Ketika prajurit terakhir berhasil masuk, Elara jatuh berlutut, kelelahan. Kael dan Alaric segera membantu Elara bangkit, menariknya ke tempat yang aman.
Di dalam benteng, suasana mencekam. Prajurit yang terluka berbaring di lantai, sementara tabib dan perawat berusaha memberikan pertolongan pertama. Bau obat-obatan bercampur dengan bau darah memenuhi udara. Cahaya obor yang berkedip-kedip memberikan bayangan yang menari di dinding batu kastil.
Raja Cedric berdiri di tengah ruangan, matanya memandang kosong ke arah peta yang tergantung di dinding. "Kita kalah telak," gumamnya, suaranya penuh penyesalan.
Salah satu jenderal, Sir Eadric, mendekat dengan langkah cepat. "Yang Mulia, kita harus segera mencari jalan keluar. Musuh akan segera menyerang benteng ini."
Cedric mengangguk pelan. "Aku tahu, Eadric. Tapi apa yang bisa kita lakukan sekarang? Mereka terlalu kuat."
Tiba-tiba, pintu ruang strategi terbuka dengan keras, dan masuklah seorang pria tua berjubah hitam dengan tongkat sihir di tangannya. Matanya berkilauan dengan pengetahuan dan kekuatan. "Aku tahu siapa yang kita hadapi," kata pria tua itu dengan suara berat.
Elara menoleh, mengenali sosok itu. "Archmage Theron, kau datang tepat waktu."
Theron mengangguk, wajahnya serius. "Musuh kita adalah Lord Darkbane, mantan anggota Dewan Sihir Eldoria. Dia menghilang bertahun-tahun lalu, membawa serta kekuatan gelap yang kita kira sudah punah."
Theron melanjutkan ceritanya, suaranya bergema di ruangan. "Lord Darkbane dulunya adalah salah satu penyihir terkuat di Eldoria. Namun, ambisinya yang tak terbatas membuatnya jatuh ke dalam kegelapan. Dia mencari kekuatan dari sumber-sumber terlarang, mengorbankan apapun untuk mencapai tujuannya. Dewan Sihir akhirnya mengusirnya, tapi dia sudah terlalu kuat untuk dihentikan."
Semua yang hadir mendengarkan dengan seksama, merasakan beratnya sejarah yang diungkapkan. "Darkbane tidak hanya ingin menghancurkan Eldoria," lanjut Theron. "Dia ingin menguasai seluruh kerajaan ini, menjadikannya kerajaan kegelapan di bawah kekuasaannya."
Raja Cedric menatap peta dengan lebih intens. "Kita harus menemukan cara untuk menghentikan dia. Bagaimana kita bisa mengalahkan Darkbane dan pasukannya?"
Theron menatap Elara dan Kael. "Kalian adalah kunci untuk menghentikannya. Kekuatan kristal yang kau miliki, Kael, adalah satu-satunya harapan kita. Dan Elara, sihirmu bisa menjadi pelindung bagi kita semua."
Elara dan Kael saling pandang, merasakan beban tanggung jawab yang besar di pundak mereka. "Kita harus berlatih lebih keras," kata Kael dengan tekad. "Kita tidak bisa gagal."
Sementara itu, di berbagai bagian benteng, suasana kacau balau. Para prajurit yang terluka dibawa ke ruang perawatan, di mana tabib-tabib sibuk memberikan pertolongan. Suara rintihan kesakitan dan perintah tabib terdengar di udara.
Di dapur benteng, para juru masak berusaha menyiapkan makanan untuk prajurit yang kelaparan. Bau sup dan roti yang baru dipanggang menyebar, memberikan sedikit kenyamanan di tengah kekacauan.
Di aula utama, keluarga prajurit dan warga sipil yang berlindung di benteng berkumpul, berdoa dan memberikan dukungan moral satu sama lain. Anak-anak menangis, sementara orang tua mereka berusaha menenangkan dengan cerita-cerita harapan.
