Jolie menutup buku cerita yang baru saja dibaca setelah memastikan Zoey terlelap tidur. Dia meletakkan pelan-pelan ke meja nakas, berusaha tak menimbulkan suara apa pun yang takut mengganggu ketenangan Zoey tertidur. Wanita cantik itu tak lupa merapikan selimut Zoey.Jolie menatap kosong Zoey yang tertidur lelap. Dengan tangan gemetar, dia mengelus-elus kepala Zoey seringan mungkin seperti menyentuh jaring laba-laba. Namun, sentuhan itu tak bisa Jolie lanjutkan ketika mendapati beberapa helai rambut Zoey yang rontok. Matanya tak berkedip menatap rambut Zoey di telapak tangannya. Jiwanya telah sesak oleh perasaan sedih yang mendalam, sampai-sampai ingin menitihkan air mata.“Semoga operasi itu berjalan lancar. Zoey dan Bryan diberi keselamatan,” Jolie bergumam lemah sementara tangannya gemetaran menggenggam helaian rambut rontok Zoey.Cepat-cepat Jolie menepis segala kesedihan yang dinilai tak pantas diratapi. Dia sudah menemukan jalan keluar dari segala permasalahan. Selain itu, Jolie
Andreas berhasil mengguncang pikiran Jolie. Dengan tidak bertanggung jawabnya dia sepihak memutuskan sambungan telepon. Sengaja mengecohkan pikiran tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut yang pada akhirnya Jolie gelisah hampir semalaman.Jolie baru bisa memejamkan mata sekitar pukul empat pagi. Dia tidak cukup menikmati waktu tidurnya karena pukul tujuh pagi Zoey sudah terbangun dari tidurnya yang nyaman.“Good morning, Mom.”Bibir Jolie mengukir senyuman hangat kepada Zoey yang menyapa lembut. Wanita cantik itu menyingkirkan selimut dari tubuhnya, kemudian beranjak dari sofa yang dijadikan ranjang tidurnya.“Apa kau tidur nyenyak?” Jolie basa-basi bertanya ketika duduk pada kursi di sebelah ranjang Zoey.Zoey mengangguk lemah dalam posisi berbaring. Senyuman manis yang terukir di bibirnya memudar ketika memindai wajah Jolie dengan baik. “Mommy tidak tidur nyenyak?”“Mommy tidur dengan nyenyak. Buktinya Zoey bangun lebih dulu dibandingkan Mommy.”“Benarkah? Tapi kenapa mata Mommy se
Kantin rumah sakit dipilih untuk menjadi tempat berbicara. Bryan yang baru saja kembali dari mengambil pesanan telah duduk di hadapan Jolie, dia memberikan satu americano beserta sandwich untuk dinikmati Jolie.“Apa terjadi sesuatu pada Zoey malam tadi? Sampai kau kekurangan waktu tidur.” Bryan mengkritik dengan suara rendah.“Aku sudah katakan, tidurku cukup nyenyak.” Jolie membantah dengan suara rendah yang sama sembari menikmati singkat minumannya.“Kau bohong,” tukas Bryan.Jolie membeku ketika kembali dikritik. Rasanya ada duri yang menusuk hati ketika mengetahui bahwa Bryan lebih dulu berbohong pada dirinya. Sikap hangat dan perhatian Bryan seperti tembok dingin yang membatasi Jolie untuk tidak boleh mengenal lebih dalam segala hal tentang pria itu. Pria itu berkali-kali meminta Jolie percaya, tetapi dia pula yang tidak terbuka pada Jolie. “Matamu yang membengkak sudah membuktikan bahwa kau kurang tidur. Apa yang terjadi sampai kau kurang tidur?” Bryan dengan lembut membelai p
“Dena?” Andreas memasang senyuman manis yang mengundang kebahagiaan Dena. Ekspresi Andreas memberikan kesan pada Dena seolah dia terpengaruh pada tawaran Dena.“Well, kau masih percaya diri berbicara padaku? Padahal aku telah mengatakan kau bekas mainan Bryan!” Tiba-tiba Andreas berekspresi gelap dengan sorot mata yang tajam setelah menghina nyata. “Berhadapan denganmu saja sudah membuatku jijik, apalagi sampai harus bekerja sama denganmu. Aku tidak sudi, Dena!”Andreas terkekeh lemah di depan Dena yang marah dipermalukan. Pria tampan itu sama sekali tidak takut pada tatapan kebencian yang Dena perlihatkan. Sebaliknya, Andreas tak sabar ingin lebih lanjut mencela.“Sebaiknya kau sadar diri kenapa Bryan tidak mau melirikmu lagi, dan satu lagi, jangan sampai sakiti Jolie. Jika itu terjadi, aku akan menyakitimu berkali-kali lipat dari yang kau lakukan pada Jolie!” seru Andreas penuh dengan peringatan yang tak main-main.Seketika tangan Dena mengepal kencang menerima penghinaan dari mulut
