengejek kental.“Kau puas berhasil melakukannya?” dia—Bryan menuduh kejam tanpa sebab sembari mengencangkan cengkramannya di keras baju Andreas.Andreas terkekeh di tengah menahan rasa sakit sekitar leher. “Kau suka kejutan dariku? Hadiah yang bagus menjelang hari pernikahanmu, bukan?”“Sialan kau, Andreas—”“Kau lebih sialan, Bryan!”Andreas mendorong Bryan setelah menyela. Tekanan dari kedua tangannya yang memberontak itu berhasil membuat Bryan terjatuh. Dia berdiri tegak di depan Bryan. Pupil matanya membesar c
Dari balik jendela kamar tamu, sepasang mata biru keabu-abuan mengintip kepergian Bryan yang masuk ke dalam mobil. Tatapannya semakin kosong seperti enggan menyiratkan seberkas perasaan apa pun.“Paman Bryan sudah pergi. Aku sudah mengatakan kau tidak ke sini.”Glenn menghela napas agak kasar setelah mengadu. Pria itu menghampiri Rebecca—istrinya yang duduk di sofa panjang. Setelahnya Glenn mengikuti tatapan Rebecca yang tak teralihkan dari Jolie—yang berdiri di depan jendela kamar.“Kau masih mau belum cerita apa yang sebenarnya terjadi?” Glenn bersuara dengan nada lemah, namun menuntut Jolie segera memberi penjelasan. “Aku sudah menuruti keinginanmu merahasiakan keberadaanmu dari siapa pun, termasuk Paman Bryan. Jadi, cepat jelaskan kepada kami. Jangan buat kami bingung, Jolie.”Sorot mata Jolie gemetar bersamaan dengan mobil Bryan yang sepenuhnya meninggalkan halaman kediaman mewah itu. Dia menghela napas panjang yang kemudian berbalik dan menatap Glenn beserta Rebecca secara berga
~ Beberapa hari kemudian ~Di walk in closet, Jolie terlihat memasukkan beberapa setelan pakaian ke dalam travel bag. Wanita itu juga tak lupa memasukkan beberapa keperluan lainnya ke dalam tas itu. Sama seperti beberapa hari sebelumnya, Jolie selalu menyiapkan keperluannya setiap kali menginap di rumah sakit guna menemani Zoey. Wanita itu memilih lebih banyak mengisi waktu bersama anak-anaknya. Pada pagi sampai sore hari Jolie akan mengisi waktu bersama Jayden. Saat malam mulai menyapa, Jolie akan menemani Zoey sampai pagi hari kembali menyapa.Hal itu Jolie lakukan demi menghindar dari orang-orang, termasuk Andreas yang kerap datang ke rumah dan menghubungi. Jolie enggan memberikan pernyataan apa pun setelah pernikahan itu batal. Terkecuali pada Bryan. Sejujurnya Jolie ingin menemui Bryan setelah mendengar perihal pendonoran itu tetap akan dilakukan. Wanita itu ingin menanyakan alasan atas keputusan Bryan. Sebab, Jolie takut Bryan memiliki niat lain setelah menolong Zoey.Apa setela
Langkah Dena semakin cepat berlari menuju mobilnya yang terparkir di basement rumah sakit. Wanita itu terburu-buru membuka pintu, pun terburu-buru pula masuk ke dalam mobilnya. Sikap waspadanya masih belum memudar sedikit pun, masih saja memindai awas pada keadaan sekitar. Walaupun dia sudah tenggelam di dalam mobilnya.Emosi Dena masih terguncang setelah berhasil kabur. Wanita itu hampir saja tertangkap basah menguping di kamar itu oleh salah satu bodyguard Bryan yang diduga baru kembali dari toilet. Sungguh! Dena tak menyangka keputusannya datang memata-matai ke kamar Zoey malah membuahkan hasil yang baru.Saat baru saja selesai memarkirkan mobilnya, Dena tak sengaja melihat keberadaan Pete yang juga baru keluar dari mobil. Wanita itu penasaran kemudian memutuskan mengikuti Daniel. Awalnya Dena mengira Pete akan mengunjungi kamar Zoey, tapi dugaan itu dipatahkan ketika lift yang dinaiki Pete tidak menuju lantai di mana kamar Zoey berada. Melainkan ke satu lantai lebih atas. Sehingga