Di ruang strategi, Raja Cedric dan para penasihatnya, termasuk Alaric, Elara, Kael, dan Theron, berdiskusi dengan intens. "Kita harus memanfaatkan setiap sumber daya yang kita miliki," kata Sir Eadric. "Benteng ini adalah benteng terakhir kita."
Theron mengangguk. "Kita harus memperkuat pertahanan sihir di sekitar benteng. Aku akan memimpin tim penyihir untuk menciptakan penghalang magis yang lebih kuat."
Elara menawarkan diri. "Aku akan membantu. Kekuatan kristal Kael bisa memperkuat sihir kita."
Kael menambahkan, "Aku juga akan berlatih lebih keras untuk mengendalikan kekuatanku. Kita harus siap menghadapi Darkbane dengan segala yang kita miliki."
Saat diskusi berlanjut, suara langkah kaki tergesa-gesa terdengar. Seorang pengintai memasuki ruangan, wajahnya pucat. "Yang Mulia, pasukan Darkbane semakin dekat. Mereka akan tiba dalam beberapa jam."
Suasana di ruangan semakin tegang. Raja Cedric mengambil napas dalam-dalam. "Baiklah. Kita harus bersiap. Semua prajurit dan penyihir, siapkan diri kalian. Ini mungkin pertempuran terakhir kita, tapi kita akan melawan dengan segenap kekuatan kita."
Di luar, suara genderang perang musuh semakin dekat, membuat tanah bergetar. Prajurit Eldoria, baik yang terluka maupun yang masih kuat, bersiap di dinding benteng, memegang senjata mereka dengan tegang. Angin malam membawa bau tanah dan darah, mengingatkan mereka pada pertempuran yang baru saja mereka lalui.
Kael berdiri di samping Elara, merasakan energi kristalnya berdenyut seiring detak jantungnya. "Kita bisa melakukannya," katanya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
Elara mengangguk, matanya bersinar dengan keyakinan. "Kita harus melakukannya, Kael. Demi Eldoria, demi semua yang kita cintai."
Theron memimpin para penyihir ke bagian atas dinding, mulai merapal mantra perlindungan. Cahaya biru berkilauan menyelimuti benteng, memberikan sedikit rasa aman kepada para prajurit yang berjaga.
Alaric berjalan di antara barisan prajuritnya, memberikan kata-kata penyemangat. "Ingatlah, kita bertarung bukan hanya untuk diri kita sendiri, tapi untuk keluarga kita, untuk masa depan kita. Jangan biarkan ketakutan menguasai kalian. Kita kuat karena kita bersama."
Ketika pasukan Darkbane akhirnya terlihat di kejauhan, suasana menjadi sangat tegang. Pasukan musuh bergerak dengan formasi yang rapi dan menakutkan, bendera hitam mereka berkibar di bawah cahaya bulan. Di tengah barisan mereka, terlihat sosok besar dengan helm bertanduk, memimpin dengan kekuatan yang tak terbantahkan.
Raja Cedric berdiri di atas dinding, matanya menatap lurus ke depan. "Ini saatnya," katanya dengan suara mantap. "Pertahankan benteng ini dengan segenap jiwa raga kalian. Jangan biarkan mereka menembus pertahanan kita."
Dengan teriakan perang yang menggema di udara malam, pertempuran kembali dimulai. Suara dentingan pedang, raungan kemarahan, dan teriakan kesakitan mengisi udara. Kael, Elara, dan Alaric berjuang di garis depan, mencoba yang terbaik untuk menahan gelombang serangan musuh.
Namun, meski dengan segala upaya mereka, situasi semakin memburuk. Pasukan Darkbane terlalu kuat dan terorganisir. Prajurit Eldoria mulai kewalahan, dan penghalang magis yang diciptakan oleh Theron dan Elara mulai retak di bawah tekanan serangan yang terus-menerus.
Kael merasakan kekuatannya semakin lemah, energi kristalnya mulai redup. "Elara, aku tidak bisa menahan lebih lama lagi," katanya dengan putus asa.
Elara, yang juga kelelahan, menatap Kael dengan mata penuh kekhawatiran. "Kita harus bertahan, Kael. Kita tidak bisa menyerah."