Jolie tak bisa menyembunyikan rasa terkejut bercampur kagum pada butik bridal yang dikunjungi. Segala kemewahan beserta kecantikan seni di sana begitu elegan menyapa kedatangan Jolie yang dirangkul mesra oleh Bryan.Butik itu adalah milik designer ternama langganan keluarga kerajaan beserta tokoh publik ternama. Jolie mengetahui kisaran harga jual yang designer itu pasarkan. Sehingga ketika membayangkannya saja kepala wanita itu sudah berdenyut sakit.“Selamat datang, Tuan dan Nyonya. Saya senang sekali bisa dipercaya oleh kalian berdua. Saya telah menyiapkan beberapa gaun yang cocok dipakai oleh Nyonya pada hari bahagia itu.”Masih dirangkul mesra oleh Bryan, Jolie hanya tersenyum lemah menanggapi penjelasan designer itu. Dalam ketenangan itu dia masih berdecak kagum pada pria yang tak ragu merangkulnya.Bryan begitu matang mempersiapkan segalanya, sehingga timbul pemikiran yang mempengaruhi bahwa Jolie tak pantas meragukan keseriusan Bryan. Namun, pikiran Jolie tiba-tiba terganggu p
Cincin berlian biru yang melingkar cantik di jari manis menjadi simbolis Jolie resmi menerima lamaran Bryan. Wanita cantik itu masih memandangi, berusaha menyadarkan diri yang merasa bermimpi.Beberapa hari telah berlalu, tetapi Jolie masih merasakan jelas momen mendebarkan yang tak pernah Jolie lupakan sepanjang hidup. Treat like a princess, seperti itulah Jolie dan anak-anaknya diperlakukan oleh Bryan.Dia benar-benar diperlakukan seperti wanita paling beruntung di dunia oleh Bryan. Jiwa Jolie disesaki rasa syukur luar biasa oleh Bryan yang menunjukkan perhatian dan tanggung jawab terhadap dirinya dan anak-anak mereka.Pria yang menorehkan luka dan pahit di jiwa itu telah membuktikan dirinya pantas diberi kesempatan. Ya, hal tersebut yang begitu sangat diyakini oleh Jolie sekarang. Bryan menunjukkan jelas perubahannya.“Tidak ada yang mau mengambil cincin itu dari jarimu.”Pernyataan penuh ejekan itu menyadarkan Jolie dari lamunan. Mata indahnya melayangkan tatapan pada Gina yang me
Beberapa jam setelah sadar, Bryan sedikit lebih bertenaga dibandingkan sebelumnya. Pria tampan itu memutuskan keluar dari kamar yang terasa sesak itu, ingin mencari udara segar di luar kamar.Jolie sendiri tak tinggal diam ketika mengetahui Bryan belum mengisi perutnya dengan apa pun sejak kemarin sore. Wanita cantik itu memutuskan membuatkan semangkuk bubur hangat untuk Bryan nikmati.“Bagaimana rasanya?” tanya Jolie pada Bryan yang habis menikmati semangkuk bubur buatannya.Bryan lebih dulu menyeka noda di bibirya dengan serbet putih. “Sangat enak sampai aku menghabiskannya,” ucapnya memuji.“Bukan karena kau takut aku kecewa?” Jolie bermaksud merendah, padahal dia sangat percaya diri dengan hasil masakannya itu.Bibir Bryan yang sudah lebih merona telah menyunggingkan senyuman tipis. Dia yang duduk bersebelahan dengan Jolie di meja makan, tak menyia-nyia kesempatan membelai lembut kepala Jolie. “Aku percaya kau selalu memberikan yang terbaik untukku, jadi kau tidak mungkin memberik
Rasa kecewa merambati jiwa Jolie ketika merasakan kegairahan bibir Bryan berkurang. Matanya yang memejam berakhir terbuka, memastikan Bryan yang samar-samar menjauh dari jangkauan bibirnya. Ekspresinya berubah bingung pada Bryan yang menyudahi ciuman di antara mereka, membebaskan Jolie bernapas terengah-engah.“Kenapa?” Jolie terang-terangan menunjukkan kekecewaannya.Sejujurnya Jolie cukup malu melakukannya. Pikirannya sudah terendam oleh kenikmatan bibir Bryan. Wanita itu sudah terjebak dalam candu kenikmatan bibir Bryan yang membuatnya tak bisa kembali.Mereka akan menikah. Hal-hal dewasa bercampur erotis yang dipikirkan juga bukan pertama kali mereka lakukan. Sehingga Jolie berpikir tidak salah untuk lebih lanjut melakukan hal-hal lebih dari sekadar ciuman.“Jika kau berpikir takut menyebarkan virus padaku, itu sudah terlambat kau lakukan. Kita sudah cukup lama berciuman,” lanjut Jolie mengkritik dengan suara rendah.Bryan bereaksi membingungkan. Pria yang sama terengah-engah itu