Pagi-pagi sekali, Airin telah bersiap untuk menuju hotel The Garden seperti yang ditunjukkan Glenn Bagas. Ia telah memesan ojek online sebelumnya, tinggal berpamitan pada ibunya dan menunggu di depan rumah.“Bu, Airin pamit keluar dulu, ya?” Airin mengetok pintu kamar ibunya, mendekati beliau yang masih mengenakan mukena dan tasbih di genggaman. Airin meraih punggung tangan ibunya dan menciumnya.“Mau kemana sepagi ini, Nduk?” tanya perempuan paruh baya itu keheranan. Tak langsung menjawab, Airin hanya tersenyum. Tapi, tentu wanita yang melahirkannya itu dapat menangkap kegelisahan di wajah putrinya. Naluri ibu selalu lebih kuat.“Ada apa? Kamu ada masalah lagi sama Bayyu?” Isyarat tangan ibunya menahan Airin untuk duduk di sebelahnya dan mau tidak mau membuat Airin bercerita. Airin sudah terbiasa terbuka untuk masalah apapun kepada ibunya.
Tak seperti yang disangka Bayyu, Airin justru tak pernah meminta penjelasan apapun sepulang dari hotel itu. Bahkan, ketika ia berusaha ingin menjelaskan tentang kejadian malam itu—tentu tidak sepenuhnya akan ia ceritakan, terutama kekhilafan yang ia nikmati bersama Selena—Airin selalu mengalihkan fokus pembicaraan mereka. Bayyu tak ambil pusing sebenarnya. Ia justru harusnya lega. Tapi, kebiasannya yang selalu jujur, membuatnya merasa terbebani perasaan bersalah bertubi-tubi.Ada rasa ganjil memberati hatinya. Perasaan bersalah menyisir hatinya. Ia telah mengkhianati cinta Airin terlalu jauh. Tapi, ia juga tetap tak ingin kehilangan Airin, sosok keibuan, berpengetahuan baik, dan telah terbukti kesetiaannya mendampinginya dari minus. Sejauh ini, Airin tidak pernah mengecewakannya. Justru ialah yang terlampau sering menyakiti dan mengecewakan perempuan itu.Jauh di lubuk hatinya, tak sepenuhnya disadarinya, ia sangat mencintai Airin. Bahkan, tak rela Airin be
Akhirnya hari yang dinantikan tiba. Sabtu pagi, Bayyu dan Airin akan melaksanakan prosesi ijab kabul. Airin yang semula tak acuh dengan Bayyu, dingin terhadapnya, pelan-pelan melunak juga. Usaha Bayyu untuk meluluhkan kembali hatinya tampaknya membuahkan hasil.Airin sudah kembali ceria, penuh kelembutan, dan mencintai Bayyu, meski cintanya saat ini tidak sepenuhnya bulat seperti sedia kala. Masih sulit baginya untuk melupakan segala bentuk pengkhianatan Bayyu, tapi Airin berusaha memaafkan. Lagi-lagi itu karena nasihat ibunya dan tentu saja niatnya untuk menjadi istri yang baik.Ia bertekad untuk memulai pernikahannya dengan hati yang lapang, tanpa kebencian, dendam, ataupun perasaan lain yang memberati hatinya. Berharap Bayyupun demikian.Sebelum prosesi ijab kabul dimulai, Bayyu mendatangi Airin di ruang rias. Perempuan itu baru saja selesai di-make up. Kebaya putih dan hija
Rangkaian selebrasi pernikahan Bayyu telah usai. Seluruh tamu undangan beserta keluarga besar telah meninggalkan venue, termasuk Bayyu dan Airin. Hanya saja, mereka itu tak lantas menuju kediaman, melainkan ke sebuah hotel yang telah dipesan Bayyu dengan tajuk “honeymoon package’. Setiba di resepsionis dan melakukan check in, mereka diantar ke sebuah kamar yang dinamai Towers Room. Pemandangan kamar ala pengantin baru menyambut kehadiran mereka di kamar seluas 42 m2 tersebut. Sebuket mawar merah dan juga kelopak-kelopaknya yang disusun membentuk simbol hati, perlambang cinta, menyapa di atas tempat tidur. Airin terkesima. Bunga mawar merah adalah kesukaannya. Bayyu tertawa jenaka dalam hati, untung saja ia tidak salah pilih mawar ungu. Bisa celaka urusannya. Ah, tiba-tiba pemandangan seperti itu mengingatkannya akan kejadian di The Garden tempo hari. Bayangan Selena mendadak mengganggu pikirannya. Bayyu buru-buru menepis ingatan yang tak seharusnya muncul