Di tengah kekacauan, sosok bertanduk itu, Lord Darkbane, maju dengan langkah berat namun mantap. Setiap ayunan pedangnya menghancurkan perisai dan senjata prajurit Eldoria, membuat mereka terlempar ke tanah dengan mudah. Mata Darkbane memancarkan kegelapan yang tak terbendung, kekuatan gelap yang melingkupi dirinya terasa mengerikan.
Kael, dengan sisa kekuatannya, berusaha menghadang Darkbane. Dia mengangkat pedangnya yang berkilauan dengan cahaya kristal. "Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan Eldoria!" teriaknya.
Darkbane tertawa dingin, suaranya menggetarkan tanah di bawah mereka. "Kau terlalu lemah untuk menghentikanku, bocah."
Dengan satu tebasan, Darkbane membuat Kael terjatuh, pedangnya terlempar jauh. Kael merasa tubuhnya lemas, nyaris tak bisa bergerak. Elara berlari mendekat, mencoba melindungi Kael dengan sihirnya. Namun, kekuatan Darkbane terlalu besar.
Theron, yang melihat situasi kritis ini, mengumpulkan kekuatannya dan melancarkan serangan sihir terakhirnya, mencoba menghambat Darkbane. "Kael, Elara, gunakan kekuatan kalian bersama. Hanya dengan begitu kita bisa menghentikannya."
Elara dan Kael saling menatap, merasakan ketegangan dan harapan yang tersisa. Mereka bergabung, menggabungkan kekuatan sihir mereka dengan kristal. Cahaya yang menyilaukan memenuhi area itu, mendorong Darkbane mundur sejenak.
Namun, energi mereka sudah habis, dan cahaya itu segera redup. Darkbane tersenyum penuh kemenangan. "Usaha yang bagus, tapi sia-sia."
Raja Cedric, yang menyaksikan pertempuran ini dari dinding benteng, merasakan putus asa. Pasukan Eldoria semakin mundur, pertahanan mereka semakin melemah. Dia tahu bahwa mereka tidak akan mampu bertahan lebih lama lagi.
Namun, dalam momen terakhir ini, Cedric tahu bahwa mereka telah memberikan segalanya. Dia mengambil napas dalam-dalam dan berkata dengan suara penuh keberanian, "Kita mungkin kalah dalam pertempuran ini, tapi semangat kita tidak akan pernah mati. Eldoria akan selalu hidup dalam hati kita."
Dengan tekad yang tak tergoyahkan, para prajurit Eldoria, Elara, Kael, Alaric, dan Theron bersiap menghadapi gelombang terakhir serangan musuh. Mereka tahu bahwa ini mungkin adalah akhir, tetapi mereka akan melawan sampai napas terakhir, mempertahankan Eldoria dengan segala yang mereka miliki.
Benteng Eldoria bergetar di bawah gemuruh serangan pasukan Darkbane. Langit malam diselimuti asap tebal, sementara bau darah dan mesiu memenuhi udara. Suara dentingan pedang dan teriakan kematian menyatu dalam sebuah simfoni kehancuran. Raja Cedric, dengan tatapan penuh tekad, berdiri di atas tembok benteng. "Ini bukan akhir kita! Pertahankan Eldoria!" teriaknya, suaranya menggema di antara para prajurit.Di bawah, Kael, Elara, dan Alaric bertempur mati-matian. Kael merasakan energi kristalnya berdenyut di tangannya, memancarkan cahaya biru yang bersinar terang. Setiap ayunan pedangnya menebas musuh yang mendekat, namun jumlah mereka terlalu banyak. Elara di sampingnya, matanya bersinar dengan kekuatan sihir. Dia melontarkan bola api dan kilatan petir, mencoba menahan gelombang serangan. "Kael, kita tidak bisa membiarkan mereka menembus pertahanan ini!" teriak Elara."Elara, mereka terus datang. Kita butuh rencana baru!" seru Kael, suaranya parau oleh kelelahan dan ketegangan."Kita ha
Di sudut barat Kerajaan Eldoria, berdiri sebuah istana megah yang dikelilingi oleh pegunungan tinggi dan hutan lebat. Istana ini dikenal sebagai Kastil Drakenfeld, pusat pemerintahan dari klan Valen, salah satu klan paling berkuasa di seluruh Eldoria. Para leluhur Valen telah memerintah selama beberapa generasi, menjaga stabilitas dan kemakmuran dengan tangan besi. Namun, di balik kemegahan Kastil Drakenfeld, bayangan gelap perebutan kekuasaan mulai mengintai. Dalam beberapa tahun terakhir, klan-klan lain mulai merasakan aroma perubahan angin. Mereka melihat kesempatan untuk merebut tahta dan mengakhiri dominasi klan Valen. Di antara klan-klan tersebut, terdapat dua yang paling berambisi: klan Draugr dari utara yang dikenal dengan kekuatan magis dan klan Leoric dari selatan yang terkenal dengan kemampuan militer mereka yang luar biasa. Kedua klan ini telah lama berseteru, namun kini mereka menemukan musuh bersama dalam bentuk klan Valen. Di tengah-tengah pergolakan ini, seorang
Elara tidak diberi banyak waktu untuk beristirahat. Ketika malam tiba, pertemuan rahasia diadakan di ruang dewan tersembunyi di dalam Kastil Drakenfeld. Pangeran Alaric, Raja Cedric, dan beberapa penasihat kepercayaan berkumpul di sana. Dinding batu yang tebal dan lilin yang berkedip-kedip menciptakan suasana tegang. “Elara, ceritakan sekali lagi visimu,” pinta Raja Cedric. Suaranya lelah namun penuh perhatian. Elara mengangguk dan mulai menceritakan penglihatannya dengan lebih rinci. “Dalam visi itu, aku melihat pasukan Draugr menyerang dari utara dengan sihir mereka. Api berkobar di seluruh istana, dan dari selatan, pasukan Leoric datang dengan kekuatan militer mereka. Di tengah kekacauan itu, ada seorang sosok misterius yang muncul. Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, tapi dia tampak seperti pahlawan yang akan menentukan arah pertempuran.” “Bagaimana kita menemukan sosok ini?” tanya salah satu penasihat. Elara menatap mereka satu per satu. “Aku tidak tahu siapa di
Malam itu, di Kastil Drakenfeld, suasana perayaan kecil masih terasa meski bayang-bayang pertempuran berikutnya terus mengintai. Di sebuah ruang di dalam kastil, Alaric, Kael, dan Elara berkumpul bersama beberapa pemimpin klan sekutu untuk merencanakan langkah selanjutnya. Hadir di ruangan itu adalah Lord Garrick dari klan Ironwood, seorang ahli taktik yang dikenal dengan ketangguhan dan kecerdasannya, serta Lady Seraphina dari klan Stormrider, seorang penyihir angin yang memegang kekuatan besar dalam kendalinya. “Pertempuran tadi hanyalah permulaan,” kata Lord Garrick dengan suara berat. “Musuh akan kembali dengan kekuatan yang lebih besar. Kita harus menyatukan semua klan di Eldoria untuk melawan mereka.” Lady Seraphina mengangguk. “Klan Stormrider akan mendukung kalian. Angin akan selalu berpihak pada kita.” Alaric menatap mereka dengan penuh rasa syukur. “Terima kasih, Lord Garrick, Lady Seraphina. Kita membutuhkan setiap bantuan yang bisa kita dapatkan.” Di sudut lain Eldoria
Elara menghabiskan malam terakhir sebelum pertempuran besar di ruang pribadinya, merenungkan perjalanan yang telah membawanya ke titik ini. Sebagai keturunan klan Valen, dia memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga keamanan dan kelangsungan kerajaan. Namun, beban sebagai seorang peramal dan penasihat utama juga memberikan tekanan yang luar biasa.Sejak kecil, Elara selalu merasakan keanehan dalam dirinya. Di saat anak-anak lain bermain, dia kerap kali tenggelam dalam visi dan mimpi yang terasa sangat nyata. Orang tuanya, anggota klan Valen yang setia, segera menyadari potensi istimewa putri mereka. Mereka mengirimnya untuk belajar di bawah bimbingan seorang penyihir bijak bernama Arion, yang tinggal di pegunungan utara Eldoria.Arion mengajarkan Elara cara mengendalikan visinya dan menggunakan kemampuannya untuk kebaikan. Dia belajar membaca tanda-tanda alam, memahami aliran energi, dan menguasai sihir pelindung. Namun, Arion selalu mengingatkannya bahwa kekuatan besar datang denga