“Ce-rai??” eja Bayyu dengan terbata, mengulangi pernyataan yang baru saja dilontarkan Airin. “Baru beberapa jam yang lalu kita sah menjadi suami istri, Ai. Berikrar di depan penghulu, orang tua, dan juga Tuhan. Kamu jangan main-main dengan kat-“ belum sempat Bayyu melanjutkan ucapannya, Airin sudah menyambarnya bak kilat. “Kamu yang mempermainkan pernikahan kita dari awal, Mas. Bahkan jauh sebelum pernikahan ini ada. Kamu yang memulai, kamu yang jahat di sini, bukan aku!” tegas Airin histeris. Bayyu terdiam, tertunduk. Tergugu. Bersamaan dengan itu, badannya luruh, berlutut di depan Airin, masih dengan kondisi handuk terlilit di badannya. Kedua tangannya berusaha meraih tangan istrinya untuk digenggam, tapi buru-buru ditepis Airin. “Jangan sentuh aku, Mas. Pakailah bajumu. Aku tidak mau melihat bayang-bayang perempuan itu ada di badanmu. Aku masih harus berdamai dengan diri sendiri. Aku belum bisa memaafkanmu untuk kekhilafanmu yang ini. Maaf. Berdiri
“Gas, kamu kelewatan banget, sih. Masak mempermalukan Selena di depan banyak orang gitu. Kasihan, tahu,” protes Shinta pada Glenn Bagas usai menurunkan Selena di rumahnya. Sepanjang perjalanan mereka dari tempat resepsi pernikahan Bayyu dan Airin hingga rumah Selena, ketiganya sibuk dengan kediamannya masing-masing. Meski sesekali Shinta berusaha memecah suasana dan mengajak ngobrol, nyatanya Selena hanya menyahut sekadarnya.“Santai aja. Dia udah siap lahir batin, kok. Buktinya, dia berani datang. Jelas-jelas Airin benci banget sama dia. Dia yang memilih untuk mempermalukan dirinya sendiri.”“Ya, tapi, kan, nggak bisa seenaknya gitu, Gas. Tapi, iya juga, sih. Andai aku jadi Selena, mending aku diem aja di rumah. Eh, tapi ogah juga sih jadi dia. Nggak bakat aku jadi orang ketiga.”“Jelaslah, bakatmu kan jadi korban yang mengenaskan. Ditinggal tanpa kejelasan,” kelakar Glenn Bagas yang langsung mendapat sambutan han
“Shint, ayo, cepetan! Kebiasaan, deh, lel—” seruan Glenn Bagas terhenti tiba-tiba karena ia terperanjat mendapati Shinta yang telah bertengger manis di dalam mobilnya yang memang sedang ia panasi di halaman.“Kali ini siapa yang lelet, hah? Buruan!” ejek Shinta dengan intonasi yang tidak kalah tinggi.“Lah, ganti ngegas,” Glenn terkekeh sembari memasuki mobilnya dan menguasai kemudi. Bersiap melaju menuju kantor. Jarum jam di pergelangan tangannya hendak menunjukkan pukul delapan. Masih ada waktu untuk bersantai di balik kemudi, memutar lagu dari stasiun radio favoritnya sembari memantai berita terhangat pagi itu.Sementara itu, seperti biasa, Shinta lebih memilih asik tenggelam dengan ponselnya, berselancar menjelajah dunia maya. Awalnya ia mengintip Instagram, mengusap-usap hingga postingan terbawah, tidak ada yang menarik baginya. Iapun berpindah ke Facebook, melihat kenangan yang muncul di profilnya—salah satu
Setiap manusia memiliki hati dan setiap hati memiliki cintanya tersendiri. Tuhan Sang Maha Pembolak-balik hati selalu punya cara untuk menghadirkan cinta di hati manusia.***“Kalau kamu merasa tidak nyaman berpartner dengan Glenn, kamu bisa menolaknya,” ucap Bayyu seraya langkahnya menyejajari langkah Selena menyusuri lorong kantor. Pemandangan ketika Glenn Bagas ‘mengungkapkan’ isi hatinya kepada Selena sempat tertangkap lensa mata Bayyu dan itu jelas membuat lelaki itu merasa tidak nyaman. Meski kini ia sudah menikah, nyatanya ia tetap tidak mampu mengusir nama Selena dari lubuk hati dan otaknya. Bukan tidak mampu tepatnya, tapi tidak mau.“Aku tidak sedang dihadapkan pada pilihan. Lagian, bekerja sama dengan Mas Glenn sepertinya tidak terlalu buruk. Dia cakap dalam berkerja, ganteng, dan single, jadi tidak ada alasan untukku menolak bekerja dengan lelaki sekeren dia,” sindir Selena dibarengi dengan langkahnya yang be