Kilas balik Seorang pemuda bernama Kael...Di tepi barat Eldoria, terdapat sebuah desa nelayan yang tenang bernama Tiryas. Desa ini dihuni oleh para nelayan yang setiap hari berjuang melawan gelombang lautan untuk menghidupi keluarga mereka. Di desa inilah Kael menghabiskan masa kecilnya, jauh dari hiruk-pikuk kerajaan dan konflik antar klan.Kael lahir dari pasangan nelayan sederhana, Dorian dan Alys. Dorian adalah seorang pria dengan tangan kasar dan wajah yang selalu tersenyum, sementara Alys adalah wanita lembut dengan suara merdu yang selalu menyanyikan lagu-lagu rakyat untuk menghibur anak-anak desa. Mereka hidup sederhana, namun penuh dengan cinta dan kebahagiaan.Sejak usia muda, Kael menunjukkan ketertarikan yang mendalam pada lautan. Setiap pagi, dia akan bangun lebih awal untuk membantu ayahnya menyiapkan perahu dan jaring. Dia menyukai rasa angin laut yang segar dan suara ombak yang menenangkan. Dorian dengan senang hati mengajarkan semua yang dia tahu tentang menjadi seor
Kembali ke keadaan sekarang....Malam telah tiba, angin dingin bertiup perlahan membawa aroma tanah basah dan kayu terbakar dari perkemahan prajurit di bawah benteng. Di atas dinding kastil, Elara berdiri sambil memandang ke arah hutan yang gelap di kejauhan. Suara gemerisik daun yang ditiup angin dan desahan napas prajurit yang berjaga terdengar sayup-sayup di latar belakang.Alaric mendekat, jubahnya berkibar pelan. "Kau terlihat gelisah, Elara," katanya dengan suara dalam dan penuh kekhawatiran.Elara menoleh, tatapannya penuh pemikiran. "Aku melihat bayangan, Alaric. Sesuatu yang gelap dan mengancam. Kita perlu bersiap lebih baik."Alaric mengangguk, merasakan beban di pundaknya semakin berat. "Apa yang kau lihat dalam visimu, Elara?"Elara menutup mata sejenak, merasakan dinginnya batu di bawah telapak tangannya."Aku melihat pasukan besar, lebih besar dari apa yang kita hadapi hari ini. Mereka datang dari arah utara, dengan api dan kemarahan. Dan di tengah-tengah mereka, ada sos
Benteng Eldoria bergetar di bawah gemuruh serangan pasukan Darkbane. Langit malam diselimuti asap tebal, sementara bau darah dan mesiu memenuhi udara. Suara dentingan pedang dan teriakan kematian menyatu dalam sebuah simfoni kehancuran. Raja Cedric, dengan tatapan penuh tekad, berdiri di atas tembok benteng. "Ini bukan akhir kita! Pertahankan Eldoria!" teriaknya, suaranya menggema di antara para prajurit.Di bawah, Kael, Elara, dan Alaric bertempur mati-matian. Kael merasakan energi kristalnya berdenyut di tangannya, memancarkan cahaya biru yang bersinar terang. Setiap ayunan pedangnya menebas musuh yang mendekat, namun jumlah mereka terlalu banyak. Elara di sampingnya, matanya bersinar dengan kekuatan sihir. Dia melontarkan bola api dan kilatan petir, mencoba menahan gelombang serangan. "Kael, kita tidak bisa membiarkan mereka menembus pertahanan ini!" teriak Elara."Elara, mereka terus datang. Kita butuh rencana baru!" seru Kael, suaranya parau oleh kelelahan dan ketegangan."Kita ha
Ketika prajurit terakhir berhasil masuk, Elara jatuh berlutut, kelelahan. Kael dan Alaric segera membantu Elara bangkit, menariknya ke tempat yang aman.Di dalam benteng, suasana mencekam. Prajurit yang terluka berbaring di lantai, sementara tabib dan perawat berusaha memberikan pertolongan pertama. Bau obat-obatan bercampur dengan bau darah memenuhi udara. Cahaya obor yang berkedip-kedip memberikan bayangan yang menari di dinding batu kastil.Raja Cedric berdiri di tengah ruangan, matanya memandang kosong ke arah peta yang tergantung di dinding. "Kita kalah telak," gumamnya, suaranya penuh penyesalan.Salah satu jenderal, Sir Eadric, mendekat dengan langkah cepat. "Yang Mulia, kita harus segera mencari jalan keluar. Musuh akan segera menyerang benteng ini."Cedric mengangguk pelan. "Aku tahu, Eadric. Tapi apa yang bisa kita lakukan sekarang? Mereka terlalu kuat."Tiba-tiba, pintu ruang strategi terbuka dengan keras, dan masuklah seorang pria tua berjubah hitam dengan tongkat sihir di
Kembali ke keadaan sekarang....Malam telah tiba, angin dingin bertiup perlahan membawa aroma tanah basah dan kayu terbakar dari perkemahan prajurit di bawah benteng. Di atas dinding kastil, Elara berdiri sambil memandang ke arah hutan yang gelap di kejauhan. Suara gemerisik daun yang ditiup angin dan desahan napas prajurit yang berjaga terdengar sayup-sayup di latar belakang.Alaric mendekat, jubahnya berkibar pelan. "Kau terlihat gelisah, Elara," katanya dengan suara dalam dan penuh kekhawatiran.Elara menoleh, tatapannya penuh pemikiran. "Aku melihat bayangan, Alaric. Sesuatu yang gelap dan mengancam. Kita perlu bersiap lebih baik."Alaric mengangguk, merasakan beban di pundaknya semakin berat. "Apa yang kau lihat dalam visimu, Elara?"Elara menutup mata sejenak, merasakan dinginnya batu di bawah telapak tangannya."Aku melihat pasukan besar, lebih besar dari apa yang kita hadapi hari ini. Mereka datang dari arah utara, dengan api dan kemarahan. Dan di tengah-tengah mereka, ada sos
Kilas balik Seorang pemuda bernama Kael...Di tepi barat Eldoria, terdapat sebuah desa nelayan yang tenang bernama Tiryas. Desa ini dihuni oleh para nelayan yang setiap hari berjuang melawan gelombang lautan untuk menghidupi keluarga mereka. Di desa inilah Kael menghabiskan masa kecilnya, jauh dari hiruk-pikuk kerajaan dan konflik antar klan.Kael lahir dari pasangan nelayan sederhana, Dorian dan Alys. Dorian adalah seorang pria dengan tangan kasar dan wajah yang selalu tersenyum, sementara Alys adalah wanita lembut dengan suara merdu yang selalu menyanyikan lagu-lagu rakyat untuk menghibur anak-anak desa. Mereka hidup sederhana, namun penuh dengan cinta dan kebahagiaan.Sejak usia muda, Kael menunjukkan ketertarikan yang mendalam pada lautan. Setiap pagi, dia akan bangun lebih awal untuk membantu ayahnya menyiapkan perahu dan jaring. Dia menyukai rasa angin laut yang segar dan suara ombak yang menenangkan. Dorian dengan senang hati mengajarkan semua yang dia tahu tentang menjadi seor
Elara menghabiskan malam terakhir sebelum pertempuran besar di ruang pribadinya, merenungkan perjalanan yang telah membawanya ke titik ini. Sebagai keturunan klan Valen, dia memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga keamanan dan kelangsungan kerajaan. Namun, beban sebagai seorang peramal dan penasihat utama juga memberikan tekanan yang luar biasa.Sejak kecil, Elara selalu merasakan keanehan dalam dirinya. Di saat anak-anak lain bermain, dia kerap kali tenggelam dalam visi dan mimpi yang terasa sangat nyata. Orang tuanya, anggota klan Valen yang setia, segera menyadari potensi istimewa putri mereka. Mereka mengirimnya untuk belajar di bawah bimbingan seorang penyihir bijak bernama Arion, yang tinggal di pegunungan utara Eldoria.Arion mengajarkan Elara cara mengendalikan visinya dan menggunakan kemampuannya untuk kebaikan. Dia belajar membaca tanda-tanda alam, memahami aliran energi, dan menguasai sihir pelindung. Namun, Arion selalu mengingatkannya bahwa kekuatan besar datang denga
Malam itu, di Kastil Drakenfeld, suasana perayaan kecil masih terasa meski bayang-bayang pertempuran berikutnya terus mengintai. Di sebuah ruang di dalam kastil, Alaric, Kael, dan Elara berkumpul bersama beberapa pemimpin klan sekutu untuk merencanakan langkah selanjutnya. Hadir di ruangan itu adalah Lord Garrick dari klan Ironwood, seorang ahli taktik yang dikenal dengan ketangguhan dan kecerdasannya, serta Lady Seraphina dari klan Stormrider, seorang penyihir angin yang memegang kekuatan besar dalam kendalinya. “Pertempuran tadi hanyalah permulaan,” kata Lord Garrick dengan suara berat. “Musuh akan kembali dengan kekuatan yang lebih besar. Kita harus menyatukan semua klan di Eldoria untuk melawan mereka.” Lady Seraphina mengangguk. “Klan Stormrider akan mendukung kalian. Angin akan selalu berpihak pada kita.” Alaric menatap mereka dengan penuh rasa syukur. “Terima kasih, Lord Garrick, Lady Seraphina. Kita membutuhkan setiap bantuan yang bisa kita dapatkan.” Di sudut lain Eldoria
Elara tidak diberi banyak waktu untuk beristirahat. Ketika malam tiba, pertemuan rahasia diadakan di ruang dewan tersembunyi di dalam Kastil Drakenfeld. Pangeran Alaric, Raja Cedric, dan beberapa penasihat kepercayaan berkumpul di sana. Dinding batu yang tebal dan lilin yang berkedip-kedip menciptakan suasana tegang. “Elara, ceritakan sekali lagi visimu,” pinta Raja Cedric. Suaranya lelah namun penuh perhatian. Elara mengangguk dan mulai menceritakan penglihatannya dengan lebih rinci. “Dalam visi itu, aku melihat pasukan Draugr menyerang dari utara dengan sihir mereka. Api berkobar di seluruh istana, dan dari selatan, pasukan Leoric datang dengan kekuatan militer mereka. Di tengah kekacauan itu, ada seorang sosok misterius yang muncul. Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, tapi dia tampak seperti pahlawan yang akan menentukan arah pertempuran.” “Bagaimana kita menemukan sosok ini?” tanya salah satu penasihat. Elara menatap mereka satu per satu. “Aku tidak tahu siapa di
Di sudut barat Kerajaan Eldoria, berdiri sebuah istana megah yang dikelilingi oleh pegunungan tinggi dan hutan lebat. Istana ini dikenal sebagai Kastil Drakenfeld, pusat pemerintahan dari klan Valen, salah satu klan paling berkuasa di seluruh Eldoria. Para leluhur Valen telah memerintah selama beberapa generasi, menjaga stabilitas dan kemakmuran dengan tangan besi. Namun, di balik kemegahan Kastil Drakenfeld, bayangan gelap perebutan kekuasaan mulai mengintai. Dalam beberapa tahun terakhir, klan-klan lain mulai merasakan aroma perubahan angin. Mereka melihat kesempatan untuk merebut tahta dan mengakhiri dominasi klan Valen. Di antara klan-klan tersebut, terdapat dua yang paling berambisi: klan Draugr dari utara yang dikenal dengan kekuatan magis dan klan Leoric dari selatan yang terkenal dengan kemampuan militer mereka yang luar biasa. Kedua klan ini telah lama berseteru, namun kini mereka menemukan musuh bersama dalam bentuk klan Valen. Di tengah-tengah pergolakan ini, seorang